Contoh Treatment Dokumenter

GONG
Karya : Dwi Septyanto
Politeknik Negeri Media Kreatif

Jual Buku Semua Bisa Menulis Skenario | Togamas.com: Toko Buku ...

1. EXT . DEPAN PABRIK – PAGI
Matahari terlihat bersinar dengan cerahnya. Terdengar suara kendaraan yang lalu lalang di depan pabrik tersebut. Pekerja-pekerja pabrik berjalan menuju pintu masuk pabrik dengan membawa handuk kecil di atas bahunya dengan terdengar suara ketukan musik tradisional. Terlihat beberapa pekerja pabrik lainnya sedang bercakap-cakap di salah satu sudut pabrik.
    
Terlihat tumpukan timah dan tembaga yang diletakkan di samping pabrik.

2. INT . PABRIK – PAGI
Terdengar suara bising mesin pabrik yang terdapat di dalam pabrik untuk peleburan tembaga dan timah tersebut.

Dua orang pekerja jalan menyamping dan saling berhadapan membawa beberapa timah dan tembaga diatas sebuah karung berwarna putih menuju tempat peleburan atau pembakaran  timah dan tembaga yang terbuat dari semen dan didalamnya terdapat tumpukan arang.

Pekerja terlihat masih bersemangat serta berlalu lalang di sekitar pabrik. Terlihat salah satu pekerja sedang menyeruput kopi hitamnya tak jauh dari tempat peleburan.

3. INT . RUANG PEMBAKARAN – PAGI
Pekerja memindahkan tembaga dan timah dari atas karung kedalam sebuah wadah berdiameter 30cm dan memasukan wadah tersebut kedalam mesin peleburan agar timah dan tembaga yang padat berubah wujud menjadi cair.

Bias cahaya matahari memasuki ruang peleburan dari sela-sela seng yang berlubang diatas.

Tampak ekspresi para pekerja yang kepanasan dengan keringat yang menetes dari kening maupun wajah dan seluruh tubuhnya.

Pekerja memperhatikan mesin peleburan untuk memastikan tembaga dan timah tersebut sudah melebur atau belum.

4. INT . PABRIK – PAGI
Pekerja dengan wajah yang dibanjiri keringat dengan bajunya yang lepek dan tangannya yang kekar keluar dari ruang pembakaran membawa tembaga dan timah cair untuk dicetak di atas cetakan tanah liat yang sudah disiapkan.

Pekerja menuangkan tembaga dan timah cair ke atas cetakan tanah liat. Secara bersamaan, api berkobar cukup besar dari cetakan tersebut. Perlu beberapa saat sampai tembaga dan timah cair tersebut mengeras dan terbentuk sesuai dengan cetakannya.

Untuk menghilangkan bosan, tampak di dalam bangunan yang temboknya hanya berlapis batu bata yang sudah agak rapuh para pekerja mengisi waktu dengan berbincang-bincang diatas sebuah dudukan kayu yang panjang sambil menghisap sebatang rokok.

Terlihat api yang tadi berkobar sudah mulai padam, pertanda timah dan tembaga cair sudah membentuk suatu lempengan sesuai dengan cetakan yang digunakan.

5. INT . RUANG PEMBAKARAN – PAGI
Suara mesin masih terdengar sangat bising didalam pabrik yang tertutup.

Pekerja menghentikan perbincangan dan bangkit dari duduknya untuk membawa lempengan tersebut dengan tangannya yang berotot. Lempengan tersebut dimasukan ke dalam wadah api yang membara dengan banyaknya percikan api yang menghambur keluar dari wadah, proses ini dilakukan untuk pemanasan lempengan tersebut.

Salah seorang pekerja bertopi, duduk berjarak 2 meter dari bakaran dan membolak-balikan lempengan yang memerah menggunakan dua bilah besi tipis dan panjang yang terdengar suara api yang berkobar kencang karna tekanan angin dari blower.

Pekerja memasukkan lempengan-lempengan secara terus menerus dan bergantian. Terlihat lempengan yang keluar dari wadah api tersebut sudah berwarna kemerahan.

6. INT . PABRIK – PAGI

Terdengar percakapan antar pekerja di dekat pembakaran. Pekerja lainnya membawa lempengan yang berwarna kemerahan itu lalu meletakkannya di tanah atau tempat yang sudah disediakan.
4 Pekerja yang bertelanjang dada karna bajunya di gunakan untuk menutupi kepala mereka  bersiap-siap mengambil pemukul dan mulai memukul lempengan yang berwarna kemerahan tadi dengan kuat dan hati-hati.
Suara pukulan yang dihasilkan cukup keras tapi menimbulkan suara yang indah karena mereka memukul dengan cara bergantian dan berirama dengan pukulan pertama dipukul oleh pekerja yang memegang pukulan berat 5kg lalu 6kg,7kg dan 8kg. suara yang dihasilkan terdengar seperti tangga nada yang beraturan. Terdengar musik yang bernuansa menyeramkan dan tradisional serta suara seorang sinden mengiringi aktivitas mereka.

Terlihat keringat yang menetes dari atas kepala turun ke dagu serta tubuh pekerja tersebut. Dengan mengayunkan pemukul ke atas dan menjatuhkan pukulan tepat di lempengan membuat urat-urat tangan mereka begitu nyata terlihat. Salah satu pekerja duduk di depan para pemukul memutari lempengan yang sedang dipukul hingga lempengan tersebut tidak berwarna merah lagi.

7. INT . RUANG PEMBAKARAN – PAGI
Pekerja memasukkan kembali lempengan yang sudah dipukul tadi ke wadah api. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kepanasan dari lempengan tersebut.

Tampak salah satu pekerja dengan kaki yang terkena corengan arang keluar dari ruangan hanya untuk merasakan angin yang berhembus di luar ruang pembakaran sambil mengelap keringat yang menetes melewati wajahnya. Terlihat pula bekas corengan arang diwajahnya setelah ia mengelap keringatnya.

Pekerja dengan menggunakan penutup kepala duduk di samping kanan wadah pembakaran yang berjarak 2 meter, mengatur suhu panas di wadah api tersebut dengan menggunakan alat blower .
Pekerja terlihat berganti-gantian membawa lempengan ke dalam wadah api untuk dipanaskan kembali. Lempengan terlihat sudah membentuk gong.

Tampak terlihat di pojok kanan ruangan terdapat beberapa botol minuman air mineral yang berada di atass meja. Pekerja mengambil salah satu botol minuman tersebut dan langsung meminumnya (close up wajah yang terlihat sangat kehausan)

8. INT . PABRIK – SIANG
Suasana ruangan lebih terang dari ruangan pabrik yang lain. Pekerja mengerok gong dengan alat kerok yang terbuat dari besi. Pengerokan gong tersebut bertujuan untuk mengubah warna gong yang tadinya berwarna hitam menjadi warna emas.

Sinar matahari yang masuk melalui celah atap membuat udara menjadi tambah panas.
Suara bising mesin dan suara pekerja yang sedang mengerok gong hingga berwarna keemasan.
Para pemukul gong keluar ruangan dengan mengelapkan baju mereka ke wajah dan badan mereka karna keringat yang membasahi tubuhnya.

Gong yang sudah berwarna keemasan, dipukul-pukul oleh pekerja lainnya yang paham dengan suara gong, dengan mendekatkan telinganya ke gong dan kemudian gong di pukul untuk mengetahui suara yang dikeluarkan dari gong tersebut sudah sesuai atau belum. Terdengar musik gamelan mengiringi alunan bunyi gong tersebut.

99. EXT . BELAKANG PABRIK – SIANG
Matahari terlihat bercahaya dengan teriknya. Tampak beberapa dahan daun tertiup hembusan angin di belakang pabrik.
Terlihat tumpukan kayu, deretan besi serta botol cat yang diletakkan di belakang pabrik yang disusun tidak rapih dan sedikit terlihat kotor.

Pengrajin kayu memilih-milih kayu yang akan diukir. Pemilihan kayu juga harus dilakukan dengan tepat, agar hasilnya benar-benar memiliki kualitas yang baik.
Pekerja atau pengrajin kayu yang lain sibuk dan terlihat sangat serius membuat pola pada kayu yang akan diukir nantinya.

Pengrajin kayu duduk di atas bangku yang berada disisi ruangan, dengan meja panjang yang tipis untuk menahan kayu yang akan di ukir. Tampak pola yang sudah ada akan di cetak ke kayu yang akan di ukirnya. Pengrajin kayu terlihat dengan wajah yang sangat fokus mengukir kayu-kayu tersebut, karena dibutuhkan ketekunan dan ketelitian dalam mengukir kayu tersebut.

Pekerja mengamplas kayu-kayu tersebut hingga memiliki tekstur yang sangat halus selanjutnya kayu tersebut didempul dan kembali dijemur diterik matahari agar kering.
Pekerja lainnya terlihat sedang mengecat kayu yang sudah diukir mulai dari mencampurkan cat dengan tinner, lalu dengan kuas kecilnya pekerja mulai mengoleskan kuas ke kayu yang sudah ada polanya. Tampak terlihat bangku yang sengaja diletakkan ditengah untuk digunakan sebagai sanggahan kayu yang telah dicat untuk di jemur.

Terlihat pekerja-pekerja lainnya, merapikan dan menyusun kayu-kayu yang sudah siap digunakan untuk penyanggah gong yang diproduksi oleh pabrik itu juga. Gong di angkat oleh 2 pekerja dengan perlahan untuk dipasangkan ke kayu sanggahan yang sudah siap .

Pemilik gong dengan memakai kemeja dengan celana panjang dan sandal kulitnya tersenyum melihat gong sudah siap untuk digunakan dan diantar ke pemesan lalu dengan tangan penuh semangat mengambil pentungan gong tersebut dan dengan shot clos up pentungan pun di pukul ke arah gong untuk menandakan gong ini sangat sempurna sekitar 2 kali gong pun di pukul shot ini di tutup dengan shot close up pentungan memukul ke arah mata lensa kamera sehingga membuat frame gelap dan berbunyi gong untuk menandakan berakhirnya film.


Komentar

Posting Komentar