FTV PUSTEKOM
MUSIK DARI TEJO
FINAL DRAFT
IDE CERITA DAN PENULIS SKENARIO
Budiman Akbar
17 Desember 2013
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tagline : Seribu Potret Wajah Indonesia
Ide Pokok/Pesan :
Hidup bagaikan alunan nada yang dapat memberikan inspirasi, semangat
dan keyakinan dalam mencapai kemenangan.
Tema : Tentang seorang anak yang memiliki
bakat musik kemudian ia mengolah
bakatnya tersebut hingga meraih hasil yang terbaik
atas musik yang
dihasilkannya berupa kemenangan didalam
hidupnya.
Basic Story
2013, Disebuah kampung nelayan di pesisir Jawa,
TEJO (9 tahun) seorang anak laki-laki yang memiliki kekurangan cacat pada salah
satu kakinya, memiliki keinginan untuk membeli sepatu baru, karena sepatu
miliknya sudah usang dan jebol. Ia tinggal bersama ibunya BU SRI (35 tahun)
dalam keadaan yang sederhana.
Ayah Tejo yang seorang nelayan, dikabarkan
tiba-tiba saja menghilang entah kemana, sehingga PAK BANGED (45 tahun) juragan
perahu menganggap kalau Ayah Tejo mencuri perahu miliknya. Tuduhan Pak Banged
ini menyebabkan semua warga pun pada akhirnya merasa takut dan hina kalau
berhubungan dengan Bu Sri dan Tejo. Apalagi NARNO (9 tahun) anak Pak Banged
juga membujuk teman-temannya untuk tidak bermain dengan Tejo, hanya SAMSUL (9
tahun) yang selalu setia menjadi sahabat Tejo.
Tejo terus disudutkan dengan hilangnya ayahnya
sebagai anak seorang pencuri. Bersamaan dengan itu, Tejo selalu mendengar
alunan musik dari rumah misterius. Lalu ada pengumuman
Festival Musik antar Sekolah seKabupaten. Tejo
pun bertekad untuk ikut festival musik tersebut, meskipun angklung di sekolah
hancur saat terjadi perkelahian masal disekolah.
Karena yakin kalau rumah misterius itu dihuni
oleh seorang pemusik, Tejo bersama dengan Samsul pun akhirnya nekat ke rumah
misterius dan bertemu dengan KAKEK DARMA (60 tahun) dan cucunya NINA (9 tahun).
Selanjutnya Tejo dan Samsul belajar musik dari Kakek Darma, dan Nina yang
penyendiri menjadi punya teman.
Tejo mengajak Narno dan teman-temannya untuk
tetap ikut festival. Tetapi Narno membujuk teman-temannya untuk menghiraukan
Tejo dan Samsul. Namun Tejo tidak tinggal diam, ia menantang Narno dengan
bertaruh, kalau Tejo tidak menang dalam festival, ia akan pindah sekolah dan
mengaku kalau ayahnya adalah seorang pencuri.
Meskipun dalam perjalanan menuju ke festival,
mobil ban mereka pecah, kemudian juga ruang festival sudah kosong karena
ternyata istirahat, pada akhirnya mereka pun dapat mempertunjukkan musik mereka
dengan alat musik yang seadanya. Namun hasilnya mereka kalah. Saat Tejo hendak
pindah sekolah ternyata datang seorang juri festival musik yang berkeingan Tejo
dan teman-temannya untuk ikut tur ke Eropa.
EXT. LAUT – SORE
Terlihat sebuah perahu yang tidak terlalu besar
di laut yang sedikit terombang-ambing. Penerangan di perahu tampak
remang-remang.
Kemudian terlihat dua orang anak kecil yang
berusia 10 tahunan sedang tertidur menatap ke langit. TEJO, seorang anak yang
diketiaknya terselipkan sebuah tongkat penyangga, dengan menggunakan sarung.
Sedangkan SAMSUL yang tubuhnya bongsor dan pakaiannya terlihat kaku, karena
menggunakan kemeja dengan kerahnya dikancing, tidur disamping Tejo, dengan
menggunakan kupluk dikepalanya sambil memain-mainkan sebuah handcraft
orang-orangan dari bahan tikar. Dimain-mainkannya orang-orangan tersebut. Pakaian
mereka berdua pun tampak usang. Sesaat Tejo mencoba untuk memainkan sebuah
kerang yang cukup besar, mencoba untuk ditiup yang tidak juga bunyi. Sesaat ia
memperhatikan kerang tersebut.
Lalu Tejo memperhatikan sepatu yang digunakan
oleh Samsul. CU Sepatu tersebut yang sudah usang dan bolong.
TEJO
(tertawa)
xixixixixixi….
Mendengar Tejo yang cekikikan, Samsul
memberhentikan bermain orang-orangannya. Ia kemudian memandang kearah Tejo.
SAMSUL
Kamu kenapa Jo?
TEJO
Ah, ndak!
SAMSUL
Ah, ndak bagaimana? Kamu itu ketawa
begitu,
Pasti ada sesuatu! Kamu ngeledek aku
ya Jo!
TEJO
Begini kawan! Kalau dipikir-pikir,
Teman-teman di sekolah yang suka
meledek sepatu kamu itu,
Ada benarnya juga Sul!
Kemudian Samsul sesaat saja segera mengangkat
kepalanya, dan ia memperhatikan sepatu yang digunakannya. CU Wajah Samsul yang
mencoba menahan malu.
TEJO
Benar kan Sul!
Tapi kita tidak boleh menyerah Sul!
Kita harus bisa membeli sepatu baru!
Bagaimana pun caranya!
Samsul memperhatikan kaki Tejo.
TEJO
Kalo aku sih beruntung Sul! Punya
kaki satu!
Jadi beli sepatunya, gak perlu
sepasang, tapi cuma satu!
SAMSUL
Mana mungkin Jo! Ndak ada yang jual!
TEJO
Lah, kamu tau darimana Sul!
SAMSUL
Eh Jo! Ndak ada orang jual sepatu
itu cuma satu biji!
TEJO
Loh! Memangnya kamu penjual sepatu
apa Sul!
Sok tau kamu Sul!
Lagian kalo belinya cuma satu,
harganya juga lebih murah!
SAMSUL
Iya..ya Jo! Kalo sepasang harganya
seratus,
Mungkin kalo untuk kamu cuma lima
puluh ya!
TEJO
Haduhhh, sul…sul…! Kamu itu
bagaimana sih!
Wong aku cuma bercanda kok! Yaaa
mana mungkin ada yang
Mau jual sepatu cuma satu biji!
Hahahaha….
SAMSUL
Sial kamu Jo! Aku sudah serius…
Kemudian Samsul bangkit dari tidurnya, lalu ia
menggoyang-goyangkan perahu hingga kencang.
SAMSUL
Rasain kamu Jo!
TEJO
Eh, Yo…Yo…jangan…nanti terbalik!
SAMSUL
Masa bodoh!
Samsul tetap menggoyang-goyangkan perahu hingga
akhirnya terbalik.
2. EXT. TEPI PANTAI – SORE
Di tepi pantai, terlihat Tejo dan Samsul yang
baru saja menepikan sampannya. Kemudian mereka berjalan. Tetapi tiba-tiba saja,
CU wajah Tejo yang sepertinya mendengar sesuatu.
SAMSUL
Kenapa Jo?
Tapi Tejo hanya terdiam.
SAMSUL
Kamu mendengar suara musik lagi Jo?
Tapi Tejo tetap diam. Lalu ia pun segera
berjalan mengarah ke sumber bunyi tersebut. Samsul yang melihat itu jadi
bingung.
SAMSUL
Eh, Jo! Kok kesana!
Mau kemana Jo?
Jo…Tejooo…tunggu…
Samsul pun segera menyusul Tejo.
3. EXT. BALIK SEMAK RUMAH KAKEK DARMA –
MALAM
Terlihat sebuah semak-semak. Cahaya di
semak-semak tersebut sangat remang karena hanya tersinari lampu dari halaman
rumah didepannya. Kemudian semak-semak tersebut, terbuka sedikit.
Belakangan muncul wajah Tejo dan Samsul, dengan
kepalanya yang basah, mereka memandang lurus kedepan kearah rumah.
4. ESTABLISHED
Sebuah rumah yang terkesan depannya sangat
suram, karena banyak ditumbuhi, tumbuhan liar, tetapi dibelakangnya juga dapat
terlihat beberapa tanaman yang sepertinya dirawat, meski area tanaman terawat
ini tidak luas.
5. EXT. BALIK SEMAK RUMAH KAKEK DARMA –
MALAM
Terlihat Tejo dan Samsul yang sedang
memperhatikan rumah tersebut.
SAMSUL
Jo! Ini kan rumah yang dibilang
orang-orang,
Kalo suka ada suara-suara aneh!
TEJO
Coba kamu dengarkan?
Samsul segera memasang telinganya, ia
memutarkan tubuhnya sedikit.
SAMSUL
Ga ada apa-apa Jo?
CU Wajah Tejo yang langsung berubah bête.
TEJO
Susah memang sama kamu Sul!
Aku mendengar seperti ada orang yang
memainkan musik!
SAMSUL
Sumpah Jo! Sepi Jo rumah itu!
TEJO
Beneran gak ada suara musik?
SAMSUL
Sedikit sihh,,,
CU Wajah Tejo yang memandang kesal kearah
Samsul. Lalu mereka terdiam, tampak terlihat tejo yang menggigil.
SAMSUL
Jo! Ini malam Jum’at!
(Samsul melihat kesana-kemari)
Orang-orang bilang ini rumah,
Dulunya kosong Jo!
Tiba-tiba saja, Samsul melihat kesebuah arah,
dan terlihat oleh CU sebuah batu nisan dengan ditumbuhi alang-alang dan
beberapa yang ditumbuhi beberapa tanaman yang juga dirawat baik.
SAMSUL
Jo! Ada kuburannya Jo disana!
Tejo segera melihat kearah yang ditunjuk oleh
Samsul. Lalu ia memandang kearah Samsul.
SAMSUL
Yang kamu dengar, jangan-jangan
bukan suara musik Jo!
Tapi suara roh halusss yang lagi
main musik…
TEJO
Sama aja Sul! Roh halus main musik,
Ya musik, musik juga yang terdengar!
Tejo melirik kearah Samsul dengan sedikit
jutek.
TEJO
Kaaa…
Tapi dengan cepat, mulut Tejo dibekap Samsul.
SAMSUL
(berbisik)
Jangan keras-keras…
Dan jangan berisik,
Nanti roh halusnya berhenti bermusik,
Nanti mereka muncul, terus bisa
menangkap kita!
Tejo mengangguk pelan. Lalu segera saja Samsul
melepaskan bekapannya.
SAMSUL
(berbisik)
Kalau mau kabur, pelan-pelan Jo..
Samsul dan Tejo pun melangkah dengan
pelan-pelan.
TEJO
(Tiba-tiba lari dan berteriak)
Kaabbbuurrrrr….
Samsul pun jadi panik, ia mencoba untuk
menangkap Tejo tapi tidak dapat. Dengan cepat, ia pun segera berlari, tapi
ternyata ia tersandung dan tersungkur.
SAMSUL
(teriak)
Tejoooo tunggu….
(OS) TEJO
Setaaannnn Suuullll…
Terlihat Samsul yang melihat ke kiri dan ke
kanan, mendadak ia melihat pocong!
SAMSUL
(Teriak)
Waaa! Beneran pocong!!!
Teejjjooooo…
jangan liat blakang…
Samsul langsung berdiri kembali dan segera
kabur terbirit-birit. Belakangan kemudian muncul NARNO (9 tahun), anak yang
penampilannya lebih baik, dan ADI (9
tahun) yang menjadi pocong.
NARNO DAN ADI
Wuakakakaka…
NARNO
Dasar pengecut!
Sesaat kemudian mereka berhenti dan mereka pun
memperhatikan sekitarnya.
ADI
Kok jadi sepiiii yaaa,,,bosss
Dengan cepat Narno pun langsung kabur.
NARNO
Setaaaannnnn,,,
ADI
(teriak dan kabur)
Waaaaaaaaa
Tapi kaki Adi tersandung, ia pun jatuh
tersungkur.
ADI
(ketakutan abis)
Bosssssss,,,tolonggggg
6. INT. RUMAH BU SRI – MALAM
Lampu teplok menyala. Kemudian terlihat Bu Sri
yang sedang meniup korek api. Terlihat wanita yang berusia 35 tahun ini berpakaian
layaknya seorang wanita Jawa yang hidup dipesisir, teramat sederhana. Lalu Bu
Sri pun melangkah dan menuju kearah meja kecil dan segera meletakkan lampu
tersebut di meja.
Belakangan terlihat Tejo yang sedang diselimuti
dengan beberapa jarit yang usang disekeliling tubuhnya. Lalu Bu Sri menuju
kearah tungku, ia pun duduk dan segera menyalakan tungku tersebut. Sesaat saja
api ditungku tersebut pun menyala.
BU SRI
Kamu duduk disini Jo!
Biar hangat!
Tejo untuk beberapa saat memukul-mukulkan
sendok ke gelas, botol, piring dan beberapa perabot lainnya, seperti berirama.
Kemudian ia pun segera beranjak dan duduk didekat tungku. Sedangkan Bu Sri
berjalan kearah pintu, dan mengambil singkong. Ia kemudian memotong singkong
yang masih berakar. Bu Sri kemudian segera memasukkan singkong yang dipotongnya
kedalam tungku tersebut. Tampak pula sebuah gas dan kompor pemberian pemerintah
yang sepertinya sudah lama tidak dipakai.
BU SRI
Tadi siang Le Parmin datang bawa
singkong!
Dia juga menanyakan kamu Jo!
Bu Sri Kemudian beranjak dan mengambil panci
kecil disalah satu dinding rumah. Setelah itu, bu Sri pun mengambil sekantung
sagu yang sudah tinggal sedikit sagunya. Ia menuangkan sagu kedalam panci.
BU SRI
Kamu disuruh kerumahnya!
Ambil singkong, soalnya dirumah Kek
le mu masih banyak!
Tejo hanya melihat kearah tungku. Tubuhnya
benar-benar terlihat menggigil. Sedangkan Bu Sri kali ini juga mengambil gula
jawa lalu segera saja memotongnya dan memasukkannya kedalam panci, kemudian ia
menaburkan sedikit garam sambil mengaduknya.
BU SRI
Ini ibu buatkan jenang,
Kamu makan jenangnya biar perut kamu
hangat,
Habis itu makan singkongnya..
Jadi perutmu diisi terus..
Tejo mencoba memain-mainkan tungku.
TEJO
Ya, besok abis pulang sekolah,
Tejo ke rumah pak le..
BU SRI
Besok ndak usah sekolah Jo!
TEJO
(memotong)
Wah ndak bu! Tejo tetap sekolah bu!
Wong Cuma kedinginan…
Nanti juga baikan bu!
Bu Sri menuju tungku dan meletakkan panci
diatas tungku tersebut.
BU SRI
(sambil mengaduk)
O’alaaa…persis bapakmu!
Kalau diberitahu, pasti ndak mau!
Eh, Jo! Besok itu kamu istirahat
dulu…
Biar kondisimu sehat dulu!
TEJO
Bu, sing penting ada jenang buatan
ibu!
Kalau sudah makan jenang buatan ibu,
Pasti Tejo sehat!
CU Tangan Bu Sri yang mengaduk-aduk jenang di
panci dan jenangnya yang sudah berwarna kecoklatan.
7. EXT. RUMAH KAKEK DARMA – MALAM
Terlihat CU kaki KAKEK DARMA dengan beberapa
potong ikan yang dibawanya. Lalu kaki tersebut membuka pintu dan masuk kedalam
rumah. Terakhir terlihat sebuah rumah KAKEK DARMA yang sunyi.
8. EXT. RUMAH BU SRI – PAGI
FLASHBACK:
CU Tampak jemari Bu Sri yang sedang memasukkan
serbuk teh kedalam sebuah teko yang segera diletakkan ke tungku. Lalu ia
mengambil singkong rebus yang ada didekat tungku dan segera meletakkannya ke
atas meja. Tidak berapa lama kemudian muncul Tejo yang sudah berpakaian seragam
sekolahnya.
BU SRI
Kapakmu kok ndak pulang ya Jo!
TEJO
Lah bapak ndak pulang toh bu!
(OS) PAK BANGED
(teriak)
Sri! Sri!
Keluar Sri!
Mendengar itu, CU wajah Bu Sri dan Tejo yang
terkejut. Lalu mereka segera beranjak pergi keluar.
9. EXT. RUMAH BU SRI – PAGI
Tampak terlihat beberapa orang warga yang sudah
berkumpul. Kemudian juga terlihat paling depan PAK BANGED, (45 tahun) yang
memang penampilannya sangat necis. Tidak berapa lama kemudian pintu terbuka dan
muncul Bu Sri dan juga Tejo.
BU SRI
Ada apa ya, kok ramai-ramai begini?
PAK BANGED
Begini Sri, Si Karno, suami mu itu,
Dia tidak kembali lagi kesini Sri!
BU SRI
(terkejut)
Apa?
Kemudian PAK BANGED melirik ke salah satu
nelayan.
NELAYAN 1
Benar bu Sri!
Tadi malam kapalnya, kearah sana…
NELAYAN 2
Iya benar Bu Sri!
Saya melihatnya sendiri…
NELAYAN 3
Saya juga liat!
Terlihat CU wajah Bu Sri yang mulai mencoba
untuk menahan tangis.
BU SRI
Ndak mungkin Pak!
Masa Mas Karno meninggalkan kami…
Itu ndak mungkin!
PAK BANGED
Begini Bu Sri, saksinya tidak hanya
satu Bu!
(menunjuk kearah para nelayan yang
menjadi saksi)
Tapi ini…ini…dia juga tuh!
NELAYAN 2
Dia buta Pak!
Tampak seseorang diantara mereka yang disebut
buta cengangas-cengnges, dengan giginya yang ompong.
PAK BANGED
Halahhh,,,kenapa ikut kesini! Terus siapa
tadi ya,,,
Pokoknya begini Sri,
mereka semua ini melihat sendiri kalau
suami ibu itu
kabur…!
Bu Sri hanya dapat memeluk Tejo, yang saat itu
anak tersebut hanya terdiam.
PAK BANGED
Dan perlu diingat Sri, si Karno
suami mu itu,
Menyewa kapal aku!
Dan itu kapal termahal yang ada
dikampung ini!
Betul tidak?
Para Nelayan hanya terdiam. Pak Banged yang
sudah semangat, sekali lagi memandang kearah nelayan tersebut.
PAK BENGED
Betul tidak?
NELAYAN
(serempak)
Betttuuullll…
PAK BANGED
(mengangguk angkuh)
Nah! Kau dengar Sri!
Jadi, suami mu ini sudah merencanakannya!
Karena dia tidak dapat ikan banyak,
Terus harus bayar sewa kapal, nah
gampang aja,
Suamimu pergi! Dan itu bisa dibilang
PENCURI!
Dan itu melanggar hukum!
BU SRI
Loh Pak ! maksud Pak Banged apa sih!
PAK BANGED
Lah, kan sudah saya jelaskan tadi
Sri!
Yaa ulah suamimu itu sama dengan mencuri,
Tapi BANGED tidak bodoh! kamu harus
membayar kapalku!
Jelas Sri?
BU SRI
Oalaaaa pakkk…darimana kami
membayarnya?
PAK BANGED
Itu urusan kamu! Masa urusanku!
Setelah itu Pak Banged terlihat
mengangguk-angguk kembali, menandakan keangkuhan dan kesombongannya dan segera
menuju kearah Tejo. Lalu Cu wajah Pak Banged yang tidak simetris malah wajahnya
terlihat cembung dan bulat.
PAK BANGED
Bapakmu Pencuri!
10. INT. KAMAR BU SRI – MALAM
BACK TO:
TEJO
(teriak dan bangkit)
Bapaakkkkk!
Tejo terlihat terduduk. Lalu Bu Sri yang
terkejut segera saja duduk disamping Tejo.
BU SRI
Kamu mimpi lagi Jo!
TEJO
Bapakku bukan pencuri kan bu?
CU Wajah Bu Sri yang memandang kearah anaknya
tersebut dengan perasaan iba. Lalu wanita itu mengangguk dan tersenyum.
BU SRI
Bapakmu orang yang paling baik Jo,
ibu kenal Bapakmu, tidak mungkin dia
melakukan itu!
Bu Sri memandang kearah Tejo.
BU SRI
Sebaiknya sekarang kamu tidur
kembali Jo,
Besok kan kamu mau sekolah..
Terlihat CU wajah Tejo yang menatap ibunya itu.
Lalu ia pun segera kembali tidur.
11. EXT. JALANAN – PAGI
Terlihat Tejo dan Samsul yang berpakaian
seragam sekolah sedang melintasi jalan kampung yang sepi. Sekali-sekali hanya
beberapa orang yang melintas jalan tersebut. Baru beberapa langkah, Tejo
melihat kerang yang cukup besar, lalu ia mengambilnya dan memasukkannya kedalam
tas. Lalu Tejo pun kembali berjalan.
SAMSUL
Jo! Jo!
Tejo yang berjalan didepan Samsul pun segera
menghentikan langkahnya.
SAMSUL
Kamu kenapa sih Jo! Dari tadi diam
saja!
Cuma kumpulkan kerang saja!
Biasanya kamu bersiul ndak jelas!
Lagu apa yang kamu siulkan,
Ndak orang yang ngerti Jo!
Tapi Tejo malah berjalan meninggalkan Samsul.
TEJO
Sudah lama kita tidak duduk di
perahu saat sore Sul!
SAMSUL
Iya ya Jo!
Sejak…
Tapi Samsul tidak meneruskan ucapannya. Tejo
memandang kearah temannya tersebut. CU Wajah Tejo yang tersenyum.
TEJO
Ya! Sejak bapakku menghilang, dan
dikenal orang sebagai pencuri,
Pak Amat tidak mau kasih pinjam ke
kita sampannya Sul!
Eh tunggu sul!
Kemudian, Tejo mencoba untuk menggabungkan
keduatangannya untuk membentuk rongga, lalu ia mencoba untuk meniupkannya. CU
Wajah Samsul yang hanya memandang bingung kearah Tejo.
SAMSUL
Kamu sedang apa Jo?
TEJO
Ayahku sempat mengajarkan aku
membuat siul dari tangan Sul!
Seperti ini!
Tejo kemudian mengajarkan Samsul.
TEJO
Coba sekarang ditiup Sul!
Aku juga belum begitu bisa
membunyikannya!
Lalu mereka saling berlomba untuk meniupkan
tangan mereka. Tiba-tiba saja terdengar suara dari tangan Tejo.
SAMSUL
Wah Bunyi Jo!
Lagi Jo,,,lagi!
Tidak berapa lama kemudian, Samsul pun juga
sudah bisa mengeluarkan bunyi dari tangannya.
12. EXT. TEMPAT LELANG IKAN – PAGI
Terlihat beberapa nelayan yang sedang berjalan
menuju kearah pasar ikan. Tidak berapa lama kemudian muncul Bu Sri. Terlihat ia
menghampiri seorang nelayan.
BU SRI
Pak! Belum ketemu?
Nelayan tersebut hanya menggeleng. Sedangkan
nelayan yang lainnya menghampiri Bu Sri.
NELAYAN
Bu Sri,,,sudahlahhh,,,diiklaskan
saja suaminya,,,
CU Wajah Bu Sri yang tertunduk, sedangkan
nelayan tersebut segera pergi meninggalkan perempuan tersebut. Lalu segera saja
Bu Sri memandang kearah lautan lepas dan ia pun tidak lama kemudian pergi
menuju ke lelang ikan.
Terlihat para nelayan yang sedang berkerumun,
lalu Bu Sri pun masuk kedalam kerumunan tersebut. Tampak situasi lelang dan
pembelian ikan yang cukup ramai. Bu Sri hanya memandang para nelayan,
sepertinya ia membayangkan suaminya yang berdiri untuk menjual ikan hasil
tangkapannya.
Tapi di nun jauh dari tempat tersebut, terlihat
seorang Kakek yang berdiri menatap kearah tempat pelelangan tersebut. Terkesan
orang ini seperti misterius dari penampilannya.
13. EXT. MADING SEKOLAH – SIANG
Terlihat seorang guru yang sedang menempelkan poster
festival musik antar sekolah se-Kabupaten.
Tidak berapa lama kemudian Tejo dan Samsul serta beberapa siswa lainnya segera
melihat poster tersebut.
14. EXT. PANTAI – SIANG
Terlihat di salah satu sudut pantai yang banyak
perahunya. Beberapa anak tampak sedang bermain lomba kepiting. Terlihat
beberapa kepiting kecil yang diletakkan di pasir pantai. Lalu kepiting-kepiting
tersebut bergerak. Anak-anak saling memberikan semangat kepiting milik mereka.
ANAK-ANAK
(bersorak-sorai)
Ayuuu…ayuuu…ayuuu…
Tampak Narno, anak yang penampilannya lebih
baik, sedang dikipaskan-kipaskan oleh Adi,
tiba-tiba saja berhenti bersorak. Ia tampaknya melihat kesuatu arah. Lalu ia
menyenggol Adinyang berdiri disampingnya. Adi pun segera memandang kearah yang
diisyaratkan oleh Narno.
NARNO
Wah! Kita harus hati-hati neh!
Ada pencuri datang!
Segera saja anak-anak yang lain pun berhenti
bersorak. Mereka memandang kearah yang dimaksudkan oleh Narno. Terlihat oleh
mereka Tejo dan Samsul berjalan mendekati mereka.
Kemudian CU tampak kepiting-kepiting kecil
milik anak-anak yang terhempas oleh air laut. Bersamaan dengan itu, Tejo dan
Samsul telah sampai didepan mereka. Samsul yang membawa sebuah kaleng, segera
mengeluarkan kepiting miliknya.
SAMSUL
Boleh adu kepiting kalian sama
punyaku nih!
Samsul segera meletakkan kepitingnya di pantai.
Tetapi anak-anak yang lain hanya terdiam dan memperhatikan Samsul saja.
Sedangkan Narno dan Adi menatap tajam kearah Tejo dengan gayanya yang sombong.
NARNO
Kalau kamu boleh Sul!
Samsul yang mendengar itu segera bangkit dan
menghampiri Narno. CU Wajah Samsul yang bingung.
SAMSUL
Maksud kamu apa No?
NARNO
Kami tidak mau kepiting kami ada
yang hilang!
SAMSUL
Loh aku ndak…
TEJO
Bukan kamu Sul! Tapi maksud Narno
itu,
pencurinya aku!
SAMSUL
Loh! Bagaimana sih! Nggak ngerti
aku!
NARNO
Eh Sul! Dia itu anak pencuri!
Pasti, dia kesini juga akan mencuri!
ADI
Wah, iya ya!
ANAK 1
Benar juga!
Sedangkan anak-anak yang lain
mengangguk-angguk. Sekali lagi terlihat seekor kepiting yang terhempas oleh air
laut.
SAMSUL
Wah, kamu menghina temanku No!
Selama ini aku main sama Tejo,
Tidak pernah dia mencuri milikku!
NARNO
Mungkin juga belum saatnya mencuri
milik kamu Sul!
Tapi,,,yaaa,,,siapa tau, suatu saat
milikmu ada yang hilang!
CU Wajah Samsul yang terlihat ragu. Lalu ia
memandang kearah Tejo. Dengan cepat Tejo pun segera melepaskan potongan bambu,
dan kemudian terlihat beberapa kerang keluar dari dalam bambu tersebut. Lalu
tejo pun berbalik arah dan cepat-cepat segera pergi meninggalkan anak-anak.
Samsul yang melihat hal itu, jadi serba salah.
SAMSUL
Eh, tejo tuh tidak mungkin mencuri!
NARNO
Tau darimana kamu? Ha!
SAMSUL
Ahhh…Jo! Tejo…tunggu!
Samsul pun segera pergi dan menyusul Tejo.
NARNO
Pokoknya, kalau Bapaknya pencuri,
pasti anaknya pencuri!
Jadi dia tidak pantas bermain dengan
kita!
Apalagi kalau jadi pemimpin kita!
Betul tidak?
Anak-anak yang lain hanya terdiam. CU Wajah Narno
yang jadi malu sendiri.
NARNO
Loh kok kalian diam!
Betul tidak?
ANAK-ANAK
Betuuullll,,,,
15. EXT. TEPI PANTAI – SORE
Terlihat matahari sunset. Pantai di tempat itu,
tidak terlalu ramai orang-orang, malah sepi. Lalu tampak Samsul yang sedang
berjalan dari kejauhan.
SAMSUL
(berteriak)
Jooo! Tejoooo! Kemana sih tuh anak!
Samsul memperhatikan sekelilingnya. Belakangan
diketahui kalau Tejo sedang tertidur dikubur oleh pasir pantai. Hanya kepalanya
saja yang terlihat muncul keluar. CU Wajah Tejo yang sedang menutup matanya.
SAMSUL
Jo! Oalaaa kamu disini toh jo!
Tak cari kemana-mana…
Lalu Samsul pun duduk didekat kepala Tejo.
TEJO
Kamu mau apa cari aku Sul?
SAMSUL
Walaahhh Jo…Jo…kamu tuh temanku Jo..
Kita kan selalu berdua…
TEJO
Tapi, tadi kamu kan setuju sama
Narno!
Kalau aku bisa saja mencuri milikmu
Sul!
CU Wajah Samsul yang terdiam, ia tampaknya
merasa tidak enak karena keraguan dirinya terhadap Tejo temannya tersebut. Ia
pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
TEJO
Kamu ada kutunya apa Sul,
garuk-garuk kepala?
SAMSUL
Wah! Ndak lah Jo!
TEJO
Terus kenapa garuk-garuk kepala?
SAMSUL
Yaaa,,, tadi aku bingung, mau jawab
apa?
Soalnya kamu bilang aku setuju
kalau,,,
TEJO
Sudahlah Sul,,,bukan salah kamu kok!
Samsul kemudian memperhatikan Tejo yang
menguburnya dirinya tersebut.
SAMSUL
Terus kamu kenapa seperti ini Jo?
TEJO
Aku mau menyendiri, karena aku telah
kehilangan
Orang yang aku cintai,,,
Samsul terlihat terdiam, lalu CU Wajah Samsul
yang berubah pikirannya. Ia pun segera mengeruk pasir dengan cepat. Lama tidak
terdengar suaranya, akhirnya Tejo membuka matanya, dilihatnya Samsul yang
sedang mengeruk pasir pantai. CU Wajah Tejo yang berkerut karena bingung.
TEJO
Kamu mau ngapain Sul?
SAMSUL
Aku mau menguburkan diri!
Sama kayak kamu!
CU Wajah Tejo yang semakin bingung.
TEJO
Loh! Kamu kan gak kehilangan
siapa-siapa Sul!
SAMSUL
Siapa bilang!
Aku kehilangan kamu kok!
Teman yang aku cintai!
Kamu tadi sudah pergi meninggalkan
aku kan?
Tejo terdiam, sedangkan Samsul masih saja
mengeruk pasir, Tejo hanya memandang temannya tersebut dan sunset pun semakin
membentuk keindahan.
(OS) TEJO
Tapi kamu bisa jadi teman Narno
Sul,,,
(OS) SAMSUL
Wah! Ndak mau aku Jo!
Nanti kayak si Adi disuruh-suruh,,,
16. INT. RUMAH BU SRI – SORE
Terlihat jemari yang sedang mengeluarkan bunga
dari dalam kantong plastik dan segera dipindahkan bunga tersebut ke bokor. Tampak
kemudian Bu Sri yang sedang mempersiapkan bunga diatas meja. Didekatnya ada
beberapa botol air mawar. Kali ini Bu Sri berpakaian sangat cantik seperti
hendak mau mentas untuk menari.
Dari tempat Bu Sri duduk, terlihat Tejo yang
sedang menyelesaikan sholatnya. Kemudian ia memandang kearah Bu Sri yang tetap
saja fokus dengan pekerjaannya. Sedangkan Tejo terlihat memanjatkan do’a. Bunga-bunga
yang dikeluarkan Bu Sri tersebut terlihat sangat banyak. Lalu tampak Tejo
segera bangkit dan mendekati ibunya tersebut.
TEJO
Ibu kok berpakaian begini?
Bu Sri hanya terdiam, ia tetap fokus terhadap
bunga-bunga yang dicampurnya. Terlihat ada sedikit bunga melati, mawar dan
sebagainya layaknya hendak nyekar ke makam.
TEJO
Untuk bapak bu?
Mendengar itu, Bu Sri pun memandang kearah
Tejo. CU Wajahnya pun tersenyum dan mengangguk pelan. Kemudian ia kembali
kepekarjaannya.
TEJO
Aku ikut bu,,
BU SRI
Ndak usah,,kamu besok kan sekolah,,,
Ibu hanya sebentar kok,,,
Ini malam senin legi,,,
Di malam senin legi ini, adalah
malam bapakmu terakhir melaut,,,
Tejo hanya terdiam, ia pun segera menghampiri
Bu Sri, yang tidak berapa lama kemudian bangkit berdiri. Pandangan pun segera
perlahan menuju ke wajah Tejo.
17. INT. JENDELA KAMAR BU SRI – SORE
Tampak terlihat Tejo yang sedang memandang.
Belakangan terlihat Tejo sedang memperhatikan Bu Sri ibunya yang sedang
berjalan.
18. EXT. KARANG – SORE
Terlihat Tejo yang sedang mengendap-endap. Ia
menatap kearah depan. Sesaat saja ia mencoba untuk bersembunyi. Tapi tidak
berapa lama kemudian ia melongok keluarkan kepalanya, lalu terlihat Bu Sri yang
sedang memandang kearah laut yang luas. Lalu tidak berapa lama kemudian ia pun
menaburkan bunga yang dibawanya.
19. EXT. SUNGAI – SIANG
Terlihat beberapa pepohonan yang cukup menutup
sinar matahari yang masuk kearah sungai. Sungai itu sangat jernih. Kemudian
muncul Tejo sambil membawa beberapa ranting kering.
Kemudian Tejo pun melintasi sungai. Tepat di
tengah-tengah sungai, Tejo berhenti sesaat saja. Ia pun memperhatikan
sekeliling sungai tersebut. CU Wajah Tejo sepertinya menikmati suara-suara
burung yang berkicau serta aliran sungai yang menimbulkan suara. Ia kemudian
memejamkan matanya.
20. EXT. TEPI PANTAI – SIANG
Terlihat Samsul yang sedang menusukkan beberapa
ekor ikan dengan batang ranting. Kemudian ia mengeluarkan koran bekas yang
terlipat dari bailk bajunya, ia pun segera melebarkan lipatan Koran tersebut
dan hendak menaruh ikan yang telah ditusuknya ke Koran itu, tapi ia melihat
gambar sepatu. Tidak berapa lama kemudian muncul Tejo sambil membawa beberapa
ranting.
SAMSUL
Kok lama sekali Jo!
TEJO
Sing penting ta bawai rantingne Sul!
Ayo! Wis lapar aku Sul!
Lalu dengan cepat ranting-ranting tersebut
disusun membentuk unggun.
SAMSUL
Eh, Jo! Ada gambar sepatu, seperti
yang aku dan kamu mau!
TEJO
Mana sul!
Samsul segera menyerahkan Koran bekas tersebut
ke Tejo. Sesaat saja Tejo memperhatikan gambar sepatu tersebut. Lalu terlihat Samsul
membakar ranting dengan korek api. Mereka pun berdua segera membakar ikan yang
telah siap.
CU Sebuah kaki yang menginjak ranting KRAK!
Dengan cepat Tejo mendengar bunyi tersebut, ia pun segera memandang kearah
ranting terinjak tersebut. Lalu tiba-tiba saja suara seperti orang yang
berlari.
TEJO
Kejar Sul!
Dengan segera Tejo dan Samsul pun mengejarnya.
21. EXT. HALAMAN RUMAH KAKEK DARMA –
SIANG
Terlihat sebuah semak. Namun muncul Tejo dan
Samsul dari balik semak tersebut. Mereka tampaknya ngos-ngosan. Sesaat saja
mereka berhenti dan memperhatikan sekelilingnya.
TEJO
Sul!
Tejo memandang ke sebuah arah. Lalu tampaknya
Samsul pun memandang kearah yang dimaksud Tejo.
SAMSUL
Loh, Kok! Itu rumah…
Tejo mengangguk. Belakangan terlihat sebuah
rumah misterius.
SAMSUL
Jangan…jangan…setan di rumah itu,
Sedang mengincar kita Jo!
Larrriiiii,,,,
TEJO
Sulll…tunggu…
Tejo pun ikut kabur. Lalu tidak lama setelah
mereka pergi, tampak seseorang berambut panjang memperhatikan mereka.
22. INT. SEKOLAH – SIANG
Terdengar suara angklung yang sedang dimainkan
dengan cara satu-satu dibunyikan. Lalu terlihat beberapa orang anak yang sedang
membunyikan angklung, diantaranya Tejo Samsul, Narno dan Adi.
GURU
Berhenti…berhenti…
Ayo siapa yang salah…
NARNO
Tejo Pak! Siapa lagi kalau bukan
dia!
TEJO
Kamu jangan begitu No!
Tejo pun segera menyerang Narno.
GURU
Ehhh…ehhhh…
NARNO
Eh, siapa takut!
SAMSUL
Aku bantu Jo!
Samsul pun segera mencoba menerjang Narno, tapi
dengan cepat Adi segera menghadang Samsul.
ADI
Kamu ikut-ikutan Sul!
Ayooo…
Mendengar perintah Adi, anak-anak yang lainnya
pun menghadang Samsul yang badannya besar.
ANAK-ANAK
Wooiiii…
GURU
Sudah…sudah…
Tapi Samsul sudah terlanjur mendorong salah
satu anak. Dengan cepat anak-anak yang lain pun segera mengeroyok Samsul. Benturan
tidak dapat dihindari sehingga anak-anak semuanya sudah menumpuk jadi satu dan
akhirnya berkerumun nggak jelas. Ada yang mencoba melerai, tapi ada juga yang
menyerang, dan BRAK! Mereka semuanya jatuh ke lantai, suasana semakin gaduh dan
tidak jelas karena anak-anak saling dorong dan saling terjang.
Catatan : dibutuhkan informasi tentang alat
musik di pesisir pantai Jawa, tapi setidaknya, angklung lebih dominan ada di
sekolah-sekolah.
23. INT. RUANG GURU – SIANG
BRAK! CU Tangan yang menggebrak meja. Terlihat
Pak Banged yang sedang duduk didepan anak-anak dan beberapa guru.
PAK BANGED
Mau saya stop apa sekolah ini!
Kalian kan tau,
sudah berapa banyak sumbangan saya
pada sekolah ini!
Terlihat para guru yang hanya terdiam dan
beberapa orangtua termasuk Bu Sri. Kemudian Pak Banged pun menghampiri Tejo, ia
pun menatap Tejo tajam.
PAK BANGED
Eh! Kamu tau diri ya!
Bapakmu itu mencuri perahuku!
Sekarang kamu buat ulah!
NARNO
Iya Pak! Dia duluan tuh tadi!
PAK BANGED
Tenang nak! Bapak tau Nak!
Kamu tuh anak baik! Tidak pernah
salah!
Terlihat angklung yang patah dan hancur.
PAK BANGED
Asal kalian tau ya!
Mulai detik ini, Saya tidak akan
membantu kalian lagi!
Saya tidak perduli dengan
angklung-angklung yang hancur itu!
GURU
Tapi Pak, festivalnya tinggal tunggu
waktu!
PAK BANGED
Saya tidak perduli! Titik!
Ayo pulang!
Pak Banged segera mengajak Narno, lalu mereka
diikuti oleh Adi segera pergi meninggalkan ruang tersebut.
TEJO
Maafkan saya Pak!
Terlihat suasana sepertinya dingin dan sepi.
Tejo saling berpandangan dengan Samsul.
24. EXT. JALAN – SIANG
Tampak sebuah jalan desa yang tidak terlau
ramai. Hanya sekali-sekali saja terlihat beberapa orang yang berjalan membawa
jala. Kemudian muncul Tejo dan Samsul. Tampaknya mereka habis pulang dari
sekolah. Tejo seperti bergumam seperti mendendangkan nada dari mulutnya. Lalu
ia berhenti dan terdiam.
TEJO
Kita harus cari cara untuk ikut
festival Sul..
Kalau kita menang,
Hadiahnya kan bisa beli sepatu baru
Sul!
SAMSUL
Setuju!
Lalu mereka pun kembali berjalan. Tapi kemudian
Samsul terlihat bingung.
SAMSUL
Tapi caranya bagaimana Jo?
Tejo kemudian berpikir keras. Kemudian ia
menghentikan langkahnya dan memandang ke suatu arah.
SAMSUL
Kenapa Jo?
TEJO
Ndak tau Sul! Aku kok kepikiran
rumah misterius itu!
SAMSUL
Wah! Jangan ah! Jangan Jo!
Lebih baik, kamu pikirkan rumah yang
lain,,,
Rumah sakit juga gapapa kok Jo!
TEJO
Maksud kamu apa Sul?
SAMSUL
Yaaa kamu jangan pikirkan rumah
misterius itu lagi laa!
Sungguh tak sanggup aku kalau harus
kesana Jo!
TEJO
Tapi kamu kan tau Sul!
Kita pernah mendengar musik dari
dalam rumah itu!
SAMSUL
Ndak! Aku ndak dengar! Dan nggak mau
dengar ah!
TEJO
Ayuulah Sul!
Samsul menutup kedua telinganya dengan jari
telunjuknya. Sedangkan Tejo masih saja berpikir.
TEJO
Bagaimana kalau nanti malam Sul?
SAMSUL
(bersiul dan masa bodo)
Huuu,,,huuu,,,
TEJO
(teriak)
Sul!
Karena kesal, Tejo pun segera menarik tangan
Samsul.
SAMSUL
Apa sihhh Jo?
TEJO
Nanti malam kita ke rumah misterius
Sul!
Kita bawa alat-alat untuk
pertahanan,,,
Tapi Samsul terlihat acuh saja.
TEJO
Aku ndak bisa sendiri Sul,,,butuh
bantuan kamu Sul!
SAMSUL
Kan kamu bisa sendiri Jo?
TEJO
Berdua jauh lebih baik!
Kalau aku ada apa-apa, kamu bisa
beritahu ibuku Sul!
SAMSUL
Terus kalau aku yang kenapa-kenapa
bagaimana?
TEJO
Sul! Ya aku kasih tau ke ibumu!
Ini serius! Bukan waktunya bercanda!
SAMSUL
Haduhhhh,,,Jo,,,Jo,,,
kenapa harus sama aku sih Jo kesananya?
TEJO
Kamu sahabat aku kan Sul?
SAMSUL
(merayu)
Jo, kamu kan sahabatku juga nih,
Bisa ndak, untuk masalah yang satu
ini,
Aku bukan sahabat kamu Jo?
TEJO
Ndak bisa! Sahabat ya sahabat!
Dimana kalau sahabat butuh bantuan,
ya harus ditolong!
Jangankan sahabat Sul! Musuh sekalipun,
Tapi kalau butuh bantuan, ya tetap
harus ditolong!
Tejo langsung saja beranjak pergi.
SAMSUL
Tapi kamu kan bukan musuh aku Jo,,
(berpikir)
Tapiiii,,,kamu sahabat aku,
Jo,,,ahhh bingung,,,
Jo,,,Tejoooo,,,
25. EXT. HALAMAN RUMAH BU SRI – SIANG
Sebuah halaman yang cukup luas karena tidak ada
batas halaman tersebut, sepertinya halaman tersebut bisa menjadi sebuah tanah
lapang. Terlihat Bu Sri berjalan dan membawa sebuah wadah untuk menjemur ikan.
Ia kemudian merapihkan beberapa ikan yang tertumpuk didalam wadah tersebut.
Terdengar Bu Sri yang menembangkan sebuah lagu daerah.
(OS) TEJO
Buuu,,,
Sesaat saja Bu Sri menoleh kebelakang. Kemudian
muncul Tejo yang menghampiri ibunya tersebut.
TEJO
Ibu tau rumah sendirian yang ada
disana…
Tejo menunjukkan arah rumah misterius.
BU SRI
Lahhh, kamu kok tanya rumah itu Jo!
Memangnya kenapa?
TEJO
Ndak tau bu, Tejo sering dengar ada
suara musik dari
Dalam rumah itu,,,
BU SRI
Eee’alaaa,,,
Kamu jangan kesana, Jo!
TEJO
Apa orang-orang sudah pernah masuk
kedalam rumah itu bu?
BU SRI
Lha, ibu ndak tau eee Jo! Tapi
selama ini,
belum pernah ibu dengar ada yang
masuk kedalam rumah itu,,
TEJO
Berarti orang-orang bohong!
Termasuk…termasuk ibu!
BU SRI
Laaa bohong bagaimana maksud kamu
Jo?
TEJO
Kenapa orang-orang dan ibu melarang
kerumah itu!
Kan, orang-orang juga ndak tau
dalamnya rumah itu bu!
Malah anak-anak disini bilang ada
penunggunya, alias setan!
Kenapa anak-anak bisa bilang begitu,
pasti kan dari orang-orang,
Padahal orang-orang juga belum
pernah masuk,
Bukannya itu bohong bu?
Kalau begitu, siapa penunggunya bu?
Apa benar setan?
BU SRI
Sudahlah Jo! Jangan kamu bahas rumah
itu kenapa..!
TEJO
Tapi kemarin Tejo sama samsul
melihat orang,
Masuk kedalam rumah itu bu!
Tejo mengangguk pelan. Tapi Bu Sri bangkit
berdiri dan kembali menjemur ikan.
BU SRI
Sudahlah Jo!
Lebih baik kamu belajar saja,,,
TEJO
Nah, justru itu bu!
Tejo sering dengar suara musik
didalam rumah itu,
Siapa tau didalamnya ada guru musik
bu!
BU SRI
Eeealaaa,,,ndak usah main musik Jo!
Belajar yang lain saja,,,
TEJO
Tejo mau ikut festival musik bu!
BU SRI
Lah mau pakai apa musiknya Jo?
Kan di sekolah sudah rusak!
TEJO
Tapi Tejo mau ikut buuu,,
CU Wajah Bu Sri yang hanya terdiam. Ia hanya
memandang kearah tangannya.
26. INT. KAMAR BU SRI – MALAM
Terlihat Bu Sri yang sedang megambil sesuatu
dari dalam lemari. Ia kemudian duduk di tepi tempat tidur persis disamping Tejo
yang sedari tadi menunggu ibunya tersebut.
BU SRI
(sambil membuka kotak)
Ini rebab milik bapakmu ngger,,,
Kemudian Bu Sri pun megeluarkan rebab tersebut.
BU SRI
Ini untuk mu Jo!
Tejo pun mengambil rebab tersebut. Ia
memperhatikannya dengan seksama.
TEJO
Bagaimana memainkannya Bu?
Bu Sri kemudian mengambil rebab dari tangan
tejo dan Mencoba untuk membunyikannya. Beberapa nada terdengar harmonis. Lalu
beberapa saat kemudian Bu Sri berhenti memainkan rebab tersebut. Ia terdiam, CU
wajahnya meneteskan air mata. Tejo melihat ibunya.
BU SRI
Yaa hanya segitu yang ibu bisa,,,
Lalu Bu Sri mengusap air matanya yang menetes.
BU SRI
Tapi kalau bapakmu sangat mahir
ngger!
bapakmu sangat terkenal Jo,,,
Lalu Bu Sri mengembalikan rebab tersebut ke
Tejo.
27. EXT. TEPI PANTAI – MALAM
Kali ini di tepi pantai benar-benar sepi.
Kemudian muncul tejo dan samsul. Tejo menggunakan sarung yang diselimpangkan
dipundaknya. Ia juga membawa sebuah bambu ditangannya kirinya dan membawa
senter. Sedangkan Samsul memakai helm butut, mengikat sarung dipinggangnya
dengan membawa pentungan di kiri pinggang, bambu di kanan pinggang dan beberapa
balok kayu didepannya. Sedangkan tangannya juga menggengam senter dan juga
payung.
CU Wajah Tejo yang berkerut melihat tangan
Samsul yang memegang payung.
TEJO
Pakai helm segala sul! Terus kenapa
bawa payung Sul?
SAMSUL
Kalau kita melihat Setan,
(membuka payungnya)
Kita tutup kaca helmnya,
Terus Kita buka payungnya,
dan setannya ndak keliatan kan!
TEJO
Tapi kalau setannya banyak
bagaimana?
Ada yg dari kiri, kanan, depan,
belakang
SAMSUL
Iya ya Jo!
TEJO
Ya sudah, pokoknya, nanti, kalau
terdesak, teriak saja Sul!
Dan sekarang kamu berarti sudah siap
ya Sul?
SAMSUL
(menutup payungnya)
Aku sangat siap Jo!
Tejo memperhatikan perut Samsul yang
dikelilingi balok dan pemukul lainnya.
TEJO
Kamu bisa lari Sul?
Samsul kemudian memperhatikan perutnya. Ia
mencoba mengangkat celananya sedikit. Kemudian Samsul pun mengambil ancang-ancang
untuk siap-siap berlari.
SAMSUL
Agak sempit jo!
(berlari di tempat)
Tapi masih bisa lari,,,
TEJO
Baik kalau begitu! Ayo kita
brangkat!
SAMSUL
(cemas)
Nanti dulu Jo!
Tadi kamu benar Jo! Kalo setannya
banyak bagaimana?
Gak mungkin Cuma teriak! Kan masih
melihat setannya?
TEJO
Kamu pejamkan saja matamu! Dan kabur
secepatnya!
SAMSUL
Mantab! Siap!
(tapi Samsul berpikir kembali)
Tapi kalau kesandung, terus kita
jatuh,,
Bagaimana Jo?
Tapi Tejo sudah pergi meninggalkan Samsul.
28. EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH KAKEK DARMA
– MALAM
Tejo dan Samsul sudah berada di tempat yang
sama seperti yang mereka lakukan di rumah misterius tersebut. Mereka
melihat-lihat kedalam melalui sela-sela jendela rumah itu. Terlihat Samsul yang
berada dibelakang Tejo, selalu merapat ke tubuh Tejo, sehingga Tejo pun merasa
terganggu. Kadang-kadang Samsul juga
melihat kebelakang, ataupun kesamping.
TEJO
(berbisk)
Ihhh,,,jangan dekat dekat kenapa
Sul!
SAMSUL
(berbisik)
Bagaiman Jo?
Ada orangnya nggak?
Tejo menggelengkan kepalanya.
TEJO
Bagaiman kalau kita ketuk saja pintunya
Sul?
SAMSUL
Wessttt jangan Jo! Kamu cari masalah
saja,,,
Kan kita gak tau ini rumah ada orang
atau tidak,,,
Kita juga gak tau didalamnya setan
apa orang,,,
Kita juga ndak tau apa orang benar
atau orang gilaaa
Kitaaa,,,
TEJO
Sssstttt,,,sudah sudah brisik kamu
Sul!
Tapi tidak berapa lama kemudian terdengar suara
biola yang dimainkan oleh seseorang.
TEJO
Nah tuh, kan Sul!
Lalu mereka pun berebutan untuk dapat melihat
kedalam rumah itu.
TEJO
Rambutnya panjang Sul!
SAMSUL
Panjang Jo,,,kuntil anak rambutnya
panjang Jo,,,
TEJO
Kamu sudah pernah lihat kuntil anak
Sul?
SAMSUL
Laahhh itu kata orang-orang…
(OS) KAKEK DARMA
Silakan masukkk nak…
Mendengar itu, Tejo dan Samsul terkejut, segera
saja mereka menengok ke belakang.
TEJO DAN SAMSUL
Aaaaaa….
Mereka berteriak dengan wajah Tejo dan Samsul
sepertinya terlihat cembung. Bersamaan dengan itu, Samsul lari, tapi kepalanya
yang pakai helm, membentur pohon. Ia pun jatuh pingsan.
29. INT. RUMAH KAKEK DARMA – MALAM
Terlihat wajah KAKEK DARMA (60 tahun) dan Tejo.
Mereka sepertinya sedang memandang dan memperhatikan sesuatu yang ada dibawah
pandangan mereka.
TEJO
Sulll,,,samsulll,,,
Tejo dan Kakek Darma terlihat blur, tapi lama
kelamaan terlihat sangat jelas. Tampak Samsul yang sedang terbaring diatas
sebuah sofa sederhana, sedang Kakek Darma dan Tejo sedang menunduk membangunkan
Samsul.
SAMSUL
Setaaannn,,,,
SAMSUL DAN TEJO
Aduuuuhhhhh,,,,
Ternyata samsul bangun tiba-tiba, tapi ketika
bangun, ia pun jedotan sama Tejo. Mereka
berdua pun saling memegang jidatnya masing-masing dan tampak kesakitan.
KAKEK DARMA
Hehehe,,,setan nya manaa ngger?
Terlihat CU wajah Samsul yang memperhatikan Kakek
Darma dan Tejo.
TEJO
Aduuhhh,,,Sullll,,,gara-gara kamu
nehhh!
Setannya tuh gak ada Sul! Untung
helmnya sudah dilepas!
Kemudian Samsul memperhatikan Kakek Darma.
Tampak laki-laki tua ini masih terlihat segar. Penampilannya yang tereksan
sederhana tapi juga memberikan kesan kalau dirinya berada pada status sosial
yang berkecukupan.
TEJO
Ini tuh KAKEK DARMA,,
SAMSUL
Lah kamu kok tau Jo!
TEJO
Tadi kamu pingsan, aku sama Kek
Darma sudah bicara,,,
CU Kakek Darma yang mengangguk. Diatas meja,
terlihat beberapa kertas yang berantakan. Tampak kertas tersebut penuh dengan
coretan nada-nada.
KAKEK DARMA
Sekarang Kakek mau Tanya, kalian
kesini mau apa?
Tampak Tejo dan Samsul saling berpandangan.
Mereka saling senggol-menyenggol. Tapi akhirnya Samsul kalah oleh tatapan Tejo.
SAMSUL
Loh kok aku sih Jo!
Sekali lagi tejo menatap tajam kearah Samsul.
SAMSUL
Baik, begini Kek! Si Tejo,
mau menjelaskan kedatangan kami
kesini Kek!
Tejo yang mendengar hal itupun jadi terkejut.
SAMSUL
Hehehe,,,Silakan Jo…dijelaskan…
Terlihat Samsul yang tenang-tenang saja.
TEJO
Kami tadinya berpikir,
Kalau rumah ini, ada setannya Kek!
Seperti yang anak-anak dan orang-orang
bilang!
SAMSUL
Tapi si Tejo katanya sering dengar
dari dalam
Rumah ini ada suara musik Kek!
Tejo melirik kearah Samsul. Tapi samsul malah
menyenggol Tejo dan sikapnya sok asyik gitu deh. Sedangkan CU wajah Kakek Darma
yang terlihat sepertinya sedikit terkejut, tetapi ia berusaha menyembunyikan
sesuatu.
30. INT. KAMAR BU SRI – MALAM
Pandangan bergerak menuju kearah Bu Sri yang
sedang duduk. Terlihat Bu Sri yang wajahnya terlihat sudah dandan. Belakangan
diketahui kalau Bu Sri sudah berpenampilan layaknya seorang penari. Sesaat saja
wajah melihat pada foto suaminya yang sedang meniup rebab. Tidak berapa lama
kemudian Bu Sri meletakkan foto tersebut disebuah meja yang ada didekatnya.
Tidak berapa lama kemudian, Bu Sri mulai
menari. Dengan menghayati tarian tersebut, tampak Bu Sri yang mulai
menggerakkan tubuhnya dengan gemulai.
31. INT. RUMAH KAKEK DARMA – MALAM
TEJO
Jadi Kakek dulu seorang pemusik?
Kakek Darma terlihat mengangguk. Tapi kemudian
terlihat Tejo yang sedang berpikir.
TEJO
Loh kenapa Kakek seperti bersembunyi
disini?
SAMSUL
Seperti bajak laut aja Kek! Sembunyi-sembunyi,,,
KAKEK DARMA
Mungkin belum saatnya kalian
mengerti,
Tapi masa lalu Kakek, membuat Kakek
seperti ini!
TEJO
Loh, memangnya kenapa Kek?
Sesaat KAKEK DARMA yang terlihat terdiam. Ia
menarik nafasnya. Lalu ia pun memperhatikan Tejo dan Samsul.
KAKEK DARMA
Kakek, dulunya selain bermain musik,
Tapi juga suka minum-minuman keras,
suka menghambur-hamburkan uang,
Suatu saat, rumah Kakek terbakar
karena kesalahan Kakek!
Anak dan mantu Kakek meninggal,,,
Tejo dan Samsul saling berpandangan. Sedangkan KAKEK
DARMA tampak memandang kedepan dengan pandangan nanar.
KAKEK DARMA
Sejak itu, Kakek ingin sepi,,,
TEJO
Jadi kakek tinggal seorang diri
disini?
PRANG! Tiba-tiba saja terdengar suara piring
pecah dari dalam kamar. Semuanya pun terkejut. CU Wajah Kakek Darma yang segera
berubah menjadi ketakutan.
KAKEK DARMA
Oh! Sebaiknya kalian pulang saja,
sudah malam!
Hayooo,,,hayooo,,,
Kakek Darma pun bangkit dan segera menghampiri
anak-anak. Terlihat Tejo dan Samsul bangkit berdiri dan mereka kembali saling
berpandangan.
TEJO
Baik Kek!
SAMSUL
Jo! Katanya mau belajar bermain musik!
Mendengar itu, Tejo pun gelagapan. Sedangkan KAKEK
DARMA, sedikit tersenyum yang dipaksakan.
KAKEK DARMA
Kapan pun kalian mau belajar musik, Silakan
datang kesini!
Rumah ini terbuka untuk kalian kok!
Tapi sekarang sebaiknya kalian
pulanglah,,,
TEJO DAN SAMSUL
Baik Kek!
Lalu terlihat Kakek Darma yang tersenyum.
32. EXT. SEBUAH POHON BESAR – SIANG
Tampak sebuah pohon yang cukup besar, sehingga
sangat teduh bila berada dibawah pohon tersebut. Lalu muncul Tejo dan Samsul,
Untuk beberapa saat, mereka pun mencoba untuk memanjatnya. Lalu mereka
mengambil posisi masing-masing. Kemudian Tejo mengeluarkan rebab miliknya. Ia
mencoba untuk memainkan rebab tersebut. Tapi yang terdengar suara fals dari rebab
tersebut. CU Wajah Samsul yang mulai terganggu karena suara rebab tersebut.
SAMSUL
Jo! Lebih baik tidak usah kau mainkan
rebabnya!
TEJO
Terus diapakan rebabnya Sul?
SAMSUL
Disimpan saja, tunggu sampai Kakek
Darma mengajarkan kamu!
Lagi pula, apa kamu tidak takut
rusak?
Lalu Tejo pun menghentikannya bermain rebabnya.
Ia kemudian mengambil sebuah kerang besar dari dalam tasnya. Ia memperhatikan
kerang tersebut.
SAMSUL
Untuk apa sih Jo, kamu kumpulkan
kerang!
Nggak yang kecil, nggak yang besar!
TEJO
Ndak tau Sul!
Tapi sepertinya, kerang ini bisa
bermanfaat!
CU Wajah Tejo yang melihat rumah kerang. Ia
kemudian mencoba untuk meniupkan kerang tersebut.
SAMSUL
Jo, kenapa ada suara piring pecah
dirumah Kakek Darma ya, Jo?
TEJO
Iya ya sul!
Kan kita pernah liat ada yang
berambut panjang,,,
SAMSUL
Apa Kakek Darma pelihara mahluk
halus!
TEJO
Husst! Kamu itu ya Sul! Jangan nuduh
sembarangan!
Kakek Darma itu orangtua Sul! Yang
harus kita hormati!
Kali ini Samsul terdiam. Ia menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal.
SAMSUL
Kita masih mau ikut festival Jo?
TEJO
Pasti Sul! Jangan takut kalah!
Aku yakin kita menang Sul!
SAMSUL
Kalau sekolah tidak mengabulkan kita
ikut bagaimana Jo?
Kan angklung sekolah sudah rusak Jo!
CU Tejo hanya terdiam. Ia melihat kearah pantai dan hanya memandang rebab
yang ada ditangannya. Lalu Samsul memandang kearah rebab yang dipegang Tejo.
Sesaat saja ia mengusap rebab tersebut.
SAMSUL
Kita Cuma punya rebab satu!
Memangnya sekolah tidak punya uang apa
Jo?
Tejo hanya mengangkat bahunya tanda tidak tahu.
SAMSUL
Jadi kita gak punya alat musik!
Cu Wajah Tejo yang hanya memandang lurus
kedepan. Ia memandang langit yang biru.
TEJO
Sing penting kita punya semangat
Sul!
Kita punya kemauan!
Pasti ada jalan Sul!
33. EXT. HALAMAN RUMAH KAKEK DARMA – SIANG
Terlihat Kakek Darma
yang keluar dari dalam rumah sambil membawa peralatan lukisnya. Kemudian ia
mengambil posisi disekitar halaman tersebut. Bersamaan dengan itu, jendela
kamar Nina pun terbuka, lalu Nina melongok keluar.
Dilihatnya Kakek Darma
yang bersiap-siap untuk melukis. Sesaat CU wajah Nina yang bingung.
NINA
Kek! Memangnya Kakek bisa gambar?
Mendengar itu kakek
Darma menoleh kearah Nina.
KAKEK DARMA
Kamu bisa lihat nanti Nin!
CU Wajah Kakek Darma
yang tersenyum. Kemudian Kakek darma memulai untuk menggores kanvasnya.
Sedangkan Nina sepertinya memandang Kakeknya dengan merasa tidak percaya.
34. EXT. HALAMAN RUMAH BU SRI – SIANG
Pak Banged terlihat berdiri di halaman rumah Bu
Sri. Sedangkan Bu Sri tampak duduk di sebuah bangku yang sudah usang. Beberapa
anak buah Pak Banged tampak berdiri tegap diluar halaman.
PAK BANGED
Bagaimana ini Sri?
Sudah beberapa bulan, tidak ada
kabar dari suamimu!
Dan kamu juga belum bisa membayar
perahuku!
CU Wajah Bu Sri yang hanya terdiam.
PAK BANGED
Kau tahu kan Sri!
Berapa ongkos untuk buat perahu yang
baru!
Sekarang harga naik semuanya!
Bu Sri kembali hanya terdiam.
BU SRI
Baik pak! Saya janji, bulan depan pak!
PAK BANGED
(marah)
Sri! Dari kemarin, bulan depan,
bulan depan!
Pak Banged tampak kesal. Ia pun bersandar pada
dinding rumah. Lalu ia memegang dinding dan kemudian memperhatikan rumah
tersebut. CU Wajahnya agak terlihat licik dan tersenyum.
PAK BANGED
Kalau memang terpaksa, bisa saja
kamu jual rumah ini Sri!
Aku juga siap menambahkan uang,
Untuk membeli rumah kamu ini!
Tiba-tiba saja muncul Tejo. Pak Banged yang
melihat hal itu merasa terganggu. Sesaat ia melihat kearah Bu Sri. Lalu ia
memperhatikan Tejo yang memandang kearahnya.
PAK BANGED
Kalu begitu Banged permisi dulu Sri!
Lalu segera saja Banged pergi keluar. CU Wajah
Tejo yang melihat kearah Pak Banged pergi.
Kemudian ia menatap kearah ibunya.
TEJO
Ada apa bu?
CU Wajah Bu Sri yang berubah, ia pun tersenyum
dan segera menghampiri Tejo anaknya tersebut.
BU SRI
Tidak ada apa-apa,,kamu sudah pulang
Jo?
TEJO
Ibu bohong lagi sama tejo,,,
CU Wajah Bu Sri yang tersenyum.
BU SRI
Ibu tidak bohong sama kamu,
Tadi Pak Banged kemari hanya
menanyakan keadaan ibu,,,
TEJO
(bingung)
Keadaan ibu?
BU SRI
He ehh,,
CU Tampak wajah Tejo yang masih tidak percaya.
BU SRI
Jo keadaan itu bisa sedih,
bisa gembira, bisa apa saja kan?
Tejo menatap kearah ibunya tersebut.
BU SRI
Sebaiknya masuk dulu jo…Ayooo..
Lalu Bu Sri dan Tejo masuk kedalam rumah.
35. INT. KAMAR BU SRI – MALAM
Terlihat Bu Sri yang selesai Sholat. Sedangkan
Tejo tampak duduk sedang membaca sebuah buku pelajaran. Sesaat saja Bu Sri
menatap Tejo.
BU SRI
Ibu mau menjual rumah ini Jo!
Mendengar itu, CU wajah Tejo pun langsung
berubah. Ia menatap kearah ibunya tersebut.
TEJO
Rumah ini dijual Bu?
Bu Sri pun mengangguk pelan. Terlihat wajah
tejo yang kecewa.
TEJO
Pasti Pak Banged yang menyuruh
ibu,,,
BU SRI
Pak Banged hanya memberikan jalan
keluar Jo!
TEJO
Loh, kenapa ibu bela Pak Banged sih!
Bu Sri melepaskan mukena yang digunakannya,
sesaat ia melipat mukena tersebut.
BU SRI
Jo! Meskipun Pak Banged seperti itu,
kita tetap harus hargai pemikiran
orang, seperti Pak banged,,
Bantuan itu sifatnya tidak hanya
berupa uang ataupun barang,,,
Kadang pemikiran seseorang jauh
lebih berharga Jo!
Ibu tidak pernah terpikirkan untuk
menjual rumah ini,
Dan Pak Banged memberikan jalan
keuar…
Tejo terdiam. Ia hendak melanjutkan bacanya.
TEJO
Untuk apa rumah ini dijual bu?
BU SRI
Pak banged menagih uang perahu yang dipakai
Kakekmu Jo,,
TEJO
Berarti tadi siang Ibu bohong sama
Tejo kan!
BU SRI
Ibu tidak bohong!
Pak Banged memang menanyakan keadaan
ibu kok!
Keadaan ibu yang belum membayar perahu
milik Pak Banged!
Apa ibu bohong Jo?
Tejo kemudian menatap ibunya tersebut, lalu ia
menggelengkan kepalanya. Bu Sri selesai melipat mukenanya, ia pun segera
beranjak mendekati Tejo. Lalu perempuan itupun duduk disamping Tejo.
BU SRI
Biar pun kita tidak punya rumah,
Sing penting kita tidak meninggalkan
hutang,
Dan kita bertanggungjawab,
dan satu lagi kita punya harga diri,
Kalau kita bayar perahunya Pak
Banged,,,
Bu Sri kemudian menuang air kedalam gelas yang
ada diatas meja.
BU SRI
Kalu kita bayar, orang-orang tidak
akan
Mengatakan lagi kalau Kakekmu
pencuri!
Bu Sri pun meneguk air.
TEJO
Terus kita tinggal dimana Bu?
BU SRI
Sementara kita ikut Pak Le mu,,,
Sesaat saja Tejo berpikir. Tampak selintas
tulisan tentang festival musik.
TEJO
Bu, bagaimana rumah ini dijual,
Setelah Tejo ikut Festival musik!
BU SRI
Jo! Bagaimana kamu bisa ikut,,,
TEJO
(menyela)
Bu! Tejo punya rebab milik Bapak!
BU SRI
Memangnya kamu sudah bisa?
Terlihat Tejo terdiam. Ia memandang kearah Bu
Sri.
TEJO
Sebentar lagi, Tejo pasti bisa bu!
Bu, hadiah festival memang tidak
besar,
Tapi setidaknya, kita bisa bayar
sebagian hutang
Sama Pak banged!
BU SRI
Memangnya kamu sudah pasti juara Jo?
Tejo kembali hanya terdiam.
TEJO
Bu! Ibu kan pernah bilang,
Kalau hidup ini harus dibekali
dengan 3 hal,
Sabar, Iklas dan Yakin,,,
Tejo sudah sabar dikatakan anak
pencuri!
Tejo iklas kehilangan Bapak, yang
entah kemana!
Dan sekarang, Tejo tambah yakin,
Kalau Tejo akan menang bu,,
Kali ini Bu Sri yang terlihat terdiam.
BU SRI
Jo, keyakinan bukan hanya yakin di
hati,,,
Tapi karena sudah ada yang
dilakukan,
Kalau kamu yakin menang di festival
musik itu,
Apa yang sudah kamu lakukan Jo?
Apa kamu sudah latihan?
Apa kamu sudah bekerja keras untuk
itu?
Tejo kemudian memandang kearah ibunya tersebut.
BU SRI
Sama satu lagi Jo!
Itu kerang untuk apa ya?
Terlihat beberapa kerang besar yang berjejer di
salah satu sudut ruangan. CU Wajah Tejo yang hanya terdiam. Lalu Tejo pun
tersenyum.
BU SRI
E alaaa,,,senyam senyum begitu Jo!
(memeluk Tejo)
Jelek kamu tau!
36. EXT. HALAMAN RUMAH KAKEK DARMA – SIANG
Tampak sebuah halaman yang ada beberapa batu
yang cukup besar untuk diduduki. Terlihat Tejo dan samsul yang duduk diantara
batu tersebut. Samsul memegang sebuah bambu. Cu Wajah samsul yang sepertinya
menahan buang air besar. Sedangkan Kakek Darma terlihat berdiri sambil memegang
rebab milik Tejo.
KAKEK DARMA
Musik hanyalah persoalan bunyi!
Jadi kalau rebab ini digesek,
Maka akan terdengar bunyinya,,,
Tapi bunyi ini masih belum disebut
musik!
SAMSUL
(berbisik ke tejo)
Jo! Perutku,,,perutku,,,bisa-bisa
ndak tahan Jo,,,
TEJO
Kamu ambil batu aja, Kamu pegang,
biar bisa tahan,,,
Sebentar lagi juga selesai Sul!
Samsul
kemudian melihat kesuatu arah mencari batu. Lalu iapun segera mengambil batu
dan CU memegangnya kuat-kuat. CU Wajah Samsul yang tidak sedap dilihat. Sedangkan
Kakek Darma mencoba untuk menggesekkan satu nada dari rebab tersebut.
KAKEK DARMA
Ada bunyi yang terdengar sama,
Tapi ada juga bunyi yang terdengar
berbeda,
Ada yang tinggi seperti ini,,,
Lalu Kakek Darma menggesek rebab dengan nada
yang tinggi.
KAKEK DARMA
Tapi ada juga yang bunyinya
terdengar rendah,
Seperti ini,,,
Lalu Kakek Darma pun menggesek kembali rebab dengan
nada yang rendah. Tejo dan Samsul memperhatikan Kakek Darma. Tapi CU wajah
Samsul yang sepertinya merasa tersiksa.
KAKEK DARMA
Nah, untuk menjadi sebuah musik,
Maka kita harus memadukan
bunyi-bunyi tersebut,,,
Mungkin disekolah kalian sudah
mempelajarinya,
Kakek hanya mengulangnya saja,,,
Lalu Kakek Darma kali ini memainkan rebab
tersebut dengan beberapa nada sehingga terdengar harmonis. Beberapa saat
kemudian Kakek Darma pun berhenti. Tapi
kemudian Tejo memperhatikan bambu yang dipegang oleh Samsul. Lalu ia mengambil
sebuah batu yang ada disekitarnya.
TEJO
Sebentar Kek!
Jadi, kalau musik itu cuma bunyi,
Berarti kalau seperti ini juga musik
dong Kek!
Tejo memukulkan batu ke bambu beberapa kali.
KAKEK DARMA
Tepat! Tapi bunyinya harus
berfariasi,
Jadi akan terdengar lebih enak,,,
Coba kamu lakukan Jo,,
Kemudian Tejo pun segera mencoba apa yang
diperintahkan oleh Kakek Darma. Terdengar suara yang harmonis dari pukulan Tejo
tersebut. CU Wajah Samsul yang tersenyum senang. Begitu pula dengan Tejo. Belakangan
Kakek Darma pun tersenyum senang. Lalu Kakek Darma malah meniupkan rebabnya, sehingga
terjadi kombinasi musik yang harmonis.
(OS) NINA
Kakeeekkk
Mendengar itu, mereka semua pun berhenti.
Terlihat Kakek Darma yang terdiam dan memandang kearah Tejo dan Samsul.
37. INT. KAMAR NINA – SIANG
Tiba-tiba saja muncul Kakek Darma dari balik
pintu kamar. Terlihat sebuah kamar yang tidak terlalu luas tapi sinar yang
masuk kedalam kamar tersebut tidaklah cukup terang.
NINA
Kakek masih bicara sama anak-anak itu
ya?
Tampak NINA, 9 tahun, seorang anak perempuan
yang rambutnya dibiarkan panjang. Ia hanya tertidur dengan selimut yang
menutupi kakinya. Sedangkan didekatnya terlihat sebuah biola.
KAKEK
Hee,,,ndak boleh seperti itu ndok!
NINA
Kakek sudah tidak sayang sama Nina
lagi kan?
KAKEK
Bukan! Bukan begitu ndok! Sebentar
Nin!
Sini,,,masuk Jo! Sul!
Kemudian muncul Tejo dan Samsul dari balik
pintu. Nina segera membalikkan tubuhnya.
NINA
Tidak! Nina tidak mau Kek!
KAKEK DARMA
Ninaa, itu saru namanya,,
Ini temanmu Nin,,coba kamu lihat
kemari,,
Sesaat Nina tidak mau menengok.
KAKEK DARMA
Kamu harus seperti mereka,,
Coba kamu lihat,,,
Perlahan Nina pun segera melihat kearah Tejo
dan samsul. Lalu Nina memperhatikan kaki Tejo yang hanya satu kaki.
KAKEK DARMA
Ini Nina Jo! Sul!
Dia cucu Kakek satu-satunya,,,
DUT! Situasi pun jadi terdiam. Lalu tampaknya
mereka semua mencium sesuatu. Dengan cepat Tejo melihat kearah Samsul.
SAMSUL
Aduhhh,,,perut ku Jo!
Aku sudah ndak tahan Jo!
Samsul memegang perutnya. Ia terlihat sedikit
membungkukkan badannya.
TEJO
Kamu,,,
(memberikan isyarat)
Di celana?
SAMSUL
Belum keluar Jo! Aduhhh,,,
Sesaat Samsul menengok ke Kakek Darma dan Nina.
Lalu ia mengangguk pelan. Cu wajah Nina yang terlihat tersenyum.
SAMSUL
Kek kamar mandinya dimana ya?
Kakek Darma menunjuk kesuatu arah.
KAKEK DARMA
Disanaa…
Lalu terlihat Samsul yang berjalan sambil membungkuk
menahan sakit perutnya. DUT!
KAKEK DARMA DAN TEJO
(tertawa)
Buakakakakaka,,,
Lalu tampak Nina yang mencoba untuk menahan
tawa. Tapi ternyata ia tidak sanggup, maka meledaklah tawa anak perempuan
tersebut. Pada akhirnya suasana pun terasa hangat.
38. INT. KAMAR BU SRI – MALAM
Kali ini Tejo terlihat sedang menyelesaikan
sholat malamnya. Sedangkan Bu Sri tampaknya sedang merapihkan baju tari
miliknya. Tidak berapa lama kemudian Tejo pun menghampiri ibunya tersebut.
TEJO
Ibu, itu baju siapa?
BU SRI
Ini baju tari ibu! Waktu ibu jadi
penari,
Kakekmu penggesek rebabnya Jo!
TEJO
Ohhh Ibu sama Kakek seniman toh!
BU SRI
Ibu sama Kakekmu sebenarnya ingin
kamu berbeda,
Sekolah sampai perguruan tinggi,
Jadi orang yang lebih baik, dari
orangtua mu ngger!
Tampak Tejo memperhatikan baju tari ibunya
tersebut.
BU SRI
Yaa itu kemauan ibu sama bapakmu
ngger!
TEJO
Bu, ibu tau gak kalau rumah yang
sendiri itu,
Ternyata penghuninya seorang Kakek
yang dulunya
Seorang pemusik!
CU wajah Bu Sri yang hanya terdiam.
TEJO
Tejo sama Samsul, sudah kesana Bu!
Dan satu lagi, ada cucu perempuan,
Yang tidak mau bermain sama
anak-anak yang lain,
Karena ia sakit kata Kakek itu bu!
BU SRI
Sakit? Sakit apa?
TEJO
Ndak tau bu, pokoknya sejak rumah Kakek
itu terbakar,
Anak dan menantunya meninggal,
Mereka berdua sepertinya ingin
sepi,,,
Dan kata Kakek itu, cucu
perempuannya itu,
Tidak mau keluar rumah, malu
katanya!
CU Sesaat wajah Bu Sri yang berpikir sesuatu.
BU SRI
Ya mungkin saja anak perempuan itu,
Malu sama penyakitnya…
CU Wajah Tejo yang mengangguk. Lalu Tejo pun mengambil
rebab yang ada di meja. Ia kemudian memainkan beberapa nada yang harmonis. Bu
Sri terlihat memperhatikan dan mendengarkannya. Sesaat saja Tejo berhenti menggesekkan
rebab.
BU SRI
Siapa yang mengajarkan kamu Jo?
TEJO
Kakek itu bu!
Namanya KAKEK DARMA!
Dia pemusik serba bisa bu!
Dirumahnya juga ada biola, dan
anaknya itu bu,
Diajarkan bermain biola,,,
39. INT. KAMAR NINA – SIANG
Terdengar suara biola yang dimainkan oleh Nina.
Kemudian suara itupun berhenti. Tejo dan Samsul terlihat bertepuk tangan. Lalu
situasi kembali tenang.
KAKEK DARMA
Jadi kalian ingin mengikuti festival
musik tersebut?
TEJO DAN SAMSUL
Benar Kek!
NINA
Tapi bagaimana bisa Kek?
Sesaat Kakek Darma terdiam. Kali ini mereka
berempat berkumpul di kamar yang tidak besar tersebut. Tapi Nina tetap diatas
tempat tidur sambil kakinya tertutup selimut.
SAMSUL
Betul Kek! Kita tidak punya alat
musik!
CU Wajah Tejo yang terlihat berpikir keras.
TEJO
Bagaimana kalau kita buat alat musik
Kek!
NINA
Bagaimana bisa Jo?
SAMSUL
Iya Jo, bagaimana?
TEJO
Sebentar,,,
Kemudian Tejo mengeluarkan kerang besar dari
dalam tasnya. Lalu ia mencoba untuk meniupnya, dan terdengar suara dari tiupan
tersebut. Semua wajah memandang kearah Tejo.
NINA
Ternyata terdengar bunyi Kek!
Kakek Darma mengangguk pelan.
TEJO
Jika suaranya bisa kita buat
harmonis,
Digabungkan dengan bambu yang
dipukul,
Terus benda-benda lain,
Mungkin ini bisa jadi alat musik Kek!
CU Terlihat Kakek Darma yang tersenyum.
Sedangkan Samsul langsung saja melompat sambil bertepuk tangan, karena
senangnya.
SAMSUL
Betul juga kamu Jo!
Gak percuma aku mengajarkan mu Jo!
Mendengar itu tejo hanya terlihat kesal.
Sedangkan Kakek darma dan Nina tersenyum.
KAKEK DARMA
Tapi kita butuh beberapa orang untuk
memainkan alat musiknya?
TEJO
Apa tidak bisa dibuat sederhana Kek?
KAKEK DARMA
Bisa saja, tapi akan lebih semarak,
Lebih atraktif kalau dimainkan
banyak orang!
SAMSUL
Kita bujuk anak-anak aja Jo!
TEJO
Mana mungkin Sul?
KAKEK DARMA
Kenapa tidak mungkin Jo?
Apa kamu sudah mencobanya?
SAMSUL
Wah, betul itu Jo!
Terlihat Tejo yang berpikir.
NINA
Mencoba tidak ada salahnya kan, Jo?
SAMSUL
Betul sekali Nin! Bagaimana Jo?
Kali ini CU Tejo mengangguk.
CUT TO:
SELESAI
Komentar
Posting Komentar