Suku Dayak Indramayu
Penulis : Lisna Setiani
Akademi Komunikasi - Bina Sara Informatika, Ciledug
Layar gelap dan muncul tulisan “wedi-sabar-
ngadirasa (ngajirasa), Ngajirasa TIGA TA
(Harta-Tahta-Wanita)”.Terdengar suara puji-pujian alam dari ritual suku dayak
hindu budha bumi segandu. Perlahan menampilkan
bumi sampai masuk ke awan, lalu tampak kaki yang sedang bersila menggunakan
celana hitam putih dengan dua tangan diletakan menyilang diatasnya dan suara
pun terdengar sedikit jelas. Tampak peta Indonesia dan secara cepat menunjukan
lokasi jawa dan suara semakin jelas. Dari
buram sampai jelas terlihat kalung unik yang menggantung panjang sampai ke
perut. Peta terus bergerak sampai memperlihatkan Indramayu dan tampak dari
belakang kepala yang menatap sebuah kolam kecil yang merupakan sentral ritual
suku dayak. Lalu tergambar suasana langit malam Indramayu yang berawan dan daun yang terhembus angin. Air yang mengalir
dengan tenang diiringi suara jangkrik dan katak. Suasana malam perlahan berubah
menjadi pagi di landmark indramayu. Dilanjutkan
dengan gambar papan bertuliskan kecamatan losarang. Lalu tampak sawah, kebun,
sungai dan binatang. Kemudian terlihat gapura kawasan suku dayak indramayu dan pendapa
tempat ritual suku dayak.
Kemudian juru bicara ketua suku dayak menjelaskan
mengenai sejarah arti dari suku dayak hindu budha bumi segandu. Gambar sesekali
beralih menunjukan ukiran sejarah manusia dan alam di sepanjang dinding kawasan
suku dayak dan bangunan juga gubuk yang ada di tempat tersebut. Ditambah gambar
tanah dan ketua suku dayak yaitu takmad yang sedang duduk semedi. Kemudian
tampak suku dayak preman (memakai baju biasa), suku dayak seragam (memakai baju
dan celana hitam) dan suku dayak (memakai celana hitam putih). Lalu tampak
pesawahan dan padi yang menguning dan anggota suku dayak yang sedang berjalan di sawah dan beberapa
wanita suku dayak juga anak mereka yang
sedang berada di lingkungan rumah.
Lalu salah satu anggota suku dayak dan juru
bicara ketua suku dayak bergantian memberi tahu tentang ajaran ngaji rasa
sejarah alam yang merupakan pakem kehidupan mereka sehari-hari. Wedi-sabar-ngadi
rasa yaitu mengkaji salah dan benar nya ucapan dan kenyataan pada diri sendiri sebelum
pada orang lain. Tampak gerakan tangan dari juru bicara suku dayak yang
menunjuk perut lalu naik ke atas sampai ke kepala.Mereka mengakui ngaji rasa
sebagai jalan menuju pemurnian diri, mendidik setiap anggota suku untuk
mengendalikan diri dari TIGA TA (harTA, tahTA, waniTA). Tampak pekerjaan suku
dayak dimana mereka ada yang bertani, berkebun, dan
menjadi supir. Kemudian kehidupan sehari-hari mereka yaitu para lelaki yang
mengerjakan aktivitas isteri seperti mencuci piring, baju bahkan memasak. Mereka
juga menjelaskan bahwa ngaji rasa juga mengajarkan untuk saling menyayangi
sesama makhluk hidup, baik pada manusia, hewan dan tumbuhan sehingga mereka
tidak makan yang bernyawa bahkan susu dan telur dan kondisi kesehatan mereka
yang tidak gampang sakit.
Kemudan juru bicara ketua suku dayak
berbicara mengenai ritual yang merupakan proses menyatukan diri dengan alam. Tampak
pendapa nyi ratu kembar dari luar, lalu
perlahan terlihat ruangan dalam pendapa . Di dinding ruangan ada beberapa foto dan piagam, juga burung
garuda. Lelaki suku dayak perlahan memasuki pendapa dan duduk-duduk
mengelilingi air mancur yang ada di tengah ruangan. Ritual pun dimulai dengan
melantunkan kidung alam asturi dan puji-pujian alam secara bersama-sama. Selesai melantunkan Kidung dan Pujian
Alam, pemimpin kelompok, Takmad Diningrat, membeberkan cerita pewayangan
tentang kisah Pandawa Lima dan guru spiritual mereka, Semar. Tampak ketua MUI Indramayu sedang duduk di ruangannya dan
menceritakan bahwa suku dayak itu sesat karena tidak memiliki agama dan
menyembah alam dan harus dibubarkan
.Usai paparan wayang, Pak Takmad memberikan petuah-petuah kepada para
pengikutnya. Paparan wayang dan petuah ini berlangsung hingga tengah malam.
Usai itu, para lelaki menuju ke sungai yang terletak di belakang benteng
padepokan. Di sungai dangkal itu mereka berendam dalam posisi telantang, yang
muncul hanya bagian mukanya saja. Mereka berendam hingga matahari terbit. Siang
harinya, di saat sinar matahari sedang terik, mereka berjemur diri, yang
berlangsung mulai sekitar jam 9 hingga tengah hari.)
Salah satu anggota suku dayak menceritakan
bahwa mereka tidak terikat pada pemerintah, mereka tidak memiliki KTP dan tidak
mengikuti pemilu . Salah seorang pihak kepolisian menjelaskan bahwa mereka
telah memperingatkan suku dayak untuk mengikuti pemerintah. Juru bicara ketua
suku dayak menjelaskan alasan mereka
tidak mengikuti pemerintah. Anggota suku dayak berbicara mengenai keberadaan
mereka yang semakin berkurang dalam arti banyak suku dayak yang keluar karena
godaan yang akhirnya menjadi dayak seragam atau dayak preman. Juru bicara ketua
suku dayak memberi keterangan tentang eksistensi mereka dalam menghadapi berkurangnya
anggota suku mereka.
Komentar
Posting Komentar