AA Gym, Ahok dan Fir'aun
Menarik untuk informasi ug diberikan oleh Prof. Sumanto Al Qurtubi, dalam kuliah virtual yg dilakukannya. Dalam konteks keilmuan yang lebih terukur, dapatlah dipahami fenomena sosial yg terjadi di masyarakat, khususnya dalam persoalan agama.
Pernyataan Aa Gymn yang kurang lebih menyamakan antara Ahok dan Fir'aun ini menggelitik untuk saya tanggapi karena pernyataannya yang "ngeles", asal-asalan dan tidak ilmiah ini menjadi viral dan diikuti oleh banyak orang dan jama'ah unyu-unyu. Menyamakan Ahok dengan Fir'aun jelas tidak valid seperti "Joko Sembung naik ojek" alias gak nyambung jek.
Sepertinya Aa tidak paham "Fir'aun" itu jenis makhluk apa. Dan sepertinya juga, ia tidak menguasai sejarah Mesir kuno dimana "Fir'aun-Fir'aun" itu berada. Kenapa saya katakan menyamakan Ahok dengan Fir'aun itu tidak nyambung? Karena Ahok itu kan "person" sedangkan Fir'aun itu (atau disebut "Pharaoh") adalah nama gelar semacam raja di zaman Mesir Kuno. Kalau mau membandingkan ya harus "jengkol to jengkol" dong. Jangan bandingkan jengkol dengan tongkol, misalnya, he he.
Anggapan Aa Gym bahwa "Fir'aun" hancur karena telah menistakan Allah juga ucapan yang ngeles dan tidak akademik. Konsep "Allah" tidak dikenal di zaman Mesir Kuno. Dan tidak semua Fir'aun di zaman Mesir Kuno mengklaim sebagai "Tuhan" atau "setengah Tuhan". Hanya Fir'aun Ramses II saja yang terang-terangan mendeklarasikan diri sebagai "Tuhan". Ada pula Fir'aun yang tidak mengaku sebagai Tuhan tetapi dipuja dan disembah layaknya Tuhan, contohnya Fir'aun Amanhotep I. Ada pula Fir'aun yang menyembah Tuhan seperti Amanhotep II yang membangun tempat ibadah khusus untuk beribadah menyebah Tuhan Horemakhet.
Lagi pula, dalam sejarah peradaban manusia di dunia ini, semua raja beserta kerajaan mereka, termasuk raja-raja dan kerajaan Islam (Umayyah, Fatimiyah, Abbasiyah, Andalusiyah, Ayubiyah, Saljuk, Usmaniyah, dan seterusnya) juga hancur-lebur ditelan sejarah. Apakah kehancuran mereka karena "menistakan" Allah?
Untuk memahami dengan baik konsep Fir'aun ini, kita perlu mendalami "Egyptology" yaitu disiplin khusus yang fokus pada kajian-kajian kesejarahan peradadaban Mesir, yang merupakan salah satu peradaban tertua di dunia dalam sejarah umat manusia. Konsep "kefir'aunan" dalam sejarah Mesir Kuno terjadi sekitar 3000an SM ketika Fir'aun Narmer berhasil menyatukan masyarakat Mesir Atas dan Mesir Bawah yang kemudian menandai babak baru sejarah Mesir dan mengakhiri zaman pra-sejarah Mesir.
Zaman kefir'aunan ini membentang selama ribuan tahun sampai kelak hancur di zaman Fir'aun Cleopatra VII sekitar tahun 30 SM dimana Mesir kemudian ditaklukkan oleh Kerajaan Romawi dan menjadi bagian dari kekuasaan Romawi. Mesir Kuno dibagi menjadi tiga bagian: Kerajaan Lama, Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru. Pada zaman Kerajaan Baru inilah, muncul "tokoh legendaris" Israelite Musa (atau Moses) yang bermusuhan dengan "Fir'aun" yang kisah-kisahnya tidak hanya diceritakan dalam Kitab Keluaran saja tetapi juga dalam Al-Qur'an.
Pertanyaannya adalah: fir'aun siapakah gerangan pada zaman Musa itu? Nah ini yang menjadi perbedaan pendapat. Para sarjana ahli studi dan sejarah Bible berbeda pandangan mengenai hal ini. Ada yang mengatakan Thothmes (seperti Alfred Edersheim dalam Bible's History), ada pula yang mengatakan Amenhothep dan Merneptah (seperti Henry H. Halley dalam Bible Handbook). Ayo para ahli studi Bible, ikut nimbrung komen dan berpendapat disini memberi pendidikan dan "pencerahan" kepada publik he he.
Sejak zaman Fir'aun Namer pada 3,000-an SM sampai Cleopatra VII itu, ada banyak sekali fir'aun dalam sejarah Mesir Kuno. Dan sebagai mana layaknya raja-raja (atau sultan atau apapun namanya) di dunia ini, ada fir'aun yang jahat dan bengis tapi ada pula fir'aun yang sangat baik dan mampu membawa Mesir ke dalam kemajuan yang luar biasa di berbagai bidang: teknologi, seni-sastra, ilmu pengetahuan, sistem irigasi, metode pengobatan, konstruksi bangunan, dlsb.
Membaca Al-Qur'an saja tidak cukup, perlu diiringi dengan wawasan kesejarahan memadai supaya pendapat-pendapat kita lebih akurat, tidak "asbun". Al-Qur'an-nya benar, manusia yang membacanya yang kadang tidak akurat seperti Aa yang satu ini.
Aa Gym, Ahok dan Fir'aun (2)
Berbeda dengan anggapan Aa Gym, Ahok justru mengidolakan sosok Musa (Moses), "tokoh legendaris" Yahudi Israelite (kaum "Yahudi Alkitab" atau suku-suku Israel kuno) yang melawan fir'aun (pharaoh) Mesir. Perlu diskusi khusus dan intens antara ahli studi Bible, Egyptolog (ahli kajian sejarah Mesir kuno), sejarawan, arkeolog, dan paleoantropolog untuk membicarakan tentang siapa sebenarnya nama fir'aun yang dilawan oleh Musa, dan siapa nama fir'aun-fir'aun yang berkuasa di Mesir pada zaman Musa.
Bukan hanya itu saja, bahkan perlu kajian dan diskusi khusus di FB ini tentang sejarah Musa dan kaum Israelite beserta tokoh-tokoh Israelite lain seperti Ya'kub, Yusuf, Bunyamin, dlsb, itu sendiri yang membangun narasi atau diskursus ketertindasan suku-suku Israel kuno dari para fir'aun Mesir. Diskusi ini penting untuk mengungkap historitas dan asal-usul munculnya Yudaisme sebagai sebuah agama atau "sistem teologi", apalagi informasi tentang ini sangat terbatas, baik dalam Bible maupun Al-Qur'an.
Tetapi yang jelas, ada sejumlah teori tentang siapa fir'aun yang berkuasa di Mesir yang menyebabkan Musa migrasi, siapa nama fir'aun-fir'aun yang hidup di zaman Musa, serta siapa anak perempuan fir'aun yang merawat Musa. Ada yang menyebut Fir'aun Thutmose II (di era Dinasti ke-18) di zaman Kerajaan Baru yang menyebakan Musa dan sejumlah orang eksodus dari Mesir. Pendapat ini dikemukakan oleh ahli Bible Alfred Adersheim dan didukung oleh arkeolog Joel Klenck. Ada pula yang menyebut Amenhotep II, Rameses II, atau Merneptah (putra Rameses II) sebagai "fir'aun bengis" yang berkuasa di Mesir yang menyebabkan Musa hijrah.
Siapapun nama fir'aun yang berkuasa di zaman Musa, yang jelas narasi tentang Musa versus Fir'aun ini ada pada era Kerajaan Baru. Perlu diketahui, sejarah Mesir Kuno dibagi menjadi sejumlah periode atau era yang cukup pelik mengkategorikannya. Sebelum era fir'aun atau zaman dinasti awal (sektar 3,000 SM), peradaban Mesir sudah cukup berkembang, dan termasuk salah satu peradaban tertua di dunia. Para ahli Egyptology dan sejarawan mengkategorikan era ini sebagai "Periode Pra-Dinasti, antara 5,300 - 3,000 SM).
Di zama Pra-Dinasti ini, ada sejumlah peradaban dan kebudayaan yang sangat penting, yaitu peradaban/kebudayaan Neolitik, Badaria, dan Naqada. Menarik untuk dicatat, pada zaman ini masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal sistem agrikultura, berternak, berburu, memancing, seni kerajinan (meskipun tentu saja masih sederhana), dlsb sebagai bagian dari sistem penghidupan dan ekonomi mereka. Mereka juga sudah mengenal sistem penguburan mayat dan ritual keagamaan.
Bukan hanya itu, "sistem perjenggotan" juga sudah dikenal oleh masyarakat Naqada di zaman Mesir Kuno. Dulu, jenggot merupakan "tanda keperkasaan" dan "simbol kekuasaan." Oleh karena itu tidak heran jika para pemburu binatang (hunters) dan "tukang perang" (warriors) di masyarakat Naqada berjenggot panjang dan lebat.
Sistem kefir'aunan (dinasti atau kerajaan) di Mesir baru dimulai sejak 3,000-an SM ketika Narmer sukses menyatukan masyarakat Mesir Atas dan Mesir Bawah. Era Kefiraunan atau Periode Dinasti ini dibagi menjadi beberapa fase: Kerajaan Awal, Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru. Cerita atau narasi tentang Musa vs Firuan ini baru muncul di zaman / era "Kerajaan Baru" ini (khususnya antara 1,500 - 1,000 SM). Selama ribuan tahun ini, Mesir silih berganti dikuasai oleh sejumlah suku dan kelompok masyarakat, bukan hanya dari Mesir sendiri tetapi juga dari bangsa-bangsa lain seperti Persia dan Romawi. Kelak, Arab, juga ikut menaklukkan dan menguasai Mesir.
Sejak Fir'aun I, Narmer, ada banyak sekali fir'aun di Mesir. Tidak semua fir'aun di Mesir Kuno itu laki-laki, ada beberapa yang perempuan seperti Nitocris, Hatshepsut (yang dikenal dengan sebutan "Ratu Mesir"; ada yang mengatakan dialah sosok yang merawat Musa), Neferneferuaten, dan tentu saja Cleopatra. Pula, sebagaimana umumnya kerajaan di dunia ini dimana ada raja-raja yang jahat tapi juga ada raja-raja yang baik, begitu pula dengan fir'aun: ada fir'aun-fir'aun yang rakus, bengis, dan gemar perang tapi ada pula yang sangat baik hati, dermawan, cinta damai, dan semangat membangun kemajuan masyarakat yang dipimpinnya.
Di antara sekian banyak fir'aun di Mesir, ada sekitar 25 nama fir'aun legendaris di zaman Dinasti Mesir Kuno ini, antara lain, Narmer, Menes, Djoser, Snefru, Khufu, Khafre, Neferefre, Pepi I, Senusret, Ahmose, Amenhotep, Thutmose, Akhenaten, Tutankhamun, Rases, Seti, dlsb (lama-lama pegel nih jari nulis nama-nama dari "planet Mars" he he).
Apakah semua fir'aun ini menganggap diri mereka sebagai "Tuhan" seperti Ramses II? Tentu tidak. Apakah semua fir'aun ini tidak menyembah Tuhan? Tentu saja tidak. Ada banyak fir'aun yang sangat relijius dan hobi membangun tempat ibadah untuk acara-acara ritual keagamaan. (bersambung).
Menarik untuk informasi ug diberikan oleh Prof. Sumanto Al Qurtubi, dalam kuliah virtual yg dilakukannya. Dalam konteks keilmuan yang lebih terukur, dapatlah dipahami fenomena sosial yg terjadi di masyarakat, khususnya dalam persoalan agama.
Pernyataan Aa Gymn yang kurang lebih menyamakan antara Ahok dan Fir'aun ini menggelitik untuk saya tanggapi karena pernyataannya yang "ngeles", asal-asalan dan tidak ilmiah ini menjadi viral dan diikuti oleh banyak orang dan jama'ah unyu-unyu. Menyamakan Ahok dengan Fir'aun jelas tidak valid seperti "Joko Sembung naik ojek" alias gak nyambung jek.
Sepertinya Aa tidak paham "Fir'aun" itu jenis makhluk apa. Dan sepertinya juga, ia tidak menguasai sejarah Mesir kuno dimana "Fir'aun-Fir'aun" itu berada. Kenapa saya katakan menyamakan Ahok dengan Fir'aun itu tidak nyambung? Karena Ahok itu kan "person" sedangkan Fir'aun itu (atau disebut "Pharaoh") adalah nama gelar semacam raja di zaman Mesir Kuno. Kalau mau membandingkan ya harus "jengkol to jengkol" dong. Jangan bandingkan jengkol dengan tongkol, misalnya, he he.
Anggapan Aa Gym bahwa "Fir'aun" hancur karena telah menistakan Allah juga ucapan yang ngeles dan tidak akademik. Konsep "Allah" tidak dikenal di zaman Mesir Kuno. Dan tidak semua Fir'aun di zaman Mesir Kuno mengklaim sebagai "Tuhan" atau "setengah Tuhan". Hanya Fir'aun Ramses II saja yang terang-terangan mendeklarasikan diri sebagai "Tuhan". Ada pula Fir'aun yang tidak mengaku sebagai Tuhan tetapi dipuja dan disembah layaknya Tuhan, contohnya Fir'aun Amanhotep I. Ada pula Fir'aun yang menyembah Tuhan seperti Amanhotep II yang membangun tempat ibadah khusus untuk beribadah menyebah Tuhan Horemakhet.
Lagi pula, dalam sejarah peradaban manusia di dunia ini, semua raja beserta kerajaan mereka, termasuk raja-raja dan kerajaan Islam (Umayyah, Fatimiyah, Abbasiyah, Andalusiyah, Ayubiyah, Saljuk, Usmaniyah, dan seterusnya) juga hancur-lebur ditelan sejarah. Apakah kehancuran mereka karena "menistakan" Allah?
Untuk memahami dengan baik konsep Fir'aun ini, kita perlu mendalami "Egyptology" yaitu disiplin khusus yang fokus pada kajian-kajian kesejarahan peradadaban Mesir, yang merupakan salah satu peradaban tertua di dunia dalam sejarah umat manusia. Konsep "kefir'aunan" dalam sejarah Mesir Kuno terjadi sekitar 3000an SM ketika Fir'aun Narmer berhasil menyatukan masyarakat Mesir Atas dan Mesir Bawah yang kemudian menandai babak baru sejarah Mesir dan mengakhiri zaman pra-sejarah Mesir.
Zaman kefir'aunan ini membentang selama ribuan tahun sampai kelak hancur di zaman Fir'aun Cleopatra VII sekitar tahun 30 SM dimana Mesir kemudian ditaklukkan oleh Kerajaan Romawi dan menjadi bagian dari kekuasaan Romawi. Mesir Kuno dibagi menjadi tiga bagian: Kerajaan Lama, Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru. Pada zaman Kerajaan Baru inilah, muncul "tokoh legendaris" Israelite Musa (atau Moses) yang bermusuhan dengan "Fir'aun" yang kisah-kisahnya tidak hanya diceritakan dalam Kitab Keluaran saja tetapi juga dalam Al-Qur'an.
Pertanyaannya adalah: fir'aun siapakah gerangan pada zaman Musa itu? Nah ini yang menjadi perbedaan pendapat. Para sarjana ahli studi dan sejarah Bible berbeda pandangan mengenai hal ini. Ada yang mengatakan Thothmes (seperti Alfred Edersheim dalam Bible's History), ada pula yang mengatakan Amenhothep dan Merneptah (seperti Henry H. Halley dalam Bible Handbook). Ayo para ahli studi Bible, ikut nimbrung komen dan berpendapat disini memberi pendidikan dan "pencerahan" kepada publik he he.
Sejak zaman Fir'aun Namer pada 3,000-an SM sampai Cleopatra VII itu, ada banyak sekali fir'aun dalam sejarah Mesir Kuno. Dan sebagai mana layaknya raja-raja (atau sultan atau apapun namanya) di dunia ini, ada fir'aun yang jahat dan bengis tapi ada pula fir'aun yang sangat baik dan mampu membawa Mesir ke dalam kemajuan yang luar biasa di berbagai bidang: teknologi, seni-sastra, ilmu pengetahuan, sistem irigasi, metode pengobatan, konstruksi bangunan, dlsb.
Membaca Al-Qur'an saja tidak cukup, perlu diiringi dengan wawasan kesejarahan memadai supaya pendapat-pendapat kita lebih akurat, tidak "asbun". Al-Qur'an-nya benar, manusia yang membacanya yang kadang tidak akurat seperti Aa yang satu ini.
Aa Gym, Ahok dan Fir'aun (2)
Berbeda dengan anggapan Aa Gym, Ahok justru mengidolakan sosok Musa (Moses), "tokoh legendaris" Yahudi Israelite (kaum "Yahudi Alkitab" atau suku-suku Israel kuno) yang melawan fir'aun (pharaoh) Mesir. Perlu diskusi khusus dan intens antara ahli studi Bible, Egyptolog (ahli kajian sejarah Mesir kuno), sejarawan, arkeolog, dan paleoantropolog untuk membicarakan tentang siapa sebenarnya nama fir'aun yang dilawan oleh Musa, dan siapa nama fir'aun-fir'aun yang berkuasa di Mesir pada zaman Musa.
Bukan hanya itu saja, bahkan perlu kajian dan diskusi khusus di FB ini tentang sejarah Musa dan kaum Israelite beserta tokoh-tokoh Israelite lain seperti Ya'kub, Yusuf, Bunyamin, dlsb, itu sendiri yang membangun narasi atau diskursus ketertindasan suku-suku Israel kuno dari para fir'aun Mesir. Diskusi ini penting untuk mengungkap historitas dan asal-usul munculnya Yudaisme sebagai sebuah agama atau "sistem teologi", apalagi informasi tentang ini sangat terbatas, baik dalam Bible maupun Al-Qur'an.
Tetapi yang jelas, ada sejumlah teori tentang siapa fir'aun yang berkuasa di Mesir yang menyebabkan Musa migrasi, siapa nama fir'aun-fir'aun yang hidup di zaman Musa, serta siapa anak perempuan fir'aun yang merawat Musa. Ada yang menyebut Fir'aun Thutmose II (di era Dinasti ke-18) di zaman Kerajaan Baru yang menyebakan Musa dan sejumlah orang eksodus dari Mesir. Pendapat ini dikemukakan oleh ahli Bible Alfred Adersheim dan didukung oleh arkeolog Joel Klenck. Ada pula yang menyebut Amenhotep II, Rameses II, atau Merneptah (putra Rameses II) sebagai "fir'aun bengis" yang berkuasa di Mesir yang menyebabkan Musa hijrah.
Siapapun nama fir'aun yang berkuasa di zaman Musa, yang jelas narasi tentang Musa versus Fir'aun ini ada pada era Kerajaan Baru. Perlu diketahui, sejarah Mesir Kuno dibagi menjadi sejumlah periode atau era yang cukup pelik mengkategorikannya. Sebelum era fir'aun atau zaman dinasti awal (sektar 3,000 SM), peradaban Mesir sudah cukup berkembang, dan termasuk salah satu peradaban tertua di dunia. Para ahli Egyptology dan sejarawan mengkategorikan era ini sebagai "Periode Pra-Dinasti, antara 5,300 - 3,000 SM).
Di zama Pra-Dinasti ini, ada sejumlah peradaban dan kebudayaan yang sangat penting, yaitu peradaban/kebudayaan Neolitik, Badaria, dan Naqada. Menarik untuk dicatat, pada zaman ini masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal sistem agrikultura, berternak, berburu, memancing, seni kerajinan (meskipun tentu saja masih sederhana), dlsb sebagai bagian dari sistem penghidupan dan ekonomi mereka. Mereka juga sudah mengenal sistem penguburan mayat dan ritual keagamaan.
Bukan hanya itu, "sistem perjenggotan" juga sudah dikenal oleh masyarakat Naqada di zaman Mesir Kuno. Dulu, jenggot merupakan "tanda keperkasaan" dan "simbol kekuasaan." Oleh karena itu tidak heran jika para pemburu binatang (hunters) dan "tukang perang" (warriors) di masyarakat Naqada berjenggot panjang dan lebat.
Sistem kefir'aunan (dinasti atau kerajaan) di Mesir baru dimulai sejak 3,000-an SM ketika Narmer sukses menyatukan masyarakat Mesir Atas dan Mesir Bawah. Era Kefiraunan atau Periode Dinasti ini dibagi menjadi beberapa fase: Kerajaan Awal, Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru. Cerita atau narasi tentang Musa vs Firuan ini baru muncul di zaman / era "Kerajaan Baru" ini (khususnya antara 1,500 - 1,000 SM). Selama ribuan tahun ini, Mesir silih berganti dikuasai oleh sejumlah suku dan kelompok masyarakat, bukan hanya dari Mesir sendiri tetapi juga dari bangsa-bangsa lain seperti Persia dan Romawi. Kelak, Arab, juga ikut menaklukkan dan menguasai Mesir.
Sejak Fir'aun I, Narmer, ada banyak sekali fir'aun di Mesir. Tidak semua fir'aun di Mesir Kuno itu laki-laki, ada beberapa yang perempuan seperti Nitocris, Hatshepsut (yang dikenal dengan sebutan "Ratu Mesir"; ada yang mengatakan dialah sosok yang merawat Musa), Neferneferuaten, dan tentu saja Cleopatra. Pula, sebagaimana umumnya kerajaan di dunia ini dimana ada raja-raja yang jahat tapi juga ada raja-raja yang baik, begitu pula dengan fir'aun: ada fir'aun-fir'aun yang rakus, bengis, dan gemar perang tapi ada pula yang sangat baik hati, dermawan, cinta damai, dan semangat membangun kemajuan masyarakat yang dipimpinnya.
Di antara sekian banyak fir'aun di Mesir, ada sekitar 25 nama fir'aun legendaris di zaman Dinasti Mesir Kuno ini, antara lain, Narmer, Menes, Djoser, Snefru, Khufu, Khafre, Neferefre, Pepi I, Senusret, Ahmose, Amenhotep, Thutmose, Akhenaten, Tutankhamun, Rases, Seti, dlsb (lama-lama pegel nih jari nulis nama-nama dari "planet Mars" he he).
Apakah semua fir'aun ini menganggap diri mereka sebagai "Tuhan" seperti Ramses II? Tentu tidak. Apakah semua fir'aun ini tidak menyembah Tuhan? Tentu saja tidak. Ada banyak fir'aun yang sangat relijius dan hobi membangun tempat ibadah untuk acara-acara ritual keagamaan. (bersambung).
Gambar : https://id.goodsalt.com/details/rhpas3144.html
Komentar
Posting Komentar