CERITA DI TV
Untuk memahami
cerita televisi, maka, kita harus melihat realitas media dalam mempromosikannya
dan memahami resep yang menciptakan kenyataan seperti itu. Kita mungkin
bertanya dari setiap program, "Bagaimana cerita ini dapat secara berkesinambungan? Apa saja komponen narasinya, dan bagaimana mereka
berhubungan satu sama lainnya?“ Ketika kita mulai melihat narasi televisi, kita
akan melihat sejumlah struktur dasar, suatu set-up yang sangat terbatas
untuk dijadikan resep dalam mencampur bahan cerita.
Secara historis, ada
empat mode narasi utama di televisi:
·
Film Bioskop (awalnya ditampilkan di
bioskop)
·
Program yang dibuat untuk film TV dan mini seri (juga dikenal sebagai
MOW/Movie
Of the Week)
·
Program seri
·
Program serial
TEATRIKAL FILM
Film banyak
mempengaruhi televisi, sehingga untuk itu sebagai pandangan yang mendasari
televisi setidaknya perlu untuk diketahui:
Aliansi Film dan Televisi
Paradigma Klasik
Teatrikal Film di TV
ALIANSI FILM DAN TELEVISI
Pada tahun-tahun
setelah Perang Dunia II, studio film Amerika Serikat dan industri televisi
saling bertentangan.
·
TV, telah mencuri pelanggan bioskop
yang telah menganut sistem studio dan telah mendominasi pasar narasi Amerika
Utara.
·
Pada tahun 1950-an telah menjadi dekade terakhir bagi
pemirsa USA yang mengandalkan bioskop sebagai
hiburan mereka.
·
Di tahun I960, televisi telah menggantikan bioskop di Amerika sebagai bentuk hiburan, dan industri film
pada saat itu mengalami hal yang sangat pahit.
·
Situasi ini sama halnya dengan para eksekutif film televisi yang
membenci adanya kepentingan tertentu yang sangat berkuasa di televisi yang
dirasakan mengganggu.
·
Begitu pula sebaliknya rekan-rekan mereka yang ada di
industri televisi ragu-ragu untuk berurusan dengan studio film.
·
Produser Televisi ingin menciptakan materi mereka sendiri dan
tidak harus bergantung pada keinginan dari
industri film untuk produk mereka.
Apa yang dimulai
sebagai antagonisme antara studio film dan industri televisi segera
berevolusi menjadi aliansi waspada. Sehingga pada saat itu terlihat
bahwa televisi lapar akan narasi untuk produk; sedangkan studio masih dikontrol
oleh ribuan film. Kesadaran akan kebutuhan satu sama lainnya, menyebabkan
situasi berbalik dari pertentangan menjadi aliansi. Setelah awal-awal mereka
berjalan, film-film semacam warehoused, jarang terdengar lagi, dan
dengan demikian tidak menjadikannya aset finansial. RKO, Monogram, dan Republik
-yakni tiga studio yang lebih kecil- adalah yang pertama untuk memulai
penyewaan film-film mereka yang diproduksi pada periode yang telah lalu/lama/tua untuk tayang di televisi. Tak lama kemudian studio-studio utama pun
terpaksa mengikutinya.
Peristiwa tersebut
menyebabkan produksi film baru bahkan yang
lebih baru mulai menyerbu dan lebih cepat disajikan
di
televisi. Keberhasilan
rating NBC Saturday Night at The Movie (196l) menyebabkan semua jaringan
siaran mengikuti pola menampilkan “malam
bioskop”. Pada
akhir dekade ini, belakangan banyak muncul pula pertunjukkan bioskop yang
mengacu pada film-film yang berjalan di televisi hampir setiap malam minggunya.
Sejak saat itu, hubungan antara film dan bioskop televisi telah menjadi lebih
kompleks.
Dengan demikian televisi yang awalnya
diremehkan, pada kenyataannya, telah membuat sebagian besar studio film turut memiliki dan mengoperasikan produksi televisi, dan
mengaburkan perbedaan ekonomi antara kedua media tsb. Film dan
televisi secara bersama-sama menjadi lebih
dekat,
apalagi dengan bentuk VCR dan DVD player,
yang diperkenalkan ke pasar sekitar akhir
1970-an dan akhir 1990-an. Memang, pada akhir tahun 1980-an
pendapatan sewa kaset video box office bioskop menggunakan
sistem kuitansi.
Saat ini ada nilai lebih dari para pemirsa dalam memandang sebuah kaset video atau DVD, yaitu sebuah film di televisi menggantikan sebuah film yang diproyeksikan pada bioskop. Meskipun VCR/DVD dan saluran kabel premium (HBO, Showtime, dll) telah secara radikal mengubah cara kita memandang/mengkonsumsi film dan juga mengubah pada apa yang dimiliki sekutu film yang menghilangkan virtu program-programnya seperti pada program Saturday Night (Extravaganza Trans TV) di film, film bioskop terus memainkan peran utama dalam program televisi.
Saat ini ada nilai lebih dari para pemirsa dalam memandang sebuah kaset video atau DVD, yaitu sebuah film di televisi menggantikan sebuah film yang diproyeksikan pada bioskop. Meskipun VCR/DVD dan saluran kabel premium (HBO, Showtime, dll) telah secara radikal mengubah cara kita memandang/mengkonsumsi film dan juga mengubah pada apa yang dimiliki sekutu film yang menghilangkan virtu program-programnya seperti pada program Saturday Night (Extravaganza Trans TV) di film, film bioskop terus memainkan peran utama dalam program televisi.
Kebanyakan stasiun
lokal dan banyak stasiun satelit kabel seperti WGN, WWOR, dan WTBS terus
menggunakan film teatrikal untuk mengisi banyak jadwal program mereka (Televisi
model Ted
Turner, misalnya, sekarang memiliki
-bukan sewa- perpustakaan film MGM, dan telah mendasari TNT dan Turner
Classic Movies channel pada koleksinya). Selain itu, struktur naratif film bioskop masih digunakan sebagai standar program TV lainnya yang telah dihakiminya. Hal ini penting, karena sebagai pertimbangan
bagaimana struktur film bioskop mati
bila menggunakan
struktur cerita yang ketat dan bagaimana
struktur-struktur diubah ketika mereka muncul di siaran televisi.
PARADIGMA KLASIK
Sinema teaterikal
tidaklah selalu mesin narasi yang kuat. Ini terlihat sekitar pergantian abad
cerita film yang berada di negara yang agak primitif. Beberapa awal film tidak
menceritakan kisah sama sekali: bayi diberi makan, kereta api tiba di stasiun,
dinding jatuh dari atas. Pemirsa begitu terpesona dengan hanya melihat gerakan
pada layar terhadap karakter dan plot dapat dikatakan sangatlah berlebihan. Popularisasi
suara pada
film nilai lebih dari satu dekade yang kemudian melemparkan industri film ke dalam pergolakan
dan memaksa bioskop untuk menyesuaikan diri dengan metode bercerita.
Hal tersebut telah menjadikan film-film Amerika tahun 1934 menemukan bentuk yang baku dengan cara tertentu untuk membangun
cerita serta gaya konvensional dalam mengedit, komposisi pada visual, dialog dan
musik, dan sebagainya. Metode pembuatan film ini telah dikenal sebagai SINEMA KLASIK
HOLLYWOOD, atau lebih sederhananya,
Hollywood Klasisisme.
Maksud dari klasik dalam pengertian kita mengacu pada cara pembuatan film yang spesifik dan dapat diterapkan untuk hampir semua film-film yang dibuat di Hollywood sejak tahun 1930-an. Sedangkan dari teater film yang diputar di siaran televisi, adalah pengecualian, hal tersebut bukanlah film klasik. Non-klasikal film sepertinya telah menemukan sebuah rumah di saluran kabel seperti Sundance, Independent Film Channel, Bravo, dan Arts and Entertainment (A & E). Berbahasa asing (Foreign-language) "arts" dan US "independen" (yaitu, tidak tergantung pada studio utama) film-film sangatlah sering agresif anti-klasikal. Meskipun mereka memiliki sedikit dampak pada narasi jaringan televisi, orang dapat melihat pengaruh mereka dalam video musik dan iklan televisi.
Maksud dari klasik dalam pengertian kita mengacu pada cara pembuatan film yang spesifik dan dapat diterapkan untuk hampir semua film-film yang dibuat di Hollywood sejak tahun 1930-an. Sedangkan dari teater film yang diputar di siaran televisi, adalah pengecualian, hal tersebut bukanlah film klasik. Non-klasikal film sepertinya telah menemukan sebuah rumah di saluran kabel seperti Sundance, Independent Film Channel, Bravo, dan Arts and Entertainment (A & E). Berbahasa asing (Foreign-language) "arts" dan US "independen" (yaitu, tidak tergantung pada studio utama) film-film sangatlah sering agresif anti-klasikal. Meskipun mereka memiliki sedikit dampak pada narasi jaringan televisi, orang dapat melihat pengaruh mereka dalam video musik dan iklan televisi.
Dengan sendirinya didapatkan komponen dasar struktur
naratif klasik yang telah terikat secara
bersama-sama dari ribuan film klasik yang telah berlaku selama puluhan tahun. 7 komponen tersebut, yaitu:
-
Single Protagonis
-
Eksposisi
-
Motivasi
-
Enigma (teka-teki) pada Narasi
-
Sebab-akibat
-
Klimaks
-
Resolusi atau kesudahan
SINGLE PROTAGONIS
Protagonis adalah
tokoh utama dalam film, buku, program TV, atau modus fiksi. Cerita berputar di
sekitar dia. Klasisisme biasanya terbatas pada protagonis yang ada di film
hanya satu karakter atau, paling banyak, dua karakter. Alasan kenapa? Karena pemirsa
akan lebih mudah dapati identitas terhadap satu orang dan juga dengan satu
karakter akan lebih cepat dapat dipahami daripada beberapa karakter yang
dicampur bersama-sama di awal film.
Ini tampaknya cukup
komensikal (commonsensical), tetapi narasi kadang-kadang juga melakukan
dengan menggunakan lebih dari satu protagonis. Biasanya fitur opera sabun bisa
saja menggunakan selusin protagonis pada titik tertentu dalam cerita. Tentu
saja, ada film-film klasik seperti ini yang melanggar "aturan" dari
yang berlaku pada tokoh protagonis yang hanya satu orang, tetapi bukan dengan
melanggarnya menggunakan fragmentasi cerita yang periodik (tahunan), film ini
sering menyatukan beberapa karakter dengan satu tujuan sehingga mereka berfungsi
sebagai kekuatan yang bersatu dalam cerita. Empat "Ghostbusters"
dalam film dengan nama yang sama (1984), misalnya, bekerja sama untuk
menghancurkan hantu.
EKSPOSISI
Eksposisi
memperkenalkan penampilan dari dua komponen yang ada pada cerita: (a) 'persona
karakter utama, "kepribadian" mereka, dan (b) ruang atau karakter
yang menghuni lingkungan.Setiap cerita harus memiliki eksposisi, tetapi tidak
harus di awal film. Banyak film, terutama pada film-film misteri pembunuhan,
malahan mulainya di tengah-tengah aksi yang kemudian menjelaskan siapa
karakternya lalu ruang apa yang diperlukan mereka.
MOTIVASI
Dalam setiap cerita
klasik, sesuatu haruslah mengkatalisasi pada peristiwanya. Tindakan harus
memiliki motivasi. Di sini terlihat betapa pentingnya tunggal protagonis hanya
untuk penekanan kembali, bagaimana cerita klasik didorong oleh keinginan si
karakter tunggal tersebut untuk mencapai tujuan atau memperoleh sesuatu (atau
seseorang).
ENIGMA
PADA NARASI
Pada awal cerita di
film-film klasik akan selalu hadir pertanyaan yang bertanya secara eksplisit
maupun implisit. Pertanyaan ini membentuk teka-teki sentral dari cerita klasik.
Hal ini penting untuk narasi klasik bahwa teka-teki harus dipecahkan sesegera
mungkin mencapai nol. Jika tidak demikian, tidak akan ada cerita. Hal yang
utama sebagai taktik penundaan dalam sinema klasik adalah dengan diperkenalkannya
karakter yang membuat semacam blok-blok tertentu. Karakter pemblokiran inilah
yang dikenal sebagai ANTAGONIS.
Antagonis dapat secara sederhana adalah karakter tunggal dengan siapa
protagonis bertempur atau bersaing.
Atau, antagonis
dapat mengambil bentuk karakter lingkungan: misalnya, gunung es di Atlantik
Utara dalam film Titanic (1997). Bahkan beberapa film-film klasik
mengajukan antagonis sebagai bentuk kekuatan yang berlawanan dalam diri
protagonis -seperti halnya dalam film Jerry Maguire (1996), di mana
karakter yang sekaligus juga sebagai judul film menghadapi krisis moral tentang
kehidupan dan karirnya sebagai agen olahraga.
Sebuah film juga dapat berisi antagonisnya adalah kombinasi, seperti di Ordinary People (1980), Conrad berurusan dengan konflik internal tentang kematian saudaranya dan pada waktu yang bersamaan ia pun bekerja pada musuh sang ibundanya. Dalam setiap kasus, konflik yang diciptakan oleh antagonis sebagai upaya memperlambat penyelesaian teka-teki untuk sampai pada akhir film. Penundaan ini membentuk dasar dari rantai sebab-akibat atas tindakan-tindakan atau aksi-aksi yang membentuk bagian utama dari film.
Sebuah film juga dapat berisi antagonisnya adalah kombinasi, seperti di Ordinary People (1980), Conrad berurusan dengan konflik internal tentang kematian saudaranya dan pada waktu yang bersamaan ia pun bekerja pada musuh sang ibundanya. Dalam setiap kasus, konflik yang diciptakan oleh antagonis sebagai upaya memperlambat penyelesaian teka-teki untuk sampai pada akhir film. Penundaan ini membentuk dasar dari rantai sebab-akibat atas tindakan-tindakan atau aksi-aksi yang membentuk bagian utama dari film.
SEBAB-AKIBAT
Setelah eksposisi membangun
sebuah karakter dan ruang mereka, serta keinginan protagonis memicu gerak maju
cerita, narasi juga dimulai dengan serangkaian atau rantai peristiwa yang
busurnya dihubungkan dengan satu sama lain yang terjadi dari waktu ke waktu. Kejadian
tidak terjadi secara acak atau di urutkan dengan sewenang-wenang dalam
film-film klasik. Satu peristiwa menyebabkan yang lainnya, yang menyebabkan
peristiwa berikutnya, dan menyebabkan berikutnya terjadi dst. Hubungan satu
dengan lainnya menghubungkan rantai narasi yang dibangunnya.
Setiap peristiwa
yang ada pada narasi tunggal ini biasanya disebut dengan sebuah adegan atau
urutan peristiwa. Scene merupakan potongan narasi yang spesifik yang sangat
melekat karena kejadian terjadi dalam waktu tertentu dan di tempat tertentu
pula. Ruang adegan sangatlah konsisten, dan waktu dilalui pada sebuah adegan
seperti dalam kehidupan yang nyata. Teori naratif kontemporer telah
menyebutkannya sebagai sintamatik scene. Urutan di mana adegan-adegan atau
sintagmatik-sintagmatik merupakan struktur sintagmatik film.
Dalam satu adegan
memiliki waktu yang berkesinambungan, seperti dalam kehidupan, tetapi ketika
kita membuat transisi dari satu adegan ke yang lain, potensi untuk memanipulasi
waktu muncul. Waktu di film tidaklah sesuai dengan waktu dalam kenyataannya.
Jika hal itu terjadi, itu akan membawa beberapa bulan kita untuk menonton Raiders
of The Lost Ark. Waktu bercerita, beberapa bulan, dalam kasus ini, tidaklah
berbanding lurus atau setara dengan waktu yang ada di layar -Raiders of The
Lost Ark's memiliki panjang durasi 115 menit.
Untuk memaksimalkan
dampak narasi, durasi dan urutan waktu cerita dimanipulasi sebagaimana diubah
menjadi waktu didalam layar. Paling umum, durasi waktu pada layar lebih pendek
daripada waktu dalam cerita. Sangat sedikit waktu didalam film berakhir sesuai
dengan sepanjang tindakan mereka yang mewakili waktu di dalam layar. Sangat
jelaslah, bahwa film haruslah mengkompres waktu untuk menceritakan kisah mereka
tanpa harus memperlihatkan perjalanan sesungguhnya. Hanya sesekali saja
keanehan waktu pada layar sama dengan waktu yang sesungguhnya terjadi didalam
cerita film.
Sebagai contoh,
dalam film High Noon (1952) menceritakan 82 menit dalam kehidupan
seorang sheriff disajikan secara sama dalam durasi pada layar juga 82 menit. Rope
(1948) disajikan seolah-olah cerita itu adalah kesatuan yang panjang,
terus-menerus menembak; Time Code (2000) menunjukkan kepada kita empat
layar dengan aksi atau tindakan terus-menerus yang dilakukan secara bersamaan. Atau
sebaliknya, dalam Fantastic Voyage (1966), kapal selam kecil melewati
sebuah hati manusia dalam 57 detik waktu di ceritanya, sebagaimana kita
diberitahu oleh karakter. Tapi cerita ini yang menggambarkan waktu didalam
cerita sepanjang 57 detik ternyata menghabiskan waktu lebih lama dari 3 menit
durasi penayangannya di layar. Jadi, durasi waktu dapat dimanipulasi untuk
memaksimalkan efek narasi.
Urutan waktu di
layar dapat juga dimanipulasi, dalam sebagian besar film-film klasik,
peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam adegan kedua terjadi setelah mereka
yang muncul dalam adegan pertama, mereka yang berada di adegan ketiga terjadi
setelah kedua, dan seterusnya -yaitu, struktur temporal biasanya kronologis. Namun,
tidak biasa bagi film-film untuk menggunakan flash-back ataupun, yang jarang
digunakan, flash-forward, yang digunakan untuk mengatur ulang sebuah cerita
yang strukturnya temporal.
Dalam film klasik
keberangkatan ini berdasarkan urutan kronologis secara jelas ditandai dengan
efek khusus sehingga kita yakin ketika kita sedang berubah ke masa lalu: Gambar
yang menunjukkan seperti pergi bergelombang, fokus bergeser, asap muncul di
depan lensa, atau suara karakter memudar keluar. Dalam non-klasikal film,
seperti yang dilakukan oleh Alain Resnais dan Luis Buñuel, masa lalu berbaur
dengan masa kini dan masa depan yang menantang dan kadang-kadang kontradiktif
cara penyajiannya. Juga penting untuk dipertimbangkan adalah meningkatnya intensitas
kegiatan, yang dinamis mendasari kekuatan dari narasi. Sebagai teka-teki
resolusi haruslah tertunda dan tertunda lagi, sehingga tingkat narasi
meningkat. Seperti Indy datang untuk lebih mendekati tujuannya yaitu Ark, dan
dengan pertempuran memiliki kelebihan dan kelebihannya dengan menantang
kematian. Akhirnya, hasil dari hal tersebut didalam film terlihat sebagai
klimaks.
KLIMAKS
Pada klimaks film
klasik narasi berpuncak-konflik yang memerlukan resolusi. Sentral film
teka-teki, yang telah tertunda selama 90 menit atau lebih, tuntutan yang harus
dipecahkan. Pada klimaks Raiders of The Lost Ark, konflik antara Indy
dan Belloq puncak sebagai Indy dan Marion yang terkait dengan saham, sementara
Belloq dan Nazi membuka Ark teka-teki pusat (Apakah Indy menemukan Ark dan
mencegah Na adalah dari menggunakannya?) dan anak perusahaan (Apa yang ada
dalam Ark?) yang diselesaikan dalam adegan ini: Rupanya murka (JOD terkandung
didalam bahtera, dan akibatnya Nazi hancur ketika mereka membukanya.
Klimaks adalah saat
yang paling terkonsentrasi dari cerita konflik, tetapi biasanya mereka tidak di
akhir film. Film-film klasik biasanya memasukkan resolusi singkat untuk
menjawab semua pertanyaan yang luar biasa.
RESOLUSI
Sampai dengan titik
resolusinya, teka-teki telah secara konsisten tertunda dan tindakan narasi
constantly bangkit. Dalam resolusi, dalam kontras, teka-teki yang dipecahkan
dan cerita tindakan (atau konflik) menurun. Setelah kehancuran apokaliptik
Nazi, Raiders of The Lost Ark resolve dengan menunjukkan Ark disimpan
dalam peti anonim dalam sebuah gudang besar, dan Indy dan Marion berkumpul
bersama untuk minum.
Pertanyaan-pertanyaan
tentang isi Ark dan Nazi 'penggunaan itu telah terjawab. Juga merupakan anak
perusahaan menjawab pertanyaan tentang apakah Indy dan Marion akan bersatu
kembali. Ada perasaan kuat penutupan pada akhir tahun ini dan sebagian besar
film-film klasik. Para teka-teki yang telah dibuka pada awal film sekarang
tertutup, diamankan.
Narasi pertanyaan telah terjawab. Jika sebuah narasi yang menyimpulkan tanpa menjawab pertanyaan dan akhir yang ambigu atau terbuka, ini adalah contoh dari celah narasi. Untuk sebagian besar, narasi apertur nonclassical hanya ada dalam film. Jean-Luc Godard's Vivre sa Vie (1962), misalnya, menyimpulkan dengan protagonis yang tiba-tiba ditembak dan dibunuh, tanpa penjelasan berikutnya.
Narasi pertanyaan telah terjawab. Jika sebuah narasi yang menyimpulkan tanpa menjawab pertanyaan dan akhir yang ambigu atau terbuka, ini adalah contoh dari celah narasi. Untuk sebagian besar, narasi apertur nonclassical hanya ada dalam film. Jean-Luc Godard's Vivre sa Vie (1962), misalnya, menyimpulkan dengan protagonis yang tiba-tiba ditembak dan dibunuh, tanpa penjelasan berikutnya.
Ada sangat sedikit
film-film klasik yang mengikuti konvensi sampai akhir, dan kemudian menggoda
kita dengan ambigu selesai. Genre horor berisi sebagian besar dari film ini. Halloween
(1978), dengan hilangnya misterius tubuh si pembunuh, adalah satu contoh. Ada,
tentu saja, alasan ekonomi untuk keterbukaan atau lobang film horor. Berakhir
terbuka memfasilitasi kembalinya para pembunuh dalam sekuel. Tapi aperture
juga cocok dengan film horor Raison d'etre, yang adalah untuk
mempertanyakan stabilitas kehidupan rasional. Ambigu mengakhiri cerita undermix ekuilibrium yang merupakan tujuan dari sebagian besar film-film
klasik. Film horor tidak berbagi tujuan itu.
Komentar
Posting Komentar