gambar wikipedia
Bagaimanapun, film adalah cabang kesenian yang memiliki tiga kepentingan terhadap teknologi - seni - bisnis (ekonomi). Dengan hal tersebut, maka kita tahu bahwa kita tidaklah sedang bermain-main dengan barang yang tidak murah. Berbeda dengan musik, lukisan, tari dan literatur, karena dari sisi perangkatnya saja, film sudah dimaklumkan bahwa itu adalah mahal!
Tidak hanya mendatangkan rasa estetika, tetapi film juga dapat mendatangkan uang (Hollywood), namun investasi yang dibutuhkan juga tidak sedikit, meski di Hollywood terdapat klasifikasi atau kelas pada film yakni kelas A, Kelas B dan sebagainya. Tapi semua itu tetap saja membutuhkan biaya. Sehingga persoalan intinya adalah bagaimana juga modal tetap harus kembali. Persoalan inilah yang terjadi pada film, bahwa film adalah seni yang tidak dapat menjamin modal harus kembali, karena film bukanlah kebutuhan primer.
Solusinya, Hollywood yang menginginkan modalnya harus kembali, dan harus berhubungan dengan pasar, maka:
- untuk menjaga pasar, diwajibkan juga menjaga penonton.
- untuk menjaga penonton, maka ditetapkan sebuah cara yang tidak boleh monoton, karena penonton punya cetakan tentang rasa takut, sedih, gembira dll,
- maka Hollywood membuat resep untuk mengikuti selera penoton, tapi tidak boleh monoton.
Resep tersebut harus memiliki pola dan format yang tetap dalam satu film tertentu, yang dikenal dengan GENRE.
Dengan solusi tersebut, maka industri selalu menciptakan hal-hal yang baru, seperti variasi pada cerita, pada tokoh dan lain sebagainya. Tetapi secara umum, polanya sangatlah baku, dan selalu berulang-ulang.
Pola yang dapat dilihat kesamaan pada film yang satu dengan film yang lain dalam genre yang sama adalah : seting (ruang dan waktu), karakterisasi, plot, properti dan mood atau emosi serta unsur teknis seperti teknis pencahayaan/lighting yang memunculkan low key (pengaturan kontra atau terang-gelapnya cahaya).
Pola seting yang seringkali menjadi pola dapat dilihat pada film genre horror, yang menampilkan waktu malam hari, seting seperti rumah puri, bangunan tua, hutan dan sebagainya. Sedangkan film bergenre western akan menampilkan ruang di savana yang dipenuhi tebing dan pohon kaktus. Karakter pada film genre noir memiliki pola, bahwa tokoh yang ada didalam film noir itu bersifat abu-abu, tidak ada yang seratus persen baik ataupun seratus persen jahat. Sedangkan pada film musical penuh dengan lagu dan menampilkan gestur para tokohnya.
Menurut Bordwell ada beberapa genre yang dapat dianggap menjadi induk primer dari genre film seperti : action, drama, epik sejarah, fantasi, fiksi-ilmiah, horror, komedi, kriminal dan gangster, musical, petualangan, perang dan western. Disamping itu, Bordwell juga menguraikan induk sekunder dari genre film seperti : bencana, detektif, biografi, film noir, melodrama, olahraga, perjalanan, roman, superhero, supernatural, spionase, dan thriller. Tidak semua genre induk primer popular dari masa ke masa. Genre-genre seperti action, drama, komedi, horror, fantasi, relatif masih popular hingga kini. Namun genre-genre seperti musical, epik sejarah, perang, serta western jauh lebih popular dan sukses pada era silam (klasik).
Action
Film-film action berhubungan dengan peristiwa yang didalamnya berupa adegan yang penuh aksi fisik nan seru, menegangkan, berbahaya secara nonstop dengan tempo cerita yang cepat. Film-film action umumnya berisi adegan kejar-mengejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, serta aksi fisik lainnya. Film-film action pada umumnya memiliki karakter protagonis dan antagonis yang jelas serta konflik berupa konfrontasi fisik. Tokoh protagonis biasanya mahir dalam dalam pertempuran senjata maupun tangan kosong. Dalam cerita film umumnya pihak protagonis selalu terancam jiwanya dan selalu berada di bawah tekanan pihak antagonis. Genre film action adalah salah satu genre yang paling adatif dengan genre film lainnya, genre ini mampu berkombinasi dengan semua genre induk, seperti petualangan, thriller, kriminal, drama, komedi, dan fantasi.
Drama
Film drama bisa jadi merupakan genre yang paling banyak di produksi karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Film-film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, seting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan nyata. Konflik bisa di picu oleh lingkungan, diri sendiri maupun alam. Kisahnya sering kali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema umumya mengangkat isu- isu sosial, baik yang berskala besar (masyarakat) maupun berskala kecil (keluarga) seperti ketidak-adilan, kekerasan, diskriminasi, rasialisme, ketidakharmonisan. Film-film drama umumnya tidak terfokus pada aksi fisik ataupun komedi (tema ini hanya sebagai penunjang saja) dan jarang sekali menggunakan efek visual, kisahnya sering kali diadaptasi dari pertunjukan, karya sastra, novel, puisi, catatan harian, dan sebagainya.
Epik Sejarah
Genre pada film ini umumnya mengambil tema pada masa lalu atau pada periode masa yang silam (sejarah), yang kebanyakan mengambil latar belakang sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau kisah biblikal. Film ini memiliki skala yang cukup besar (kolosal), sehingga sering kali menggunakan seting yang mewah dan megah serta banyak, menampilkan ratusan hingga ribuan figuran, variasi kostum dengan asesoris yang unik, serta variasi perlengkapan perang yang dapat dikatakan lengkap, seperti pedang, tameng, tombak, helm, kereta kuda, panah, dan sebagainya. Tokoh utama biasanya merupakan sosok yang heroik, yang gagah berani dan disegani oleh semua lawannya. Genre biografi sebenarnya merupakan pengembangan dari genre epik sejarah. Namun bedanya tingkat keakuratan cerita dalam epik sejarah sering kali di korbankan, tidak seperti biografi yang justru sangat peduli dengan hal tersebut.
Fantasi
Film fantasi adalah jenis genre fiksi yang terbilang tua, karena Melies telah memulainya sejak periode awal film muncul. Sebut saja karya Melies seperti Trip to The Moon. Genre film ini menampilkan tempat, peristiwa, serta karakter yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi. Bahkan studio Hollywood macam Walt Disney seringkali memproduksi film fantasi ini dengan menggunakan teknik animasi seperti film The little mermaid, The beauty and the beast, dan Aladdin dan sebagainya. Segmentasi pasar film-film fantasi ini sudah terbentuk bagi para penonton kalangan anak-anak dan remaja. Namun kadangkala mampu memikat kalangan dewasa.
Fiksi Ilmiah
Pada film bergenre ini peristiwanya berisi akan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Memperlihatkan kekuatan akan teknologi masa depan, kekuatan yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Karakter yang terdapat poada film fiksi ilmiah umumnya ditampilkan sebagai non manusia atau artificial, seperti makhluk asing, robot, hewan purba, dan sebagainya. Di tahun 1950-an, film fiksi ilmiah ini mengalami kejayaannnya, meski hingga saat ini tetap masih menjadi primadona dan sangat populer, karena selain menampilkan teknologi masa depan, juga menampilkan efek visual yang kaya sehingga menghabiskan biaya produksi yang sangat besar.
Horror
Sebenarnya film genre horror adalah adaptasi Hollywood terhadap film-film ekspresionisme Jerman yang kalah dalam perang dunia kedua. Rasa kecemasan masyarakat Jerman, diadaptasi dalam horror menjadi rasa ketakutan. Sehingga film horror memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia. Film horror umumnya menggunakan karakter-karaktrer antagonis non manusia yang berwujud fisik manusia menyeramkan. Film horror umumnya memiliki suasana seting gelap dengan dukungan ilustrasi musik yang mencekam.
Komedi
Selain fantasi dan drama, Komedi boleh dianggap juga sebagai genre film yang paling lama dan populer diantara yang lainnya. Apalagi khalayak sangat mengenal akan konsep komedi melalui pengalaman tontonan teater dan sebagainya. Komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penontonnya, dan biasanya berupa drama ringan yang melebih- lebihkan pada aksinya, situasinya, bahasa, hingga karakternya. Film komedi juga biasanya selalu berakhir dengan penyelesaian cerita yang memuaskan penontonnya (happy ending). Film komedi secara umum di bagi menjadi dua jenis yakni, komedi situasi (komedi yang muncul karena situasi didalam ceritanya) serta komedi slapstic atau lawakan (unsur komedi bergantung pada figur komedian).
Kriminal dan Gangster
Film-film kriminal dan gangster merupakan adaptasi dari film-film kammerspiel dan new objectivity Jerman, yang sangat berhubungan dengan keadaan sosial Jerman saat mereka kalah perang dunia kedua. Film-film Jerman tersebut merupakan kelanjutan dari film-film ekspresionisme Jerman sebelumnya. Film-film tersebut berhubungan dengan aksi-aksi kriminal di masyarakat jerman. Maka film-film genre kriminal dan gangster ini juga memiliki hubungan yang tidak berbeda jauh dengan film-film kammerspiel dan new objectivity, yakni berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, pembunuhan, dan lainnya. Genre ini sering menampilkan perseteruan antara pelaku kriminal dengan penegak hukum seperti, detektif swasta, polisi, pengacara, atau agen rahasia.tidak seperti genre action. Seringkali menampilkan adegan kekerasan yang lebih tidak manusiawi.
Musical
Genre ini mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari, serta gerak. Salah satu ciri pada genre musical ini hampir sepanjang film lirik lagunya merupakan ungkapan atas dialog atau percakapan dari para tokohnya. Dengan hal seperti itu, maka lagu-lagu dan tarian mendominasi sepanjang film. Cerita secara umum berkisah ringan seperti percintaan atau kesuksesan. Bollywood sangat kental akan genre ini, meski tidak semua film-filmnya menampilkan genre musical tersebut. Hanya saja mereka mengadopsi genre musical menjadi ciri film Bollywood.
Petualangan
Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum tersentuh. Film-film petualangan selalu menyajikan panorama alam eksotis seperti hutan rimba, pegunungan, savanna, gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil. Plot film umumnya seputar pencarian sesuatu yang bernilai seperti harta karun, artefak, kota yang hilang. Film petualangan sering kali berkombinasi dengan genre action, epik sejarah, fantasi, fiksi ilmiah, serta perang.
Perang
Genre perang mengangkat tema kengerian serta teror yang di timbulkan oleh aksi perang. Film-film perang umumnya menampilkan adegan pertempuran yang dibuat sangat seru baik di darat, laut, maupun udara. Film-film perang biasanya memperlihatkan kegigihan, perjuangan, dan pengorbanan para tentara dalam melawan musuh-musuh mereka. Film-film perang sering kali mengambil latar periode perang sipil di Amerika dan Rusia, perang dunia pertama dan kedua, perang Vietnam, perang teluk, serta konflik di timur tengah.
Western
Hal ini adalah sebuah genre orisinil milik Amerika. Tidak seperti genre-genre sebelumnya western memiliki beberapa ciri karakter tema serta fisik yang sangat spesifik. Tema film western umumnya seputar konflik antara pihak baik dan jahat. Seting sering kali menampilkan kota kecil, dengan pusat aktifitas masyarakatnya ada di bar atau jalan kota, padang gersang dengan ada sungai kecilnya. Western juga memiliki karakter-karakter yang khas yakni koboi, Indian, dan sheriff.
Komentar
Posting Komentar