Sudah berlangsung lama bagaimana setiap malamnya bioskop begitu semarak dan bergairah. Sejak dari pertama kali kehadirannya, film selalu
sebagai hiburan dan bisnis. Setelah itu film memang dikenal sebagai film,
sehingga tidak dikenal istilah
"film pendek", sampai kehadiran film panjang, karena semua film adalah film-film pendek. Dengan selalu mendatangkan dua-reel film, dengan fitur prototipe, film pendek terus memainkan peranan
penting di studio sebagai tempat pelatihan bagi penulis, sutradara, kameramen
dan banjirnya para aktor dan aktris jadi-jadian yang tiba di Hollywood untuk mencari kesempatan disyut.
Sebagai pimpinan di film –bintang masa depan didominasi dan ditentukan oleh bioskop melalui programnya, sehingga film pendek yang dijual ke jaringan bioskop merupakan
bagian dari “block booking” (order jam tayangan film di
bioskop dengan cara membloknya), dengan sistem paket –yang ditayangkan di bioskop feature film plus film pendek– itupun ditentukan dengan jumlah
kehadiran penonton yang mengisi bioskop setiap minggunya.
Chaplin dalam The Kid
Awal Kehadiran Bintang Film
Pada awal-awal perkembangan sinema,
identitas sang aktor baik nama maupun orangnya sama sekali tidak dikenal. Hal
ini selain untuk lebih menitik-beratkan pada (cerita) filmnya juga
karena profesi aktor pada masa itu masih dianggap statusnya rendah tidak seperti
pemain teater. MPPC juga menekankan supaya tidak
memberikan identitas dari nama asli sang aktor untuk mencegah tuntutan gaji yang lebih tinggi
serta aktor tersebut bertambah populer. Namun perkembangan industri film yang
sangat pesat tidak bisa mencegah hal tersebut sehingga dikenal adanya “star
system”.
Dalam star system, produksi film lebih
menekankan pada figur atau sosok pemain (bintangnya) daripada filmnya sendiri.
Perusahaan produksi yang pertama kali menggunakan star system ini adalah
Kalem yang membuat iklan poster bergambar bintangnya pada tahun 1910,
dan Florence Lawrence yang pantas mendapatkan “The First American
Movie Star” atau juga dikenal sebagai Biograph Girl (bermain di
film-film produksi Biograph). Ia adalah pemain film pertama yang namanya
tercantum dalam screen credit tittle dan mendapatkan publikasi
besar-besaran dalam film The Broken Oath (1910). Florence
mendapat gaji yang sangat fenomenal pada masa itu $1000 per minggu.[1]
Studio-studio lain mengikuti tren ini dan menciptakan bintang-bintang mereka
sendiri, sampai akhirnya nanti muncul bintang termahal pada masa itu, Mary Pickford.[2]
Kemudian bintang-bintang besar sebelum masuk era film bicara diantaranya, Ramon
Novarro, Rudolph Valentino, Francis X. Bushman, Broncho Billy Anderson, Mary
Pickford, Clara Bow, John Gilbert, Colleen Moore, Alla Nazimova, Lillian Gish,
King Baggot, Theda Bara, Douglas Fairbanks, Sr., Pearl White, Louise Brooks,
Bessie Love, Pola Negri, Tom Mix, Gloria Swanson, Norma Talmadge, Brigitte
Helm, Emil Jannings, Marion Davies dan William S. Hart, dan juga seekor anjing German
shepherd Rin Tin TinI.[1]
Dua bintang yang terbesar diantara mereka adalah
Mary Pickford dan Douglas Fairbanks. Penonton Amerika menjuluki Pickford,
Queen of Hollywood. Karir Pickford sudah dimulai dari kecil
ketika ia mendapatkan peran kecil di tahun 1909 untuk Biograph Company
dan kurang dari sepuluh tahun kemudian ia menjadi sosok yang paling berpengaruh
di Hollywood. Pickford menikahi Fairbanks pada bulan maret
1920 yang merupakan even budaya bersejarah di Hollywood. Anehnya karir Pickford
mulai menurun ketika masuk era film bicara serta ia mengganti gaya rambutnya
di tahun
1928. Pada tahun 1929, ia memenangkan Academy Awards di film bicara
pertamanya, Coquette (1929). Douglas Fairbanks juga menjadi
legenda Amerika, karirnya mulai menanjak ketika ia mulai bermain di film-film
petualangan dan fantasi, seperti The Mask of Zorro (1920), Robin Hood
(1920) dan The Thief of Bagdad (1924).[1]
Fenomena Vaudeville melahirkan Bintang Besar
Edison yang telah
meletakkan vaudeville pada tontonan Kinetoscope-nya membuat komedi menjadi
aksi kejadian yang menyelimuti hamper semua film pada periode awal film.
Sehingga sampai pada tahun 1910-an film tidak bisa terlepas dari aksi kejadian
komedi, dan
sebagian besar komedi didasarkan pada aksi fisik, atau slapstick, dengan tampilan khas sang aktor bercelana sotong (tiga
perempat panjang kaki) atau pendek menyertai para bintang bergengsi –meskipun sebenarnya para
bintang populerlah yang terbukti menarik perhatian penonton daripada kejadian utamanya). Sampai dengan
tahun 1920-an,
komedi slapstick masih umum untuk
ditampilkan. Bahkan memunculkan bintang-bintang besar seperti Charles Chaplin, Harold Lloyd,
dan Buster Keaton, yang sampai
sekarang juga masih dikenang dan dicari filmnya. Mereka sebenarnya sangat fokus
untuk selalu menjaga cerita
untuk
hadir lebih kuat dan mendukung lelucon fisik –bisa dibilang
aksi yang rumit– mereka. Sehingga gambar
yang dihadirkan benar-benar kekuatan murni dari sebuah visual, dan para komedian
ini telah berupaya untuk mengembangkan salah satu genre paling menonjol dan bertahan sampai sekarang.
Charlie Chaplin
Namun
bintang film sejati yang namanya masih besar hingga kini adalah Charlie
Chaplin yang berasal dari Inggris. Ia meninggalkan Keystone Studio pada tahun 1908 dan memulai karirnya tahun 1913 di Sennet
dengan peran kecil sebagai Keystone Kop,I dan muncul dalam figur slapstick pertamanya, Tillie Punctured Romance. Lalu di
tahun 1914 ia memulai debutnya dengan trademark kumis dan celana baggy-nya
di film Kid Auto Races at Vanice. Chaplin juga menambahkan
trademark gaya berjalannya di film Tramp (1915) dibawah perusahaan Essanay. Tidak
lama kemudian ia sudah menulis, memproduksi serta membintangi fimnya sendiri.
Kemudian di tahun 1916 Charlie Chaplin
meninggalkan Essanay dan mulai bekerja
untuk Mutual Film Corporation dengan gaji $10.000 per minggu, ia membuat
film seperti The Rink (1916), Pawnshop (1916) dan Immigrant
(1917). Tidak lama berselang Chaplin menandatangani kontrak senilai
$1.000.000 dengan First National dan memproduksi film The Kid
(1921) yang membuat dirinya kembali bersinar karena kesuksesan luar biasa yang didapatnya dari film The Kid. Di sini Chaplin memainkan Little
Tramp yang bermain dengan Jackie
Coogan, seorang anak yang bermain sebagai anak kecil yang diangkat oleh Tramp dan kehadirannya menjadi perhatian
karena aktingnya yang sangat ekspresif.
Dalam The Kid, Chaplin
diberikan kebebasan dalam mengembangkan
cerita pada saat mengisahkan seorang gelandangan yang ramah-tamah dan tercatat
sebagai film yang penuh ambisius karena pengembangan karakter dan plotnya yang
berbeda dari film-film slapstick yang
mengutamakan dagelan, dan nyatanya terbukti berhasil mendapatkan simpati dari penonton. Pada jamannya, Chaplin telah menciptakan bahasanya dengan mengembangkan aturan
dari Drama Yunani Kuno sehingga menjadi pusat pembuatan film. Teknik pembuatan
film yang dikembangkannya di era film bisu segera tumbuh dengan cepat, dan
menjadi supremasi studio Hollywood.
Chaplin segera menjadi lebih ambisius, membuat drama, A Woman of Paris, di mana ia hanya memainkan peran berjalan. Romansa ironis yang pahit ini menyindir masyarakat kelas atas. Humornya, bahkan agak bersifat cabul, humor yang mempengaruhi sutradara komedi canggih lainnya. Bagaimanapun publik tidak bisa menjauhkan Chaplin dengan Little Tramp. Sehingga ia membawa kembali karakter yang dicintainya itu kedalam dua figur yang sangat populer di film The Gold Rush (1925) dan The Circus (1927).
Harold Lloyd
Harold Lloyd dengan cepat bergabung
dengan mode untuk figur-figur slapstick.
Karakter yang menjadi ciri khasnya ia selalu menggunakan "kacamata"
yang telah ia kembangkan pada akhir remajanya. Llyod menjadi bintang di film A
Sailor-Made Man di tahun 1921 dengan sutradara Fred Newmeyer, yang berkisah tentang seorang pemuda kurang ajar
yang memenangkan cintanya melalui serangkaian petualangan. Meskipun Lloyd banyak membintangi berbagai jenis
komedi, tapi yang paling diingat adalah komedi "sensasi" nya dalam film
Safety Last tahun 1923, yang di produksi Newmeyer dan Sam Taylor, dengan memerankan seorang
pemuda yang ambisius yang harus memanjat sisi gedung pencakar langit sebagai
aksi publisitasnya di toko tempat dia bekerja. Beberapa film Lloyd di era ini seringkali menampilkannya
sebagai bocah di kota kecil yang menjadi pahlawan ketika dihadapkan dengan
tantangan besar, seperti dalam Girl Shy
tahun 1924 yang di produksi Newmeyer
dan Taylor, lalu The Freshman (1925, Newmeyer dan
Taylor), dan The Kid Brother (1927, oleh Ted Wilde). Karier Lloyd berlangsung hingga pada era awal film bersuara, tetapi akhirnya ia pun pensiun di hari tuanya.
Buster Keaton
Karier Buster Keaton dimulai ketika ia bergabung dengan aksi vaudeville milik orang tuanya. Pada akhir 1910-an, ia pun beralih ke film sebagai aktor dalam film
pendek dari Fatty Arbuckle di akhir tahun 1910-an. Ketika Arbuckle beralih menjadi figur di awal 1920-an, Keaton menjadi bagian sebagai unit produksi filmnya, menyutradarai dan membintanginya dan mendapatkan
kepopulerannya. Ciri khas dari penampilan aktingnya adalah menolak
untuk tersenyum, sehingga ia dikenal sebagai “The
Great Stone Face”. Film-film awal Keaton mengungkapkan selera humor yang aneh karena kadang-kadang menghadirkan nuansa yang surealis.
Keaton segera beralih ke figur
humor yang dikenal offbeat dan plotnya
yang kompleks sehingga membuatnya kurang populer dibandingkan dengan saingan
utamanya, Chaplin dan Lloyd. Film panjang pertamanya The Navigator di tahun 1924, yang disutradarainya
bersama Donald Crisp, menceritakan tentang
pasangan yang kesendirian di atas kapal laut besar. Keaton menyukai kisah-kisah yang mengeksploitasi media sinematik,
seperti dalam film Sherlock Junior
(1924), yang berisi urutan mimpi –film dalam film– yang rumit. Film The General (1927) dianggap film terbaik
Keaton yang disutradarainya bersama
dengan Clyde Bruckman, bercerita tentang kisah
penyelamatan gagah berani selama Perang Sipil. Disini Keaton bersama Bruckman
menciptakan struktur plot yang hampir sempurna, memperlihatkan detail dari
periode perang sipil, dan membuat lelucon rumit dalam satu shot-nya. Meskipun demikian, tetap sang jenderal ini gagal untuk
memenangkan popularitas.
Sedangkan pada tahun 1928, Keaton
pindah ke MGM, dan membuat sebuah film yang sesuai dengan standar lama, The Cameraman (1928, oleh Edward Sedgwick, Jr.). Namun, setelah era film bersuara muncul, ia tidak diperkenankan
lagi terhadap kebebasan lamanya dalam improvisasi lelucon di lokasi syuting.
Karier Keaton pun berangsur-angsur
menurun pada awal 1930-an, ketika MGM
mulai menggunakan bintang komik yang lebih agresif seperti Jimmy Durante. Dan di pertengahan 1930-an, Keaton pun bermain di film-film kecil dan mengambil peran kecil
selama era film suara berlangsung, tetapi karirnya tidak pernah bangkit kembali
sebelum kematiannya pada tahun 1966.
Kebesaran Edison tidak hanya
pada dunia penemuan teknologinya yang terkenal, melainkan juga bagaimana cerdasnya
penemu termahsyur abad ke-19 ini menghadirkan konsep Vaudeville–nya dalam peristiwa kinetoscope-nya tersebut. Pada akhirnya menghadirkan komedi didalam
film pada era selanjutnya, dan visual humor. Tidak dipungkiri dari Vaudeville melahirkan bintang-bintang besar dengan ciri
khas yang melekat padanya, bahkan sampai saat ini masih dikenang dan dicari.
Sedangkan kecerdikan Méliès dalam
menyutradarai sekaligus sebagai pemain, juga menular kepada para bintang komedi
era film bisu ini, bahkan film-film mereka pun menjadi hit dan terkenal.
[1] Thurlow, Clifford and Max
Thurlow. “Making Short Films: The
Complete Guide from Script to Screen”, 3rd. Bloomsbury Academic,
2013.
[1] Thurlow, Clifford and Max
Thurlow. “Making Short Films: The
Complete Guide from Script to Screen”, 3rd. Bloomsbury Academic,
2013.
[1] Thurlow, Clifford and Max
Thurlow. “Making Short Films: The
Complete Guide from Script to Screen”, 3rd. Bloomsbury Academic,
2013.
[2] Thurlow, Clifford and Max
Thurlow. “Making Short Films: The
Complete Guide from Script to Screen”, 3rd. Bloomsbury Academic,
2013.
Komentar
Posting Komentar