Film by Edwin S. Porter
Ketika mantan operator Kinetoscope Edwin S. Porter diberi pekerjaan Edison di New Jersey ia mengarahkan sebuah film pertamanya, yakni sebuah dokumenter naratif yang berjudul The Life of An American Fireman pada tahun 1903, dengan membuat studi tentang metode kerja dan cara bercerita dari Méliès, berupaya menyesuaikan pemotongan peristiwa terhadap keserasian ruang dan waktu penceritaan, dan Porter menyadari bahwa hal yang dilakukan Méliès itu adalah kecerdikan dari seorang pesulap Prancis tersebut, melalui editing Méliès telah membuat film-filmnya menjadi menarik. Dalam film pendek enam menit tersebut, Porter menggabungkan antar dokumentasi kejadian sesungguhnya dengan gambar-gambar yang ia buat sendiri. Filmnya tidak hanya memperlihatkan peristiwa petugas pemadam kebakaran saat bekerja, tetapi ia juga membuat tema di setiap tahapan kegiatan dari aktifitas petugas pemadam, Porter juga sudah menggunakan close-up untuk menunjukkan emosi petugas, Penonton merasa tidak terganggu oleh pemotongan gambarnya terhadap penceritaan film The Life of an American Fireman ini. Porter telah membangun suatu dunia didalam filmnya. Namun demikian sebenarnya kita masih melihat sang ibu dan anak diselamatkan dua kali yaitu dari dalam rumah dan dari luar rumah. Porter belum menyadari adanya kemungkinan untuk memotong gambar (intercutting) di dua lokasi dalam satu adegan yang sama untuk memperjelas informasi bagi penonton.
Cerita pemadam kebakaran ini bukanlah yang pertama
dalam film, melainkan didasari atas cerita-cerita sebelumnya, seperti yang ada
pada slide lantern yang menghadirkan
cara pemadam kebakaran memadamkan api. Bahkan dianggap sama ceritanya dengan Fire! filmnya Wiiliamson. Begitu banyak hal yang dilakukan oleh Porter sebagai sesuatu yang
masih orisinil di
film, setidaknya bagi Amerika
Serikat, sementara
itu butuh waktu berbulan-bulan bagi Thomas Edison untuk kembali menonton The Life of An American Fireman untuk sebuah kesimpulan bahwa ia mengakui sepenuhnya dan menghargai pencapaian yang telah dilakukan oleh
seorang sutradara; banyak auteurs berdaya
cipta tinggi dapat
menemukan sesuatu yang juga dapat dilakukan oleh seniman, bahkan temuannya hal yang sangat baru dan seringkali membingungkan. Model ala
Hollywood tidaklah mencari yang unik dan inovatif tapi justru mereka itu ingin melihat terus terjadinya sesuatu yang segar dan berputar dari film-film blockbuster sebelumnya.
Dari semua film Porter,
The Great Train Robbery (1903) merupakan film yang
memiliki pengaruh besar dalam sejarah film. Beberapa pencapaian Porter didalam film dianggap ada didalam
film ini. Dimunculkannya teknik parallel
editing yang sederhana, memotong dua adegan di lokasi yang berbeda dalam
waktu yang sama. Ketika adegan bandit mulai melarikan diri dari kereta dipotong
dengan adegan sekelompok orang (“sherrif”) yang sedang menari di sebuah
ruangan.
Meskipun, Edison, adalah seorang
pengusaha yang cerdas, sekaligus juga sebagai pembuat
film, belakangan
di tahun yang sama –1903, menempatkan Porter ke kursi sutradara untuk mensyut fiksi yang diambil dari
kisah nyata. Sedangkan para Sutradara Muda Amerika di tahun enam puluhan menganalisis
pekerjaan iconoclastic dari gerakan Nouvelle Vague (gelombang baru) sebuah
estetika yang
dilakukan Francois Truffaut, Claude Chabrol, Jean-Luc Godard, Eric Rohmer
dan Jacques Rivette, Edwin S. Porter mendalami diri sendirinya dengan membuat
karya film dan bekerja dengan menyebrang ke
Eropa sebelum ia memulai syuting film yang menjadi tonggak bagi dirinya dan yang sangat terkenal yaitu The
Great Train Robbery.
Film pendek The Great Train Robbery yang berdurasi sekitar 10
menit ini, merupakan
cerita berdasarkan kehidupan
nyata Butch Cassidy Hole, seorang pencuri populer dari sebuah Gangster yang ada di tahun 1900-an.
Butch (diperankan oleh George Leroy Parker) dan anak laki-lakinya menghentikan kereta Union Pacific Railroad di wilayah sekitar gurun tembok batu, Wyoming yang jarang penduduknya.
Mereka melemparkan petugas keluar kereta yang sedang berjalan dan selanjutnya mereka memaksa masinis untuk melepaskan lokomotif –kepala
kereta– berpenumpang dan menyalakan dinamit sebelum mereka melarikan diri dengan membawa uang tunai $US
5.000.
Suatu hal yang baru dan untuk pertama kalinya,
didalam film oleh Porter para
tokohnya menggunakan Jersey layaknya Wild West, sebuah
kebenaran tentunya bagi
Barat. Ia juga menciptakan elemen dari genre: perampokan, tembak-menembak, adegan di atas kuda, berkumpulnya para
jagoan. Lalu Porter
dalam membuat ceritanya mengadopsi naskah dan struktur
cerita dari drama teater, sehingga 14 adegannya
penuh
dengan narasi.[1] Namun yang membuat The Great Train
Robbery begitu penting, film ini
merupakan kelanjutan dari apa yang telah dilakukan Porter sebelumnya.
Pertama, kejadian yang
ditampilkannya bukanlah rentetan kejadian dari peristiwa yang utuh dan
berkesinambungan, melainkan peristiwanya adalah kejadian parallel –lihat naskahnya.
Porter memperlihatkan parallel-action dari
kejadian di lokasi yang berbeda seakan-akan berjalan dalam waktu yang bersamaan secara
simultan –intercutting, seperti kejadian bandit di
kereta yang sedang melakukan aksinya dengan petugas
di stasiun kereta api, atau para bandit yang kabur setelah merampok di kereta dengan para jagoan koboi yang sedang
berdansa, adalah di lokasi yang berbeda, namun dalam waktu yang bersamaan. Perpindahan diantara adegannya tanpa
menggunakan fade atau dissolve. Porter sepertinya memberikan dasar
bagaimana mendongeng di film, yang akhirnya menjadi patern dari storytelling Hollywood kelak
–klasissism. Selain itu ia juga mempertunjukkan
peristiwa petugas yang dilempar dari kereta, lalu Porter memotongnya –cutting– dan gambar berpindah untuk
memperlihatkan kembali sosok petugas –petugasnya diganti dengan boneka dalam bentuk dummy– terlempar dari atas kereta dan terguling-guling berdebu. Terakhir inovasi Porter lainnya adalah adegan tambahan yang memperlihatkan seorang bandit yang sudah meninggal sedang menembakan enam kali pistol
miliknya kearah mata penonton, yang sebenarnya dapat
ditempatkan
diawal atau di akhir film
(tergantung pada para penontonnya).
Edison menyadari bahwa ia memiliki berlian di tangannya. Dalam katalog film yang keluar Januari
1904 The Great Train Robbery mendapatkan pernyataan dari para pengikutnya
sebagai berikut, subyek penuh sensasional dengan keputusan yang sungguh tragis untuk selalu dapat “memukul”
setiap kali penampilannya. Kami menganggap bahwa ini benar-benar
keunggulan dari
motion picture yang pernah dibuat orang. Duplikasi dari aksi yang dipertunjukkan sesuai
dengan aslinya “Hold ups” dari produk asli yang telah
dikenal lama oleh para penjahat di Barat...[1]
[1] Thurlow, Clifford and Max
Thurlow. “Making Short Films: The
Complete Guide from Script to Screen”, 3rd. Bloomsbury Academic,
2013.
[1] Thurlow, Clifford and Max
Thurlow. “Making Short Films : The
Complete Guide from Script to Screen”, 3rd. Bloomsbury Academic,
2013.
Komentar
Posting Komentar