GENRE FILM (PERIODE AWAL SINEMA) 3


Spektakuler dan Drama Romantis di Italia

Sinema Italia pada era film bisu dapat diibaratkan sama dengan eranya yakni berada didalam kesunyian, namun beberapa tahun berikutnya sinema Italia benar-benar mulai berkembang, sebuah urgensi yang identik Perang Dunia I diiringi dengan perubahan selera penonton yang cepat telah membawa situasi perubahan ke dalam pembuatan film di negara itu. Perang dianggap sebagai penyebab kepada produser untuk lebih banyak membuat film-film patriotik yang mendukung upaya propaganda pemerintah. Produksi Jingo, seseorang yang begitu mencintai tanah airnya, yang transparan seperti karya Andre Deed, La Paura degli aeromobili nemici (The War and Momi’s Dream, 1915) dan film anak-anak animasi Segundo de Chomon, La Guerra e il sogno di Momi (The War and Momi’s Dream, 1917) yang berkontribusi pada upayanya didalam peperangan. Tetapi dengan berakhirnya konflik perang, genre film baru yang biasa disebut dengan istilah “Diva” pun menjadi terkenal.

Sebenarnya sosok aktris sebagai diva telah diperkenalkan sebelum perang terjadi, seperti film Ma L'amor Mio Mon Muore karya Mario Caserini (Love Everlasting, 1913), tetapi setelah perang berakhir, barulah seluruh kelompok pemain, termasuk diantaranya Pina Menichelli, Lyda Borelli, dan Soava Gallone, membanjiri layar dengan kisah-kisah romantis yang dekaden dimana laki-laki selalu terpikat terhadap malapetaka yang menimpa diri mereka sendiri melalui intrik godaan seksual dan janji cinta yang terlarang. Rapsodia Satanica Nino Oxilia (Satanic Rhapsody, 1915), Pastrone's Il Fuoco (The Flame, 1916), dan La Tragedia Su Tre Carte karya Lucio D'Ambra (Tragedy on Three Cards, 1922) merupakan simbol dari siklus ini. Tetapi permintaan akan pentas tontonan dan romansa terhadap "vamp" ini, pada akhirnya runtuh karena hal tersebut selalu diulang terus-menerus tanpa ada hentinya, sehingga tekanan tersebut telah membawa sinema Italia untuk memulai melaksanakan sistem “mengkanibalkan” dirinya sendiri, yakni bagaimana akhirnya mereka membuat ulang kembali sejumlah film yang sama dengan tahun atau periode sebelumnya secara terus-menerus, termasuk versi baru atas film Quo Vadis? pada tahun 1925 (disutradarai oleh Gabriellino D'Annunzio dan Georg Jacoby) dan Gli Ultimi giorni di Pompeii pada tahun 1926 (The Last Days of Pompeii, disutradarai oleh Carmine Gallone dan Amleto Palermi).

Quo Vadis? (1925) - Arturo Ambrosio, Gabriellino D'Annunzio ...
Quo Vadis? pada tahun 1925 (disutradarai oleh Gabriellino D'Annunzio dan Georg Jacoby)

Pada hari-hari terakhir sinema bisu Italia, telah menghadirkan rangkaian film “muscleman“ (pria berotot) untuk terjun, ikut bermain. Sebuah film dimana kisahnya hanya berputar di sekitar karakter Maciste, seorang budak yang tampaknya memiliki kekuatan manusia super. Pertama kali terlihat di Luigi Romano Borgnetto dan Maciste Vincenzo Denizot (1915), karakter orang kuat ini dengan cepat didaur ulang dalam serangkaian sekuel yang tak berujung dari Maciste Alpino (Maciste in the Alpine Regiment, alias The Warrior, 1916) ke Guido Brignone di Maciste All 'Inferno (Maciste in Hell, 1925). Dari apa yang terjadi tersebut, mungkin yang paling menarik tentang periode awal sinema Italia ini adalah bagaimana sinema Italia dengan cepat telah memantapkan dua genre utamanya pada film-film mereka yang terdefinisi sepanjang abad ke-20, yakni: pentas tontonan sejarah dengan dekadensi Romawi dan film-film Maciste atau Hercules, yang merupakan bahan pokok industri film akhir tahun 1950-an dan sepanjang tahun 1960-an, yang diketahui sebagai era film pembuatan ulang atas dua genre tersebut dengan gaya baru, melalui film berwarna dan teknologi CinemaScope (ataupun proses layar lebar lainnya). Sampai akhirnya siklus dari genre ini pada masa berikutnya, dengan sendirinya, malah melelahkan dirinya sendiri melalui rekapitulasi yang tanpa henti.

Sinema Italia sebagian besar terdiri dari pentas tontonan sejarah yang identik dengan nuansa kostum –kolosal dan megah, film menampilkan orang-orang berotot dan kuat yang tak berujung, meski di tahun 1960-an, muncul sebeuah genre baru berupa film horror, namun tetap saja tidak mampu untuk menjadikan genre utama pada film-film Italia pada era film bisu.

Komentar