Teori Film Impresionisme
Gaya dari gerakan Impresionis sebagian berasal dari kepercayaan para sutradara tentang film sebagai bentuk seni. Mereka mengekspresikan keyakinan ini dalam esai dan manifesto puitis, yang seringkali sukar untuk dimengerti atau muskil, hal yang sebenarnya justru telah membantu mendefinisikan mereka sebagai kelompok yang berbeda.
Kaum
Impresionis melihat seni sebagai bentuk ekspresi, menyampaikan visi pribadi seorang seniman: seni menciptakan pengalaman,
dan pengalaman itu mengarah pada emosi para penonton. Seni telah menciptakan suatu perasaan tertentu meski bukan dengan membuat pernyataan langsung tetapi
dengan membangkitkannya
atau hanya dengan memberikan
kesan pada mereka. Singkatnya, karya seni telah menciptakan perasaan, dengan kesan yang singkat. Pada tahun 1920-an,
pandangan tentang seni ini agak kuno, karena berakar pada estetika Romantis dan Simbolis
abad kesembilan belas.
Kedudukan Sinema Impresionisme
Kadang-kadang para ahli teori Impresionis mengklaim sinema adalah sintesis dari seni lainnya. Hal ini menciptakan hubungan spasial –ruang, terutama pada arsitektur, lukisan, dan patung. Namun, karena sinema juga merupakan seni temporal –waktu, ia menggabungkan kualitas ruangnya dengan hubungan ritmis –ritme– yang sebanding dengan musik, puisi, dan tarian. Di sisi lain, ahli teori Impresionis juga memperlakukan sinema sebagai medium murni, yang dapat menghadirkan kemungkinan-kemungkinan yang unik bagi sang seniman. Klaim ini telah mendorong beberapa para pembuat film untuk membuatnya hanya untuk sinema (pure cinema), film-film abstrak yang berkonsentrasi pada bentuk grafis dan temporal saja, dan seringkali tanpa narasi. Kebanyakan film-film Impresionis mengambil jalan yang kurang radikal, sehingga tetap membuat film naratif yang kemudian bereksplorasi melalui media sinemanya.
Kalau
seorang penulis tertentu mengklaim bahwa film merupakan penggabungan (mensintesiskan)
seni yang lebih tua atau menciptakan bentuk seni yang sama sekali baru, namun tidak begitu halnya dengan semua para
ahli teori yang sepakat
bahwa film adalah kebalikan dari teater. Banyak produksi Perancis dikutuk karena dianggap sebagai imitasi dari panggung. Kebanyakan Impresionis
percaya bahwa untuk menghindari sandiwara, film harus menampilkan akting yang naturalistik. Dan memang, banyak akting di film Impresionis masih seperti sangat tertahan, tidak lepas. Sebagai
contoh, sebagai tokoh di Menilmontant, Nadia
Sibirskaia telah memberikan model akting yang ideal secara Impresionis yang halus dan ekspresif.
Demikian pula halnya dengan seting yang diambil bagi
gambar di film-filmnya, kaum Impresionis lebih banyak
menampilkan gambar yang mendukung cerita seperti pemandangan
desa yang sesungguhnya.
Komentar
Posting Komentar