Gerakan Impresionisme Perancis
Antara tahun 1918 dan 1929, generasi
baru pembuat film berusaha untuk lebih mendalami sinema sebagai sebuah seni.
Sutradara-sutradara ini menganggap pembuatan film Perancis amat ceroboh dan
lebih menyukai film-film Hollywood yang dipenuhi penonton dan telah membanjiri sinema
Perancis selama perang. Film-film mereka menampilkan daya tarik dengan
keindahan gambar dengan minatnya terhadap eksplorasi psikologis yang menarik.
Hubungan kaum Impresionis dengan Industri
Para filmmaker gerakan Impresionis ini
sebenarnya dibantu oleh krisis yang melanda
industri film Perancis.
Dimana perusahaan seringkali
mengubah kebijakan atau mengatur ulang kebijakan mereka dengan seenaknya, filmmaker pada akhirnya memiliki
berbagai cara untuk memperoleh pendanaan. Beberapa sutradara Impresionis juga membagi waktu mereka antara
proyek-proyek avant-garde dengan film-film yang lebih berorientasi mencari keuntungan.
Germaine
Dulac membuat beberapa film Impresionis
penting dalam periode ini,
termasuk The Smiling Madame Beudet
dan Gossette (keduanya di tahun 1923), tetapi dia menghabiskan
sebagian besar karirnya membuat drama yang lebih konvensional. Demikian pula, Jean
Epstein mengarahkan gambar-gambar kostumnya di antara beberapa karyanya yang paling
eksperimental. Sedangkan Jacques
Feyder adalah salah satu sutradara Perancis yang terbilang sukses secara komersial di tahun 1920-an, dengan membuat film hit, L’Atlantide, di
tahun 1921; namun ia juga membuat
film-film Impresionis
dari tahun 1923 hingga 1926. Beberapa Impresionis memiliki keistimewaan yang bekerja sepanjang waktu, penuh dengan
gaya yang mereka sukai, dan terus
dilakukannya hingga lebih dari satu dekade.
Terlepas dari kecenderungan avant-garde yang mereka hadirkan, para sutradara ini tetap saja harus membuat jalan agar dirinya diterima juga di perusahaan komersil. Diantara mereka adalah Abel Gance, seorang sutradara yang pertama kali berangkat dari tradisi gaya yang sudah ada, memulai membuat film sejak tahun 1911 sebagai seorang penulis skenario dan kemudian mulai menyutradarainya. Selain itu juga membuat film fantasi seperti Melies yang tidak pernah dirilis, La Folie du Dr. Tube (Dr. Tube's Madness, 1915), disamping juga pernah mengerjakan proyek-proyek komersil. Apalgi hasratnya sangat kuat dalam sastra dan seni romantis, Gance pun bercita-cita untuk membuat lebih banyak lagi karya pribadinya. La Dixieme symphonie (1918) adalah film besar pertamanya dari gerakan Impresionis ini. Dengan cerita tentang komposer yang menuliskan sebuah simfoni yang begitu kuat, sehingga teman-temannya pun menganggap dirinya sebagai penerus dari sembilan simfoninya Beethoven. Gance memasukkan reaksi yang penuh emosional dari pendengar skoring musik dengan rangkaian teknik visual –seperti teknik superimpose (1.1). Namun upaya-upaya semacam itu hanyalah sebatas untuk menyampaikan sensasi dan kesan emosional saja, meski kenyataannya hal tersebut nantinya menjadi bagian penting bagi gerakan Impresionis.
Dalam La Dixieme symphonie, teknik superimpose dari Gance seorang sedang menari diatas tuts piano untuk mendapatkan kesan subjektif terhadap dampak dari musik.
La Dixieme symphonie
diproduksi oleh Charles Pathe, yang terus membiayai dan mendistribusikan
film-film Gance meskipun sang sutradara telah membentuk perusahaan produksinya
sendiri. Sebuah resiko yang harus didapatkan oleh Pathe,
karena beberapa film Gance seperti J’Accuse
dan La Roue dibuat dengan lebih panjang
dan lebih mahal. Meskipun begitu, tetap saja Gance
adalah sutradara yang
paling populer di kalangan kaum Impresionis. Pada tahun 1920, polling yang dilakukan secara informal
memberikan filmnya mendapatkan
peringkat favorit dari publik.
Satu-satunya produksi film Perancis yang berhasil masuk kedalam posisi terbaik, dengan lebih
mendekati papan atas adalah film dari Gance
(sedangkan film favorit pilihan publik adalah The Cheat karya DeMille dan komedi pendek dari Chaplin).
Perusahaan
besar lainnya, seperti Gaumont, memperoleh sebagian
besar uangnya dari hasil
serial Feuillade. Sebagian keuntungan dari film
ini memberikan investasi pada pembuatnya,
seperti Marcel L’Herbier, yang debut karyanya adalah film Rose –produksi Perancis, dikenal juga sebagai
film Impresionis kedua. Menggambarkan tentang perang –Perancis yang cemerlang digambarkan dengan simbolis
sehingga hampir tidak dapat
dipahami, menyebabkan film ini tidak tersebar secara luas. Kemudian, L’Herbier membuat dua film Impresionis lainnya lagi, yang berjudul L’Homme
du large dan El
Dorado, untuk Gaumont, lalu di tahun
1920 para kritikus
pun mulai memperhatikan bahwa Perancis telah memiliki sinematik avant-garde.
Jean
Epstein, merupakan salah satu tokoh penting lainnya
dalam pembuatan
beberapa film Impresionis yang paling eksperimental, ia memulainya
dengan membuat
film seperti gaya dokumenter, dengan judul Pasteur (1923), untuk produksi Pathe. Sedangkan Germaine Dulac, juga ikut disewa
untuk penyutradaraan avant garde-nya dalam studi karakternya di film The Smiling Madame Beudet
oleh perusahaan film
d’Art, yang diketahui film tersebut merupakan bentuk permulaan dari proyek Impresionis dengan mengadaptasi
atas suksesnya permainan-permainan gaya impresonis tersebut.
Satu-satunya pembuat film Impresionis
dan kritikus sekaligus juga ahli teori yang tetap berada dipinggiran dunia
industri film pada tahun-tahun permulaan ini adalah Louis
Delluc. Dengan menggunakan uang warisannya
dan bantuan dari para
pembuat film lainnya,
ia justru mendukung
perusahaan-perusahaan
kecil yang memproduksi film-film dengan anggaran yang rendah seperti Fièvre (Fever,
1921). Film Fièvre dan juga film Delluc lainnya
yakni L'Inondation (The Flood, 1924), memperiatkan Delluc sepertinya mengajak penonton untuk lebih
mengetahui sebuah
film itu seharusnya memiliki batasan
naratif yang lebih luas, yang terdapat didalam filmnya tersebut.
Kemudian hadir Germaine Dulac, seorang perempuan pembuat
film avant-garde yang pada periode perintis ini, juga memberikan kontribusi besar pada
film eksperimental. Terlahir sebagai Charlotte Elisabeth Germaine
Saisset-Schneider di Amiens, Perancis, pada tahun 1882 dari keluarga kelas menengah yang
berpendidikan. Dulac memulai kariernya sebagai seorang jurnalis sosialis untuk La Francaisedi Paris, yang merupakan salah satu publikasi feminis pertama Perancis.
Dia juga menulis untuk La Fronde,
jurnal lesbian yang terkenal radikal, sekaligus mempelajari fotografi, musik, filsafat, dan seni. Sebagai
seorang promotor dari klub film pertama, yang berdedikasi untuk menonton dan
mendiskusikan film-film non-mainstream,
Dulac menjadi aktif terlibat dengan sekelompok intelektual yang mendedikasikan diri
mereka untuk
mendefinisikan ulang seni dari sinema.
Kelompok ini termasuk Louis Delluc, Marcel L’Herbier, dan Marie Epstein, salah seorang sutradara
perempuan penting
lainnya.
Film-film Dulac yang terkenal adalah La Souriante Madame Beudet (The Smiling Madame Beudet, 1922) dan La Coquille et le clergyman (The Seashell and the Clergyman, 1928), disamping Dulac juga membuat enam episode serial dari Ames de fous (Ames d'hommes fous, 1918), yang sangat unik karena
menggabungkan elemen struktural dari cliffhanger dengan teknik
surealistik dan Impresionistik film eksperimental. Ames de fous memperlihatkan
efek
suasana yang
ditujukan untuk memberikan ekspresi keadaan psikologis perempuan. Gossette (1923) adalah film serial lainnya yang ia sutradarai, namun keberadaan film tersebut kurang dikenal.
The Seashell and the Clergyman dari Germaine Dulac
Dalam film itu, seorang perempuan muda yang menjadi tokoh utamanya diculik dan dibius, dengan menggunakan wide lens, Dulac pun menggambarkan secara berulang-ulang efek distorsi untuk membuat sudut pandang subjektif dari tokoh perempuan. Sebenarnya Dulac telah membuat film yang beragam, dia bisa membuat film Impresionisme murni, seperti dalam The Seashell and the Clergyman (1.2), tapi juga membuat film dokumenter murni yang di produksi oleh Gaumont, atau juga mampu membuat film hibrida yang memadukan antara film naratif dan Impresionis, seperti dalam The Smiling Madame Beudet dan beberapa serial lainnya. Dulac mendedikasikan dirinya untuk membebaskan bentuk dari seni sinema agar terlepas dari pengaruh sastra, teater, dan ekspresi narasi yang standar.
Seperti juga Maya Deren, pembuat film eksperimental lainnya di tahun 1940-an
di Amerika Serikat, dia memberikan kuliah dan menuliskan pernyataan pribadinya
–manifesto– untuk sinema-sinema yang didasari akan mimpi, keinginan, dan bentuk
bahasa terhadap konten film. The Smiling
Madame Beudet adalah manifestasi dari teori dan perspektif Dulac, yang
menggambarkan pelarian psikologis seorang ibu rumah tangga dari suaminya yang
telah melakukan tindakan kasar. Di sini Dulac memperlihatkan pada gambarnya
bagaimana dirinya memanfaatkan unsur teknis di film, yang setara dengan metonim
–menggantikan kata dengan sepatah dua kata tertentu, seperti pasta gigi diganti
dengan odol– yang puitis dalam bahasa ataupun eksperimen dalam tekstur dan
bentuk dalam lukisan, seperti memperlihatkan double expose, superimpose,
masking, distorsi, dan penggunaan
kain kasa. Namun seperti halnya para pembuat film Inggris periode awal,
kehadiran sinema yang diuraikan di atas sebelumnya, teknik-teknik film inipun,
masih bersifat sensasi karena hasilnya hanya untuk menampilkan bentuk karena filmmaker bermain-main secara teknis
untuk mendapatkan bentuk itu sendiri, bukan karena konten yang didasari
hubungan antara subjek dengan objek film, antara penonton dengan layar. Dalam The Seashell and the Clergyman, Dulac merombak naratifitas sepenuhnya dengan memberikan
khalayak agar berkeinginan feminin murni, diselingi keinginan maskulin seorang
pendeta. Dulac bertanggung jawab penuh dalam "menuliskan" bahasa
sinematik baru yang mengekspresikan hasrat perempuan secara puitis.
Diantara
rekan-rekan Dulac yang disebutkan sebelumnya, ada Marcel L’Herbier yang
menyutradarai Eldorado (El Dorado, 1921) dan L'Inhumaine (The Inhuman Woman, The New
Enchantment, 1924), yang keluar dari zona konvensional dengan struktur
sinematiknya dan puncaknya menghadirkan film L'Argent (Money, 1928),
sebuah adaptasi dari novel karya Emile Zola. Pembuat film lainnya adalah Marie Epstein,
yang juga seorang sutradara avant-garde
Perancis, tapi jarang sekali dibahas dalam sejarah sinema, karena lebih sering
disebut didalam ensiklopedia film, itupun di bawah Jean Epstein, saudaranya dan
kolaborator lainnya, Jean Benoit-Levy. Dalam produksi film, mereka sering
bekerjasama dan menempatkan Marie Epstein sebagai co-director, meskipun dia dikenal juga sebagai penulis, disamping juga
sebagai seorang aktris sebelum akhirnya sebagai seorang pengarsip film di Cinematheque Francaise.
Skenario film
yang ditulis oleh Marie Epstein menggabungkan masalah sosial –khususnya masalah anak-anak miskin dan perempuan
yang kurang beruntung– dengan imaj yang puitis dan teknik
sinematik yang cukup canggih.
Kolaborasi yang cukup terkenal antara Epstein
dan Benoit-Levy adalah film La Maternelle (Children of Montmartre, 1933). Beberapa
film garapan bersama Benoit-Levy–Epstein yang perlu dicatat adalah
teknik
avant-garde mereka,
yakni model subjektivitas feminin, dan materinya yang
berpusat pada sosok perempuan. Altitude 3.200 (Youth in Revolt,
1938) menggambarkan kehidupan percintaan dalam komunitas
utopis, sementara film Helene (1936) adalah film yang bercerita
dari perspektif seorang single-mother. La
Mort du cygne (Ballerina, 1938,
disutradarai oleh Benoit-Levy sendiri) menceritakan
seorang
perempuan muda penari balet yang memiliki hasrat untuk berhasil sehingga ia yang
menyebabkan
saingannya mengalami kecelakaan. Film ini memenangkan Grand Prix du Film Francaise dalam Exposition 1937. Peau
de peche (Peach Skin, 1929), Maternite (Maternity, 1929), dan Coeur
de Paris (Heart of Paris, 1931) dimana
anak-anak sebagai subjeknya dengan
sensitivitas yang tinggi dan
mengandalkan sudut pandang subjektif dari
anak-anak. Secara
puitis Epstein telah
membuat dan menghadirkan film-filmnya tersebut.
Beberapa
tahun kemudian, Jean Renoir, putra dari pelukis Auguste Renoir, melakukan pengembaraannya dalam membuat berbagai jenis
pembuatan film avant-garde,
termasuk Impresionisme, dengan dukungan uang miliknya sendiri (sebagian berasal dari
penjualan beberapa lukisan ayahnya). Pembuat film Impresionis lainnya, seperti Dimitri
Kirsanoff, malah sebaliknya bekerja dengan cara yang sangat terbatas, bagaimana ia mengumpulkan dana
tanpa perusahaan produksi film dalam
membuat film murah,
seperti filmnya yang berjudul L’lronie du destin
dan Menilmontant.
Sebuah perusahaan film
yang memberikan kontribusi besarnya bagi Impresionisme pada tahun-tahun pertama adalah grup
produksi yang berasal dari
Rusia Yermoliev, yang melarikan diri karena nasionalisasi industri film oleh
pemerintah Soviet, dan
menetap di Paris pada tahun
1920 dengan melakukan re-organisasi menjadi perusahaan Film
Albatros pada tahun 1922. Pada awalnya perusahaan ini
membuat film fantasi
populer, melodrama, dan semacamnya. Aktor-aktor
utama yang ada di
perusahaan ini, seperti Ivan
Mosjoukine (yang telah mengubah namanya aslinya dari Mozhukhin Rusia), yang
dengan cepat menjadi bintang film utama di Perancis. Pada tahun 1923, Albatros memproduksi salah satu film Impresionis
yang paling berani, Le Brasier ardent, dengan co-sutradaranya
oleh Mosjoukine dan Alexandre Volkoff. Pada tahun 1924, hadir film Kean, yang disutradarai oleh Volkoff dan
dibintangi oleh Mosjoukine.
Meskipun terbilang perusahaan
kecil, namun Albatros sangatlah menguntungkan, karena perusahaan
juga memproduksi film Impresionis yang disutradarai oleh sutradara Perancis, seperti, Epstein yang bekerja
di perusahaan kecil tersebut pada
pertengahan tahun 1920-an,
dan perlu dicatat, bahwa
perusahaannya L’Herbier pun merekrut segera
co-produser Albatros, yakni Feu Mathias Pascal.
Para
sutradara gerakan ini yang
produktif dan sukses pada akhirnya memulai
perusahaan milik
mereka sendiri. Setelah keberhasilan awal mereka untuk Pathe, Gance pun membentuk perusahaan Film Abel Gance
pada tahun 1919 (meskipun secara finansial tidaklah mandiri dan tidak lepas dari peran Pathe
sampai di tahun
1924). Setelah berselisih dengan Gaumont
tentang film Don Juan et Faust
pada tahun 1923, L’Herbier membentuk Cinegraphic.
Perusahaan ini memproduksi sebagian besar karya dari L’Herbier berikutnya di tahun 1920-an dan juga mendanai L’Inondation-nya Delluc dan dua film Impresionis yang
disutradarai oleh salah satu aktor utama L’Herbier, Jaque Catelain. Sedangkan Epstein sendiri membentuk Les Films Jean Epstein pada tahun 1926 yang hanya berlangsung selama dua tahun, dan selama itu pula ia membuat beberapa film paling
berani dalam
gerakan Impresionis. Produksi independen semacam itupun ikut mendorong gerakan Impresionis. Namun belakangan dapatlah terlihat bagaimana
perusahaan-perusahaan kecil yang mereka dirikan tidaklah berlangsung lama, dan
dengan sendirinya gerakan ini pun memudar.
Komentar
Posting Komentar