Banyak sejarah film yang mengabaikan peran dari Alice Guy, berasal dari Perancis sebagai
perempuan pertama di dunia sebagai pembuat film, bahkan sebagai pembuat film
naratif sebelum munculnya Porter.
Sayangnya film-film yang dibuatnya saat ini hanya tersimpan beberapa saja,
karena pada saat ia membuatnya menggunakan bahan kimia yang mudah terbakar,
meskipun menghasilkan gambar yang lebih baik. Pengaruh feminism dikalangan
sejarawan film di tahun 1970-an, telah mengangkat dan memasukkan namanya
sebagai salah seorang yang berpengaruh dalam dunia film. Saat pertama kali Alice Guy bekerja sebagai sekretaris oleh Leon Gaumont, tapi tidak
lama kemudian, dia mulai banyak bekerja di studio, bahkan Guy
juga terlibat
dalam membangun
studio Gaumont pertama di Prancis. Gaumont
bereksperimen dengan bergerak pada bidang kamera dan proyektor, pada akhirnya membuat kamera 35mm (ukuran standar sinema) yang dikombinasikan dengan proyektor. Lalu mereka merancang dan membuat mesin yang murah untuk sebuah
proyektor, yang nantinya dipasarkan ke distributor industri lain. Guy
bekerja didalam proyek-proyek tersebut. Kemudian mengarahkan karya pertamanya pada film instruksional, dokumenter pendek dan beberapa karya
pendek lainnya seperti film yang ditujukan untuk iklan, promosi ataupun demonstrasi. Teknik artistik yang
digunakan Guy membuat Gaumont tertarik untuk bekerjasama
dengannya.
Di tahun
1896, ia menyutradarai La Fee aux Choux
(The Cabbage Patch Fairy), salah satu
film pertama di dunia yang menggunakan plot cerita didalamnya. Film
ini bercerita tentang seorang perempuan yang membesarkan anak-anaknya di taman bunga
kol. Guy merekam filmnya dengan bantuan Yvonne Mugnier-Serand di taman rumah Gaumont, dan membangun set
pada filmnya yang bergaya humor dan fantasi, seperti hal yang dilakukan juga
oleh Méliès. Setelah itu Guy praktis mulai membuat film dengan menggunakan jasa pemain panggung Prancis terkenal dan kemudian banyak menangani film-film dongeng,
film fantasi, film horor, komedi, dan film yang penuh trik-trik, serta
membuat beberapa film untuk Gaumont, seperti La Premiere Cigarette (The First Cigarette, 1904). Bahkan di 1903 filmnya yang
berjudul Faust et Mephistopheles dia sudah menggunakan close-up untuk meningkatkan efek
dramatis. Guy juga sudah melakukan
aktor-aktor pendukung untuk aksi dan reaksi satu sama lainnya, dan dalam film Le Crime de la Rue du Temple (The
Crime in Temple Street, 1904), ia menggunakan trik inovatif seperti masking dan double exposure.
Guy yang menyukai sastra klasik, mengangkat Notre-Dame de Paris karya Victor Hugo ke film dengan judul La
Esmeralda
(1905). Namun
filmnya yang terkenal adalah La Vie du Christ (atau La
Naissance, la vie, et la mort de Notre-Seigneur Jesus-Christ, 1906, dan
rilis di Amerika Serikat sebagai The Birth, the Life, and the Death of Christ). Film yang dibuat khusus untuk bersaing dengan film Pathe dengan judul yang sama, merupakan
produksi ambisius dengan anggaran yang cukup besar dan kru yang banyak serta
mewah, menggunakan ratusan figuran yang diatur dan dieksekusi oleh Henri
Menessier. Sebuah keberhasilan Guy
dalam menggabungkan elemen di filmnya, hal yang baru dilakukan oleh D.W.
Griffith
dalam The Birth of a Nation (1915)
dan Intolerance (1916). Penontonnya
kebanyakan adalah kaum perempuan dan anak-anak. Disamping itu juga, Guy menggunakan lap untuk menunjukkan malaikat melayang di atas Yesus Kristus pada
saat kelahirannya serta menciptakan kedalaman visual dalam tata fotografi di
filmnya, sebuah
hal yang menjadi kekurangan dalam film bisu periode awal. Pada masa itu juga, Guy juga mulai merekrut dan mempekerjakan banyak sutradara untuk studio
Gaumont, termasuk diantaranya adalah Ferdinand
Zecca, salah seorang sutradara Prancis
yang pada
tahun-tahun berikutnya terkenal dan berpengaruh
dalam sejarah film dunia,
sebagai asistennya. Saat Guy
sudah tidak
bisa lagi menangani seluruh produksi di
Gaumont seorang diri, ia pun merekrut dan mempekerjakan Menessier sebagai perancang busana dan juga Victorin-Hippolyte
Jasset
sebagai manajer produksi, serta Louis
Feuillade sebagai penulis naskah.
Pada saat syuting adegan adu banteng di Nimes, Prancis, Guy bertemu dengan Herbert Blache, kameraman dari Inggris. Mereka menikah pada Hari Natal pada
tahun 1906 dan kemudian pindah ke New York untuk menjalankan kantor produksi
Gaumont di Amerika. Setelah cuti dua tahun untuk memiliki anak, Guy membentuk perusahaannya sendiri,
Solax di tahun 1910 di Flushing, New York yang akhirnya pindah ke Fort Lee, New Jersey. Guy juga memanfaatkan Blache yang bekerja sebagai orang yang bertanggung jawab atas kantor Gaumont di New
York, karena ia memanfaatkan sepenuhnya fasilitas teknis
studio milik Gaumont tersebut, serta mendapatkan akses untuk berhubungan
dengan klien
Gaumont di Amerika, untuk mendistribusikan
film-filmnya. Di
bawah Gaumont pula Guy banyak
mengarahkan film
suara pada periode
awal. Gaumont telah menemukan perangkat perekam suara yang disebut Chronophone, dimana alat ini dapat bekerja merekam suara bersamaan dengan rekaman visual di kamera. Sejak memulai
karirnya di tahun 1890an, Guy
setidaknya telah menghasilkan seratus film “talkies”.
Banyak sejarawan film yang melupakan kontribusi Guy tetapi anehnya malah mengulas mereka yang sebenarnya telah
direkrut dan dikontrak oleh Alice Guy. Mungkin
salah satu alasan mengapa film-film Guy hilang dari sejarah adalah gaya filmnya yang sangat teatrikal, hal yang sangat tidak
disukai sebagian besar para sejarawan film dunia. Padahal penggunaan deep-focus pada tata fotografi di
filmnya, set yang penuh subur dan mahal dan sangat teatrikal
yang subyektif tapi filmnya sangat maju pada saat itu. Masalah lainnya hanya ada beberapa saja film-film Guy yang mampu bertahan sehingga luput
dari perhatian, beruntungnya minat baru terhadap karyanya dan ditemukannya
film-film Guy di seluruh dunia,
membuat dirinya mendapatkan tempat dalam catatan sejarah film dunia, terutama
dalam konteksnya sebagai perempuan pertama di dunia dalam membuat film.
Alice Guy
Sumber Gambar : https://debbimacktoo.wordpress.com/2017/06/24/the-saturday-matinee-silent-movie/
Telah terbit di https://www.hariansederhana.com/alice-guy-perempuan-pertama-di-film/
Komentar
Posting Komentar