Dari Bayangan Menuju Gambar
Periode
sebelum kehadiran film, adalah sebuah proses panjang kebudayaan dan pengetahuan
manusia terhadap film. Manusia terpesona bagaimana cara kemunculan burung dan hewan pada
dinding yang diwujudkan dalam bayangan yang dibentuk oleh jari-jari
tangan
kita dengan sorotan cahaya. Bahkan kadangkala dikombinasikan
dengan cerita, yang
Kehadiran dari Camera Obscura di tahun 1611 milik Johannes Kepler astrolog/astronom dari Jerman, dipandang sebagai sebuah bentuk perkembangan yang efektif untuk mempermudah proses bayangan menuju gambar. Sebuah ruangan yang besar milik Mo Ti dan Alhazen, diubahnya menjadi kotak kecil yang dikenal dengan kamera –kata yang berasal dari chamber, yang berarti kamar atau ruangan. Kamera memberikan dampak yang signifikan, karena sangat mudah untuk dibawa kemana saja, dan membuat kita terpesona oleh daya tipu visual, ilusi optik, khayalan, dan misterinya.
Pemikiran manusia dalam permainan bayangan selanjutnya telah melahirkan teori untuk menciptakan gambar melalui bayangan, sehingga teknologi baru pun hadir. Hal itu pada akhirnya mendapatkan pencapaiannya yang diselesaikan oleh Joseph Nichopore Niepce penemu asal Perancis dengan teknik heliography pada sekitar tahun 1826 yang menghadirkan fotografi sebagai teknologi yang mampu merekam dan mencetak gambar. Meski pada kehadiran pertamanya, gambar yang dihasilkan fotografi Niepce tidak setegas dan sejelas kerabatnya Louis Jacques Mande Daguerre dengan alat yang dikenal sebagai Daguerretype-nya, namun hasil Niepce ini disepakati sebagai yang pertama. Namun diantara mereka berdua belum dianggap merepresentasikan hasil yang diinginkan, karena untuk mencetak foto mereka, membutuhkan waktu yang cukup lama. Niepce malah membutuhkan waktu sekitar 8 jam pada foto pertamanya.
Sehingga kehadiran Talbottype dari Henry Fox Talbot dengan kemampuannya dalam mencetak gambar lebih cepat, persoalan bahan baku foto ini pun menyingkirkan kaca dan logam sebagai bahan baku yang digunakan sebelumnya. Talbottype menggunakan kertas negatif untuk mencetak gambar, dan memungkinkan untuk mencetak gambar foto sepersekian detik untuk digunakan pada slide lentera kaca dan proyektor. Dua syarat yang perlu dipenuhi sebagai dasar untuk menciptakan gambar dan visual, yakni kamera sebagai peralatan yang merupakan sebuah ruangan dalam memproses bayangan dan kertas negatif sebagai bahan bakunya untuk materi menyimpan rekaman gambar, sebuah prinsip menuju gambar bergerak –motion picture.Periode Awal Film
1. Gambar Bergerak
Berawal dari teori "persistence of vision“, yaitu sebuah teori yang menyatakan bahwa mata memiliki kelemahan dalam menangkap cahaya, maka beberapa kejadian memperlihatkan bahwa aspek animasi sudah digunakan dalam gambar bergerak pada era sebelum film Lumiere hadir. Ada beberapa bukti yang terdapat di dalam film yang dibuat untuk mainan proyektor di tahun 1890 (seperti permainan model Fantascope atau Zoetrope dan sebagainya), gerakannya dilakukan dari objek atau gambar dipotret secara frame by frame –satu bingkai satu bingkai– dalam satu waktu.
Dalam proses singkatnya dimulai saat Charles Emile Reynaud mampu menghadirkan gambar praxinoscope-nya untuk diproyeksikan dan merupakan pelopor penting untuk sinematik animasi. Lalu Fotografer Inggris Eadweard Muybridge dengan nama yang cukup aneh, yaitu zoopraxiscope yang menciptakan ilusi dengan lebih persuasif gerakannya dalam memproyeksikan gambar dengan mengganti tiap gambarnya lebih cepat untuk dimunculkan ke layar dimana berasal dari foto yang dicetak dan diletakkan pada piringan kaca yang berputar. Sedangkan pada tahun sekitar 1880-an George Eastman Kodak di Amerika Serikat mempersiapkan peluncuran Kodak sebagai sebuah rol film seluloid pertama di dunia. Kamera miliknya dapat memotret still foto dengan baik karena menggunakan film seluloid sebagai bahan bakunya. Belakangan, tepatnya setahun kemudian, baru diketahui kalau Eastman membuat lubang perforasi pada film seluloid Kodak ciptaannya.
2. Frame by Frame Sebagai Permulaan Animasi
Selama bertahun-tahun, sampailah pada tahun terakhir abad kesembilan belas, para fotografer dan penemu serta pencipta di seluruh Eropa dan Amerika Serikat telah berusaha untuk dapat membuat film yang mampu mereproduksi gerak, dan pada akhirnya terhenti di sebuah kotak perekam Le Cinématographe, sebuah kotak milik Lumière Brothers (Louis dan Auguste Lumiere), dengan bahan bakunya menggunakan film 35mm milik Kennedy Laurie Dickson, seorang asisten dari penemu termahsyur abad ke-20, Thomas A Edison, yang telah mengembangkan seluloid milik Kodak. Lumiere pun mensyut-nya filmnya pada kecepatan 16 gambar per detik. Penciptaan kamera Lumiere ini merupakan rangkaian dari penemuan-penemuan teori dan penciptaan mekanik serta materi atau bahan baku sebelumnya.
Peristiwa pada Reynaud dan Lumiere dengan cepat menarik perhatian seorang seniman vaudeville, yang diantaranya adalah J. Stuart Blackton, salah seorang pendiri Vitagraph. Sebenarnya animasi dalam industri film telah di mulai pada tahun 1906, ketika Blackton membuat bagian humor dari film Funny Faces of untuk Vitagraph. Ia menampilkan gambar, yang kebanyakan gambar wajah dengan dibuat secara frame by frame, dimana Blackton hanya menambahkan goresan di tiap frame-nya, lalu gambar muncul secara bertahap tapi ketika wajah melirikan matanya, gambar tidak dapat bergerak lagi sampai pada bagian akhir.
Film Blackton, The Haunted Hotel, dihadirkan melalui frame by frame saat adegan makan terihat dari dekat (close up) benda-benda yang ada di atas meja, dan secara tiba-tiba sebilah pisau yang ada di meja, dapat melayang dan bergerak sendiri untuk memotong roti dan mengoleskan mentega tanpa adanya campur tangan seseorang (1907). Sangatlah menakjubkan saat itu, karena penonton akan berpikir
Beberapa kejadian memperlihatkan bahwa aspek animasi sudah digunakan dalam gambar bergerak pada era sebelum film Lumiere hadir. Ada beberapa bukti yang terdapat di dalam film yang dibuat untuk mainan proyektor di tahun 1890, gerakannya dilakukan dari objek atau gambar dipotret secara frame by frame –satu bingkai satu bingkai– dalam satu waktu.
Film Blackton, The Haunted Hotel, dihadirkan melalui frame by frame saat adegan makan terihat dari dekat (close up) benda-benda yang ada di atas meja, dan secara tiba-tiba sebilah pisau yang ada di meja, dapat melayang dan bergerak sendiri untuk memotong roti dan mengoleskan mentega tanpa adanya campur tangan seseorang (1907). Sangatlah menakjubkan saat itu, karena penonton akan berpikir bagaimana dapat terjadi gerakan tersebut pada obyek atau benda dalam sebuah film live action. Padahal itu dilakukan hanya melalui beberapa trik di film yang dilakukan Blackton seperti double-exposure, wires dan stop-motion, untuk dapat berhasil memperlihatkan sebuah kekuatan supranatural sepertinya ada di dalam Hotel. The Haunted Hotel merupakan salah satu film yang rilis dengan menggunakan Vitagraph di kantor barunya yang berada di Paris, yang kemudian banyak ditiru di luar negeri.
Gambar 1 The Haunted Hotel
Pada tahun yang sama (namun ada juga yang menjelaskannya terjadi di tahun 1906), Pathe Freres (didirikan oleh Charles Pathe dari Perancis) memproduksi Le Theatre de Petit Bob (Little Bob’s Theater), bersama pembuat film asal Spanyol yakni Segundo De Chomon yang objek gambarnya secara perlahan-lahan dapat bergerak untuk pindah diantara single-frame exposure, ketika Chomon membuat konten animasinya berdasarkan permainan kotak anak laki-laki agar tampak realistis dan terlihat lebih hidup. Animasi benda seperti itu disebut dengan pixillation.
3. Frame
by Frame di Amerika Serikat
Seorang kartunis suratkabar dan vaudevillian terkemuka Winsor Mccay juga mulai tertarik membuat film animasi, yang awalnya ditujukan hanya sebagai sebuah proyek aksi untuk pertunjukan panggung. Setelah membuat serangkaian komik (komik strip) di suratkabar dengan judul Little Nemo in Slumberland, ia pun kemudian membuat film animasi pendek pertamanya yakni Little Nemo, yang selesai pada tahun 1911, dengan menampilkan karakter dari komik surat kabar tersebut. Film ini mengandung prolog yang dibuat dari sejumlah gambar yang diperlukan untuk animasi dengan mencoba menunjukkan aksi hidup –live action. Pembuatan animasi ini menghabiskan sekitar empat ribu gambar, dengan durasinya selama empat menit, di bawah pengawasan Blackton. karakter Little Nemo tampil, berinteraksi, dan bermetamorfosis sesuai keinginan McCay, dan kemudian segera memperlihatkannya pada aksi panggung vaudeville-nya.
Setelah keberhasilan animasi pertamanya tersebut dan dapat di terima khalayak dengan baik, McCay pun segera membuat kartun keduanya, yang berjudul The Story of a Mosquito, di tahun 1912. Seperti film pertamanya, film keduanyapun McCay menggunakan ribuan gambar, yang masing-masingnya di foto pada setiap satu bingkainya dalam satu waktu, untuk menciptakan ilusi gerakan. Namun setelah film- film yang dibuatnya di tahun 1912, McCay pun segera membuat film lagi, yang kali ini dia benar-benar menghemat tenaga dengan memanfaatkan teknik yang dibuatnya berdasarkan pengalaman film-film sebelumnya. Lalu ia menghadirkan film ketiganya yakni Gertie The Dinosaur di tahun 1914 (film yang dianggap sebagai film terkenal McCay dan sebagai langkah awal untuk animasi modern yang mengandung gambar live action dimana McCay menampilkannya setelah aksinya di panggung). Mosquito dan Gertie the Dinosaur (1914) menampilkan latar belakang yang menawan –ketchy.
Film Gertie The Dinosaurus bercerita tentang karakter dari Gertie yang merupakan seekor Brontosaurus yang terlihat bermain-main dalam rangkaian petualangan Gertie pada periode prasejarah. Suatu hal yang benar-benar baru dari pertunjukan film yang begitu hebat sehingga menggoda McCay untuk juga ikut muncul sesering mungkin secara langsung dengan film tersebut, seperti halnya pada saat ia menginstruksikan Gertie dalam melakukan berbagai trik ataupun ia berbicara kepada Gertie ketika karakter animasi tersebut melakukan kesalahan. Tampak terlihat sebuah frame animasi yang diambil dari film animasi Gertie The Dinosaur di tahun 1914 yang dibuat oleh Winsor McCay, yang dianggap sebagai seorang pionir animasi awal (Gb 8). Pada tahun 1918, McCay pun menciptakan filmnya yang paling ambisius, The Realistic of the Lusitania, yakni sebuah dokumentasi berdasarkan Peristiwa yang dialami oleh Angkatan Laut ketika mendapatkan bencana (bencana yang pada saat itu sangat terkenal). Namun, pada awal tahun 1920an, ia pun keluar dari bisnis kartun animasi dan kembali ke komik, meninggalkan lapangan yang sebenarnya potensi kesuksesannya masih begitu terbuka lebar.
A.
Animasi Boneka
Pada tahun 1910, film
animasi mengalami trobosan pada figure karakternya dengan sudah menggunakan
boneka yang mungkin bisa dianggap boneka terbesar sepanjang masa
yang digunakan oleh seorang animator. Ladislav Starevicz kelahiran Polandia,
saat masih berada di Rusia dengan membuat beberapa fiksi pendek
yang menghadirkan peristiwa dari suatu aksi hewan serangga. Gerakan-gerakan
yang diperlihatkannya pada serangga tersebut, dianggap realistis sehingga membuat
bingung para penontonnya dan mempertanyakan hal tersebut, bagaimana adegan itu
bisa dibuat. Seperti animator lainnya, Starevicz memang
orang yang memiliki kesabaran yang menakjubkan, dengan kawat yang senagaja
diberikan pada sendi di serangga yang terbuat dari boneka plastik, Starevicz
mampu memanipulasi
aksi animasinya itu dengan mengubah sedikit demi sedikit posisi
serangga untuk kemudian direkam secara frame by frame-nya.
Film yang paling terkenal saat itu adalah The Revenge of a Cameraman Kinematograph. Dengan ceritanya yang lucu dan gerakan begitu terperinci dari boneka serangga, kenyataannya telah menghadirkan film yang benar-benar mengasyikan saat itu. Dimana karakter kumbang benar-benar seperti hidup, layaknya seorang manusia. Dalam adegan diperlihatkan bagaimana Belalang, memfilmkan kumbang yang sedang berhubungan intim, karena Kumbang telah menghinanya. Lalu, si Kumbang melihat film bersama istrinya. Melihat film mereka yang berhubungan intim, sang istri emosi dan langsung marah kepada si Kumbang, seperti yang terlihat dalam gambar. Adegan tersebut merupakan peristiwa dalam film The Revenge of a Cameraman Kinematograph. Starevicz banyak membuat film animasi live-actionnya di Rusia, kemudian ia melarikan diri ke Paris setelah Revolusi Bolshevik di tahun 1917 dan untuk beberapa dekade lamanya ia tetap aktif membuat film.
-------------------------
Komentar
Posting Komentar