Apa itu Seni?
Seniman Jepang Katsushika Hokusai (1760–1849) konon pernah membuat lukisan berjudul Maple Leaves on a River dengan mencelupkan kaki ayam ke dalam cat merah dan membiarkan burung itu berlari bebas di atas selembar kertas yang baru saja dia tutupi dengan lukisan warna biru. Meskipun kita tahu bahwa yang dilakukan oleh Hokusai adalah karakter yang tidak biasa, namun lukisan ini belum ditemukan hingga hari ini, dan kita tidak dapat memastikan kebenaran ceritanya. Namun, jika kita memikirkan anekdot aneh ini sebentar, kita dapat mulai memahami pertanyaan paling mendasar, yakni: Apa itu seni? Ini bukan pertanyaan yang mudah dijawab, karena orang mendefinisikan seni dengan banyak cara. Dalam kasus Hokusai, dia menangkap sensasi damai pada hari musim gugur di tepi sungai, tanpa menunjukkan seperti apa sungai yang sebenarnya dan dedaunan aslinya. Dalam hal ini, terutama seni dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sensasi.
Di Jepang abad ke-19, seni dapat menjadi sarana untuk mendorong kepada perenungan alam yang tenang, tetapi bagi seorang seniman Mesir hampir 3.000 tahun sebelumnya, seni memiliki arti yang sangat berbeda. Orang-orang Mesir yang hidup pada abad kesepuluh SM melukis peti mati kayu Nespawershefi yang memiliki gagasan yang sangat berbeda tentang sungai dari gagasan Hokusai. Bagi orang Mesir kuno, sungai sangat penting untuk bertahan hidup, karena mereka bergantung pada banjir Sungai Nil untuk bercocok tanam. Sungai juga memiliki makna religius. Orang-orang Mesir percaya bahwa pada siang hari Dewa Matahari Re berlayar melintasi samudera raya dengan perahu hariannya. Pada malam hari, dia melakukan perjalanan dengan perahu malamnya di sepanjang sungai di dunia bawah, tetapi sebelum dia dapat bangkit kembali dia harus mengalahkan musuhnya, yakni ular Apophis, yang pada gambar 1 terlihat berenang di sungai. Di sini sungai sekali lagi hanya ditunjukkan sebagai kesan saja daripada sebagai sungai yang terlihat secara realistis. Bahkan Itu adalah tempat yang berbahaya, dan bukan sebagai kontemplasi, karena jika saja Dewa Re tidak muncul sebagai pemenang, maka dunia akan kehilangan cahaya matahari yang telah memberi kehidupan. Dewa Re, yang dalam gambar sedang duduk, dilindungi oleh Dewa-Dewa lainnya dengan membawa tombak. Pilihan terhadap subjek[1] ini cocok untuk sebuah peti mati: tidak diragukan lagi bahwa Nespawershefi diharapkan muncul dari dunia bawah untuk selanjutnya hidup bahagia di akhirat, seperti Dewa Re yang bangkit setiap pagi. Bagi pelukis peti mati ini, seni adalah cara untuk mengekspresikan ide-ide religius yang mendalam dan membangkitkan keyakinan akan kehidupan yang bahagia setelah kematian.
Sumber https://www.meisterdrucke.uk/fine-art-prints/Egyptian-21st-Dynasty/375124/The-journey-of-the-Sun-god-Re,-detail-from-the-inner-coffin-of-Nespawershefyt,-Egyptian,-Third-Intermediate-Period,-990-969-BC-%28plastered-and-painted-wood%29-%28see-also-76535%29.html
Pelukis asal Amerika, Frederic Edwin Church (1826–1900) menciptakan lukisan sungai yang sangat dramatis (atau, lebih tepatnya, air terjun) untuk tujuan yang berbeda dari lukisan seniman Mesir yang mendekorasi peti mati. Church melukis beberapa pemandangan sungai Niagara dan air terjun untuk dipamerkan kepada publik yang ingin belajar tentang lanskap Republik Amerika yang (saat itu) masih baru berdiri atau masih muda. Niagara adalah subjek yang populer bagi para seniman di paruh kedua abad kesembilan belas, baik karena kemegahannya maupun karena hal itu dianggap melambangkan ekspansi dan ambisi teritorial Amerika: sebagai hal yang menandai perbatasan wilayah utara di Amerika Serikat. Niagara milik Church di tahun 1857 (lih gbr 2) lebarnya lebih dari 7 kaki. Memperlihatkan bagaimana posisi dari viewers yang melihatnya seolah-olah berada di ujung, atau bahkan di dalam air terjun. Titik pandang yang ajaib ini mengilhami seorang kritikus untuk berkomentar, "Ini Niagara, dengan gemuruh yang dihadirkannya!" Para pelukis lanskap di zaman Church saat itu juga menggunakan keindahan dan kekuatan lanskap untuk melambangkan kehadiran Tuhan di alam, sedangkan dalam lukisan ini seperti sedang mewakili keberadaan Amerika itu sendiri, dan bagi banyak orang, lukisan ini juga dianggap sebagai dukungan Tuhan untuk negara (Amerika). Menyebabkan lukisan Church ini menjadi suatu pernyataan agama yang luar biasa, juga sebagai ekspresi kebanggaan nasional, dan bentuk pendidikan dan hiburan publik yang spektakuler.
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Niagara_%28Frederic_Edwin_Church%29
Terakhir, untuk menjelaskan Apa seni itu? Maka pertimbangkan juga karya seniman Amerika lainnya, Louise Nevelson (1899–1988) yang juga menampilkan air terjun (lih gbr 3). Nevelson membuat dua puluh lima bagian kayu persegi panjang dan juga bagian kayu persegi yang dicat di dalam bingkai persegi panjang, berukuran 18 × 9 kaki. Di dalam beberapa persegi panjang kita dapat melihat bentuk lengkungan yang bergelombang yang menunjukkan air terjun yang mengalir atau juga buih air putih. Bentuk lain di kanan atas bidang yang sedikit lebih luas tampak menyerupai ikan bergerak. Jelas, tujuan Nevelson bukanlah untuk menunjukkan kemiripan air terjun penuh ikan yang langsung dapat dikenali (viewer). Sebaliknya kita diajak untuk mencermati karya yang dibangunnya dengan cermat dan merasakan sensasi menyaksikan riam atau derasnya air dan ikan berenang.
Sumber: https://www.guggenheim.org/artwork/3226
Jika kita kembali ke pertanyaan awal kita, apakah seni itu?, dapatkah pertimbangan kita atas keempat karya yang sangat berbeda ini membantu kita untuk menemukan definisi yang cepat dan sederhana yang akan memberi tahu kita apakah kita sedang melihat sesuatu yang disebut seni? Meski memiliki pokok bahasan[1] yang sama, keempat karya ini tentunya tidak memiliki banyak kesamaan baik dari segi tampilan maupun gaya[2]nya. Definisi seni juga harus mencakup berbagai bahan (sebenarnya seni bisa dibuat dari hampir semua hal). Karya-karya ini juga tidak memiliki tujuan yang sama. Lukisan peti mati Mesir memiliki pesan religius yang jelas. Lukisan milik Church menggambarkan pemandangan yang dramatis tetapi juga membawa pesan nasionalisme dan kebanggaan patriotik yang kuat. Lukisan Hokusai menggunakan cara yang sangat sederhana untuk menyampaikan sensasi ketenangan. Karya Nevelson juga berfokus pada bagaimana mengkomunikasikan sensasi berada di tepi sungai, tetapi dengan kasusnya melalui sugesti geometris[3] yang dibangun dengan cermat.
Semua seniman ini mengaransemen komposisi[4] mereka untuk mengomunikasikan ide dan emosi (perasaan religius, kebanggaan nasional, atau sensasi menonton ikan berenang di air terjun, misalnya). Seni mengkomunikasikan ide dengan cara visual yang dapat membantu kita melihat dunia dengan cara baru dan menarik serta memperkuat pemahaman kita. Dengan kata lain, seni adalah bentuk bahasa.
[1]
Pokok, Pokok Bahasan (Subject, subject matter): orang, objek,
atau ruang yang digambarkan dalam sebuah karya seni
[1] Pokok, Pokok Bahasan (Subject, subject matter): orang, objek, atau ruang yang digambarkan dalam sebuah karya seni
[2]
Gaya (style): cara yang khas di mana seorang seniman atau kelompok
seniman menggunakan bahasa visual untuk memberikan sebuah karya bentuk ekspresi
visual yang dapat diidentifikasi
[3]
Geometrik: dapat diprediksi dan terukur secara matematis
[4] Komposisi: desain keseluruhan atau organisasi sebuah karya
Terjemahan bebas Gateways to Art Understanding the Visual Arts
Komentar
Posting Komentar