Model Produksi Film

Lumiere 1895
Keberhasilan Lumiere Bersaudara dalam memunculkan film, menjadikan mereka menjadi model pertama dalam memproduksi sebuah film, bahwa tahapan film dari produksi, distribusi dan eksebisi dilakukan sendiri oleh Lumiere Bersaudara. Begitu pula dengan proses film seperti pra produksi, produksi dan pasca produksi.

Pada tahap produksi, Lumiere Bersaudara mampu menciptakan teknologi kamera cinematographe —lalu kamera cinematographe tersebut menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah Eropa dan pada tahun 1896 alat tersebut mulai diimpor ke Amerika — dan pendanaan diambil dari kocek mereka sendiri. Lumiere Bersaudara memproduksi film tanpa skenario tertulis, tidak didukung oleh staf dan orang-orang dengan profesi yang khusus, tanpa strategi dan perencanaan yang memang di disain. Pada tahap distribusi, Lumiere juga tidak melibatkan para agensi untuk distributor film mereka. Awalnya mereka hanya menyewakan film-film mereka. Namun pada tahun-tahun berikutnya, mereka memperjual-belikannya. Sedangkan pada tahap eksebisi, saat pertama kali di putar, film Lumiere yang berjudul Film Workers Leaving the Factory (gambar 1.4) dipertunjukkan secara khusus —karena ditonton oleh mereka yang hadir— di sebuah pertemuan Societe dEncouragement a lIndustrie Nationale di Paris pada tanggal 22 Maret 1895 sebagai langkah ilmiah, bukan berorientasi bisnis dan hiburan.

Setelah itu pada tanggal 28 Desemeber 1895 Grand Café di Paris, Lumière bersaudara mengadakan pertunjukan publik pertama gambar bergerak yang diproyeksikan ke sebuah layar sekaligus merupakan teater sinema pertama di dunia. Penonton rela antri dan membayar untuk melihat film berdurasi 20 menit yang terdiri dari 10 film pendek, dengan 10 show seharinya.

Rusia 1930-an
Pendapat Vlademir Lenin, pemimpin revolusioner Republik Sosialis Uni Soviet —Rusia 1917—, yang menyatakan bahwa film adalah media propaganda yang baik, langsung diaplikasikan. Perusahaan-perusahaan film pra revolusi menolak kebijakan pemerintah baru yang menasionalisasi semua properti swasta. Mereka menolak untuk memproduksi serta mendistribusi film ke teater-teater yang berada di bawah kontrol pemerintah baru. Pada tahun 1918, pemerintah membentuk Narkompros (Komisi Pendidikan Rakyat)  untuk mengontrol film industri dan pada bulan Juli tahun yang sama, pemerintah mengeluarkan aturan yang memungkinkan pemerintah mengontrol semua stok film (mentah) yang ada. Hasilnya perusahan-perusahaan film tersebut melindungi semua stok film mereka, perusahaan-perusahaan besar membawa lari semua stok film mereka ke luar negeri. Beberapa perusahaan terpaksa memproduksi film dengan pengawasan dari pemerintah dengan harapan pemerintah yang sekarang kalah dalam perang sipil dan kondisi kembali stabil seperti era pra revolusi. Pada akhirnya model produksi di Rusia ini berbeda dengan Lumiere sebelumnya. Film sudah menjadi kepentingan negara. Produksi film dibawah kontrol dan pengawasan negara.

Sebagai lembaga yang resmi dibentuk oleh negara, Narkompros juga mendirikan sekolah film di Rusia tersebut, dan tercatat sebagai sekolah film pertama di dunia. Lev Kuleshov seorang pengajar di sekolah tersebut, memberikan kontribusi besarnya dalam dunia film yakni pada bidang editing —penggagas montage style. Sedangkan Dziga Vertov, yang pada usia 20 tahun sudah memimpin DivIsi Newsreel di Narkompros, membuat film-film dokumenter ringan tentang perang untuk kebutuhan negara.

Pengawasan produksi film dengan kontrol yang begitu ketat, juga pernah terjadi di Indonesia pada masa orde baru. Badan Sensor Film, merupakan tangan panjang pemerintah terhadap karya film. Begitupula hal yang sama terjadi di Tiongkok, film tetap di kontrol oleh pemerintahnya.

Amerika/Sistem Studio Hollywood
Berbeda dengan yang lain, Hollywood menjadi model pembuatan film secara manufaktur, film yang dibuat laksana pabrik dan menciptakan divisi kerja (division of labor). Proses dari sistem yang dilakukan oleh Hollywood merupakan perjalanan yang cukup panjang. Hampir kurang lebih 20 tahun  Hollywood melakukan proses tersebut, dari sekitar tahun 1910 sampai dengan tahun 1930-an.

Produksi Film Skala Besar
Ketentuan seberapa besar dalam produksi film, merupakan hal gaib yang tidak dapat ditentukan secara pastinya. Beberapa film bisa diwujudkan dengan biaya besar. Tapi ada film lain yang dibuat dengan biaya kecil. Produksi film di Indonesia yang menggunakan anggaran biaya yang besar, umumnya melibatkan perusahaan-perusahaan yang memang berkecimpung di dunia film ataupun film produksi pemerintah. Penggambaran bahwa produksi film melibatkan banyak orang-orang dengan profesi khusus dan juga banyak melibatkan staf, adalah penggambaran dari produksi film yang dilakukan dengan skala yang besar, memakan anggaran yang tidak sedikit, dan biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan film. PPFN (Perusahaan Produksi Film Negara) di era Orde Baru, juga dapat dikatakan sebagai perusahaan film berskala besar, dengan salah satu film produksinya yakni G30S/PKI, sutradara Arifin C. Noer. Sedangkan Perusahaan film semacam Multivison Plus, Star Vision adalah perusahaan yang mewakili pihak swasta di Indonesia yang dikatakan sebagai perusahaan film berskala besar. Meski ukuran skala besar inipun tidak seperti di Hollywood. Mungkin saja dikarenakan perusahaan film swasta di Indonesia tersebut sudah ada sejak lama, bertahan sampai sekarang ini dan telah menghasilkan atau memproduksi ratusan judul film, selain juga memproduksi program tv.

Bandingkan dengan skala besar di Hollywood, perushaan film disana dikenal dengan studio Hollywood yang sudah berdiri sejak 1920 sebagai studio manufaktur dari produksi film, dan tetap eksis sampai saat ini seperti Columbia, Paramount dan Warner Bross. Studio Hollywood tersebut memiliki peralatan dan perencanaan yang luas. Disamping juga, mempertahankan sebagian besar para pekerjanya dengan kontrak yang cukup panjang. Manajemen Studio memusatkan perencanaan dari proyek film yang akan di produksi, untuk selanjutnya didelegasikan wewenang dan tanggungjawabnya kepada setiap individu para supervisor. Untuk selanjutnya, saat perannya tiba maka hanya ada para pekerja pasca produksi (assembly) yang ada di studio. Sebenarnya hal yang sama yang juga terjadi di Multivision Plus.

Meskipun beberapa pembuatan film adalah hasil di luar studio, seperti halnya seorang sutradara kadang menggarap produksi filmnya sendiri, tanpa melibatkan atau mendapatkan proyek tersebut dari studio, tetap saja rincian dari tahapan produksinya mengikuti seperti jaman kejayaan dari Hollywood. Tetapi pada masa sekarang tampak lebih rumit karena diperluasnya anggaran pendanaan film dan berkembangnya efek-efek khusus yang dimunculkan di film melalui komputerisasi dan digitalisasi. Tengok film Titanic, ada lebih 1400 nama yang terdaftar dalam credit tittle-nya!

Eksploitasi dan Produksi Film Independen
Beberapa film yang dibuat tidak semuanya dihasilkan melalui pembagian kerja dan anggaran biaya yang besar seperti penjelasan sebelumnya. Ada film yang dibuat dengan anggaran yang terbatas disesuaikan terhadap pasar yang dituju. Di Amerika terdapat beberapa bioskop pinggiran yang memutar film, dengan film yang diputarnya tersebut dapat disewakan ataupun dijualnya. Anggaran filmnya pun sekitar $100.000 atau bisa juga kurang. Namun pembagian kerja produksinya, masih mengacu pada sistem studio. Ada produser, sutradara dan sebagainya. Film El Mariachi merupakan salah satu contoh film dengan anggaran kecil sebesar $7000. Film Spanyol yang dibuat oleh Robert Rodriguez saat usianya 21 tahun ini, dilakukannya dengan kerja rangkap. Selain sebagai sutradara pada filmnya tersebut, Rodriguez juga sebagai produser, penulis naskah, sinematografer, operator kamera, dan masih juga sebagai fotografer, perekam suara dan mixer. Sedangkan temannya yakni Carlos Gallardo Rodriguez selain sebagai aktornya, ia juga merangkap sebagai co-produser, dan co-skrip, disamping ia juga menjabat sebagai manajer unit produksi dan grip. Meski demikian film berbahasa Spanyol ini memang ditujukan untuk pemutaran di Bioskop.

Sedangkan film-film yang dibuat yang memang ditujukan tidak untuk bioskop umum, memiliki anggaran yang lebih kecil serta kebebasan dalam membuatnya yang jauh lebih bebas. Sutradara Hollywood seperti Spike Lee, Ethan dan Joel Coen serta David Cronenberg, adalah mereka yang melakukan eksploitasi pembuatan film anggaran kecil tersebut. Investasi bersakala rendah ini memungkinkan kebebasan pembuat film dalam memilih cerita ataupun para aktor yang membintangi filmnya. Umumnya seorang sutradara mendapatkan mitra seorang produser ataupun investor untuk memulai proyek. Perusahaan-perusahaan tv di Eropa kadang memberikan dananya untuk merealisasikan hal tersebut. Sedangkan distributor film di Amerika bersifat menunggu untuk membeli hak jika proyek film tampaknya memiliki prospek yang bagus. Sebagai contoh film The Straight Story dengan sutradara David Lynch, yang anggaran filmnya dibiayai oleh perusahaan tv Prancis dan Inggris sebelum pada akhirnya filmnya dibeli untuk didistribusikan oleh Disney. Apa yang terjadi demikian, merupakan pengertian dari Film Independen. Film independen adalah film yang dibuat untuk pasaran bioskop tetapi pembiayaan utamanya tidak didanai oleh distributor.

Beberapa kebebasan didapatkan para pembuatnya dalam memproduksi film independen. Woody Allen misalnya, ia diperbolehkan untuk dapat mengontrol lebih ketat proses produksinya. Dalam kontraknya ia dapat menulis ulang dan mensyuting ulang bagian yang diinginkannya agar bagian tersebut sesuai keinginannya (ekstensif) setelah ia melakukan terlebih dahulu proses pasca produksi (assembling) dan melakukan inisial cutting.

Pembiayaan yang dilakukan sendiri oleh pembuat film independen, atau bantuan dari kerabat mereka dan investor yang ramah (bisa jadi merasa kasihan), membuat mereka lebih bekerja ekstra dalam menemukan distributor yang mengkhususkan diri dalam film-film independen dan anggaran rendah. Pembuat film independen lebih banyak percaya bahwa kebebasan berekspresi adalah hal yang jauh memiliki nilai dibandingkan kelemahan film independen yang mereka hadapi. Bahkan film independen tidak membutuhkan penonton yang sebagian besar mengembalikan biaya produksi film, karena sifatnya yang sangat pribadi dan kontroversial.

Kadang-kadang produksi berskala kecil menjadi produksi kolektif, membuat film secara bersama-sama, film tidak dibuat hanya seorang saja. Mereka patungan dengan tujuan yang sama dan membuat keputusan produksi secara demokratis. Peran mereka juga dapat diputar: seorang perekam suara pada satu hari dapat berfungsi juga sebagai sinematografer dihari berikutnya. Sebuah contoh baru-baru ini adalah film Kanada Atanarjuat: The Fast Runner Three  Inuits  (Zacharias Kunuk, Paul Apak Angilirq, Paul Qulitalik) dan satu lagi film New Yorker (Norman Cohn) pada tahun 1990. “Kami tidak memiliki hierarki”, jelas Cohn. “Tidak ada sutradara, assisten sutradara kedua, ketiga ataupun keempat. Kami hanya memiliki tim dari orang-orang yang mencoba untuk mencari tahu bagaimana membuat pekerjaan ini”.  Film T Fast Runner ini tercatat sebagai pemenang untuk penghargaan film terbaik pada Festival Film di Cannes tahun 2002. Sedangkan munculnya format video digital telah membuat produksi berskala kecil lebih terlihat eksistensinya. Film The Gleaners  and  I, The Corporation,  The Yes Men, dan beberapa film yang baru dirilis lainnya mengindikasikan bahwa pasar bioskop memiliki ruang untuk karya-karya yang dibuat oleh pembuat film sendiri ataupun dengan unit produksi skala kecil. Film independen ini tidak hanya terjadi pada pembuatan film fiksi saja, film dokumenter malah jauh lebih banyak dan lebih besar para pelakunya. Dokumenteris sering terlibat dengan kru yang sederhana atau kru kecil saja.

Beberapa dekade belakangan inipun di Indonesia, telah meluas pembuatan video wedding, yang mengacu pada pembuatan film model seperti ini. Apalagi munculnya teknologi Home Theatre, telah melirik para putra daerah yang ekonominya terbilang sukses. Mereka menjadi investor untuk memberikan dananya dalam memproduksi film-film independen. Sutradara-sutradara dari kalangan seniman daerah, para mahasiswa atau alumni fakultas film/komunikasi/broadcast muncul untuk membuat film-film dengan anggaran yang tidak besar, yang kemudian dalam bentuk disc, didistribusikan dan di putar didaerahnya. Disamping itu juga, film-film untuk Tugas Akhir Mahasiswa merupakan bentuk produksi yang paling jelas dalam model seperti ini.

Prancis 1950-an
Setelah paska perang dunia II, di tahun 1946, dengan dihapuskannya kuota bagi film-film Hollywood yang diputar di Prancis sebelum perang, mengakibatkan merosotnya produksi film Prancis, dan meningkatnya film impor dari Hollywood. Sehingga membuat para pekerja film bereaksi keras terhadap pemerintah Prancis. Dengan kericuhan ini, maka pemerintah pertama mendirikan Center National de la Cinematographie (CNC) yang bertugas mengatur industri film dengan menetapkan standar keuangan, memberikan subsidi untuk pembuatan film, dan mendorong produksi dokumenter dan film yang estetik dan artistik. Akibatnya, CNC merupakan sebuah revisi dari pusat organisasi produksi dibawah rezim Vichy.

Kedua pemerintah memberlakukan undang-undang proteksionis tahun 1948 yang menetapkan kuota impor baru film Amerika per tahun, memberikan pinjaman melalui bank besar kepada perusahaan film yang stabil, memberlakukan pajak masuk yang dialokasikan untuk membiayai produksi film masa mendatang, maksudnya jika sebuah film terbukti berhasil, maka akan mendapatkan biaya tambahan yang cukup besar untuk produksi film berikutnya yang diambil dari tiket tontonan. Kebijakan ini membuat perusahaan film segera memproduksi film-film dengan bintang-bintang dan cerita-cerita masa depan. Kemudian di tahun 1953 undang-undang baru memberlakukan pemberian dana untuk produksi proyek film baru sekaligus memberlakukan ketentuan yang mendorong produksi film pendek. Dengan bantuan pemerintah tersebut, terbukti telah meningkatkan produksi film Prancis. Co-produksi, terutama kerjasama dengan perusahaan Italia, juga turut berkembang dibawah koordinasi CNC. Namun secara internasional, sebenarnya film Prancis tidak lagi diminati seperti sebelum Perang dunia I, atau pada era awal film pertama kali ada.

Menariknya, bersamaan dengan hal tersebut, muncul kritikus untuk menjaga mutu dari film Prancis yang belakangan mutu film diidentikkan dengan sutradara dan penulis skenario, yang sebenarnya bertujuan kritik tersebut agar mutu bioskop tetap prestis. Sehingga seringkali penulis skenario dianggap sederajat dengan sutradara, bahkan lebih dari sutradara, karena mengacu pada karya sastra klasik yang membuat para penulisnya terkenal. Karena film yang di produksi banyak mengadaptasi karya-karya sastra. Sehingga sutradara pun seakan-akan jadi terikat dengan penulis skenario. Namun belakangan, sekembalinya para sutradara-sutradara tua Prancis, yang mengasingkan diri saat Perang Dunia, telah membuat sebuah alternatif produksi, dengan tidak terikat oleh para penulis skenario. Melainkan terikat dengan para assistennya atau para teknisi film lainnya yang lebih dipercaya, yang memungkinkannya lebih bisa mewujudkan ekspresi dari keinginan sutradara. Sehingga sutradara menjadi orang pertama yang harus menjaga mutu filmnya, disamping itu juga produksi film Prancis tahun 1950-an ini, memperlihatkan terlibatnya peran pemerintah dalam mengatur industri film nasional terhadap kuota film impor dan pendanaan produksi film yang memiliki nilai estetik dan artistik.

Produksi juga dilakukan pada studio-studio produksi. Latar belakang cerita (seting) seringkali adalah bersifat manipulasi dari aslinya. Mereka membangun set didalam studio.


Beberapa hal yang mempengaruhi munculnya beberapa model untuk produksi film ini diantaranya adalah:
Faktor negara dan sosial masyarakatnya.
model produksi film dapat diposisikan atas peran langsung negara terhadap film, dimana yang pertama tidak terlibatnya negara terhadap film terlihat pada produksi film yang dilakukan Lumiere serta Hollywood. Sedangkan Rusia 1930-an dan Prancis 1950-an, sangat jelas bagaimana negara terlibat langsung terhadap produksi film.

Kekuatan dan kelemahan dari tiap model produksi.
Model produksi film yang dilakukan oleh Lumiere dan Hollywood, menyebabkan keuntungan dan kebebasan benar-benar diperoleh oleh mereka yang memiliki modal, sehingga kerugian hanya dibebankan pada individu yang punya modal. Film-film hiburan lebih menjadi pilihan untuk di produksi karena mendatangkan keuntungan.

Sedangkan model Rusia 1930-an dan Prancis 1950-an, para pembuat film memiliki keterikatan atas pemberi modal yakni negara. Sehingga tanggungjawabnya lebih dibebankan kepada moral si pembuat terhadap negara dan rakyat negaranya yang secara tidak langsung ikut membiayai film mereka. Sehingga mutu film harus dikontrol masyarakat/negara itu sendiri dan dijaga oleh pembuat film. Sehingga lebih mengedepankan aspek estetitka dan artistik pada film-filmnya.

Kompleksitas dari produksi film.
Produksi film Lumiere lebih bertujuan kepada keilmuan dan sensai atas keberhasilan teknologi cinematographe sebagai kamera film pertama yang menyebabkan kesepakatan dunia terhadap gambar bergerak (motion picture). Enam belas frame perdetik yang dapat dilakukan oleh kamera cinematographe menjadi standar internasional dari gambar bergerak (motion picture). Sehingga produksi film Lumiere pun tidak sekompleks dengan produksi film yang dilakukan oleh Rusia 1930-an, Hollywood dan Prancis 1950-an.

Pin oleh Hana Kanuiko di Draw | Sinematografi, Grafis, dan Animasi

Komentar