Pra Kondisi sebelum Film muncul


Keberhasilan film tersebut merupakan hasil dari kemampuan Lumiere dalam merepresentasikan dari teori persistence of vision, bahwa mata memiliki kelemahan dalam menangkap gerakan suatu benda yang sangat cepat. Teori yang diperkenalkan oleh seorang dokter asal Inggris yaitu Peter Roget pada tahun 1820. Sebuah pra kondisi sebelum film muncul. Permainan gambar bergerak bermunculan dan secara simultan dan terus-menerus mengalami perkembangannya. Sampai pada akhirnya pengakuan dunia terhadap film terjadi di malam Desember yang dingin tiga hari setelah Natal di tahun 1895, ketika Louis dan Auguste Lumiere mengajak para tamunya ke ruang bawah tanah, tempat dengan cahaya yang remang-remang, suatu hal yang tidak biasa dilakukan, di Grand Café di Boulevard des Capucines di Paris. Ditulah masa keajaiban terjadi, sebuah penemuan baru diperkenalkan, orang-orang yang datang pada malam itu melihat sebuah pertunjukan sulap yang dilakukan oleh Louis dan Auguste Lumiere. Film dipertunjukkan untuk pertama kalinya.

 1. Film pertama Antonie dan Louis Lumiere (Lumiere Bersaudara), Workers Leaving the Factory memperlihatkan para buruh Lumiere yang meninggalkan pabrik, gerakan 16 frame/detik di film ini terlihat gerakan yang lebih realistis.
Film Workers Leaving the Factory (gambar 1.4) merupakan film pertama yang dibuat oleh Lumiere Bersaudara tersebut, dengan mempertunjukkan para pekerja yang beramai-ramai keluar meninggalkan pabrik. Film yang direkam pada 1 Maret 1895, dipertunjukkan di depan umum di sebuah pertemuan Societe d’Encouragement a l’Industrie Nationale di Paris pada tanggal 22 Maret 1895.[1] Film tersebut dihasilkan oleh kamera yang dikenal dengan cinematographe. Kamera yang juga berfungsi sebagai printer ketika film positif dibuat. Selanjutnya film dipasang pada kamera yang berubah fungsi menjadi proyektor. Hal yang sangat penting dari Lumiere Bersaudara ini adalah, keputusan mereka untuk menggunakan perekaman gambar dengan enam belas frame perdetik – Thomas A. Edison menggunakan empat puluh frame perdetiknya– yang merupakan keunggulan dari kamera cinematographe milik Lumiere. Gerak enam belas frame perdetik ini akhirnya diakui dan dijadikan sebagai standar gerak pada film oleh dunia yang bertahan selama 25 tahun, sebelum akhirnya dunia menetapkan dua puluh empat frame perdetik untuk gerak normal pada film.

Sebenarnya di tahun 1820, untuk pertama kalinya gambar bergerak yang sangat kredibel sudah muncul bahkan sudah dapat diproyeksikan oleh alat yang bernama magic lentern. Sebuah peralatan yang sangat sederhana yang mampu menghasilkan gambar siluet pada alur gulungan kertas yang dimasukkan kedalam sebuah tabung, dengan ukurannya seperti sebuah flap pada suatu dasar lingkaran yang dapat berputar pada porosnya. Sedangkan panas yang berasal dari lilin yang menyala diarahkan langsung ke tabung yang melingkar secara keseluruhan dengan gambar-gambar, seperti halnya gambar kuda berlari, misalnya, nantinya akan tampak seperti sedang balapan secara bersama dengan bayangannya yang melintasi dinding. Ini sudah dilakukan pada abad ketujuh belas oleh Athanasius Kircher, penemu dari Italia yang dianggap sebagai orang yang pertama kali menciptakan magic lentern tersebut, dimana sebuah lensa dapat menggambar dari transparansi dan memproyeksikannya pada layar dengan menggunakan lilin sebagai sumber cahaya, yang dianggap sebagai disain awal untuk sebuah slide proyektor. Contoh magic lentern dari abad ke-17 masih dapat ditemukan di museum –Eropa, meskipun penggunaannya sudah berkurang jauh. Pada jaman Victoria di Inggris, magic lantern menjadi sepotong peralatan canggih yang digunakan untuk perkuliahan, serta juga digunakan sebagai hiburan dalam cinema lentern (gambar 1.7).[2]

Manusia selalu tertarik dengan permainan bayangan dan gambar bergerak. Matahari yang memberikan bayangan pada benda, dianggap suatu fenomena yang menarik. Meski belum dapat dibuktikan secara otentik, namun dalam pendekatan kesederhanaan berpikir, manusia dapat menggambarkan benda melalui refleksi benda yang membentuk bayangan karena sinar matahari. Atau permainan bayangan semacam refleksi tangan yang membentuk burung pada dinding, dimana tangan kita disorot oleh sebuah sinar. Ilusi inipun berkembang, pada akhirnya masyarakat Eropa terpesona oleh daya tipu visual, ilusi optik, khayalan, misteri dari Camera Obscura.

Pada kurun waktu 1820 sampai dengan 1895, disinilah terjadi perkembangan teknologi yang luar biasa secara simultan. Pendeknya, film bukan merupakan suatu penemuan dan penciptaan teknologi yang berdiri sendiri. Namun merupakan akhir dari beberapa penemuan dan penciptaan, mengingat pada abad ke 19 merupakan puncak dari penemuan dan penciptaan teknologi. “Sinema diciptakan pada tahun 1890-an, yang merupakan sebuah era dimana pada saat itu sedang semaraknya revolusi industri, terciptanya telepon (diciptakan tahun 1876), munculnya fonograf (1877), ataupun terbentuknya mobil (dikembangkan selama tahun 1880-an dan 1890-an). Semua hal tersebut, merupakan perangkat teknologi yang menjadi dasar dari industri besar yang juga merupakan bentuk baru dari hiburan dan media artistik. Maka dari itu selama dekade pertama keberadaan film, para penemu bekerja untuk memperbaiki mesin agar dapat membuat dan sekaligus menampilkan film-film dengan baik. Disamping itu juga, dalam waktu yang bersamaan, para pembuat film juga harus mampu mengeksplorasi jenis gambar mana saja yang dapat mereka rekam serta harus mencari cara agar dapat menyajikan gambar-gambar yang telah direkam tersebut dapat ditayangkan kepada khalayak umum.”[3]





[1] Bordwell, David and Kristin Thompson, Film History, An Introduction, 2ⁿᵈ edition, McGraw-Hill International Editions; 2003
[2] Thurlow, Clifford and Max, Making Short Films, 3rd edition, Bloomsbury-USA 2012
[3] Bordwell, David and Kristin Thompson, Film History, An Introduction, 2ⁿᵈ edition, McGraw-Hill International Editions; 2003

Komentar