Sinema Ideologi “TAXI DRIVER”

Potret Kehidupan Masyarakat Urban

-------------------------------------------------------------

PENDAHULUAN

Apakah disebut harapan jika objek harapan itu bukan berupa sesuatu (benda) melainkan kehidupan yang lebih bermakna, suatu kondisi hidup yang lebih menyenangkan, bebas dari kejenuhan yang berkepanjangan atau –dalam istilah teologis- untuk keselamatan atau –dalam politik- untuk revolusi?Memang hal ini dapat dikatakan harapan. Akan tetapi itu semua bukan harapan (non-hope) jika mengandung sifat kepastian dan “menunggu untuk” sehingga harapan dalam kenyataannya menjadi kedok dari resignasi, hanya ideologis semata.

Kiranya penjelasan yang dapat kita pahami bersama mengenai sebuah harapan. Sangatlah relevan apabila sebuah masyarakat dalam suatu negara menginginkan adanya sebuah perubahan kehidupan yang lebih bermakna dari kehidupan sebelumnya. Tentunya hal ini didasarkan atas apa yang telah masyarakat itu sendiri mengalaminya secara bersama-sama.

Yaitu mengalami manajerial kehidupan bersosialisasi, dimana pemerintah yang mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan bernegara. Karena hal itulah maka segala kepentingan dalam suatu pemerintahan, juga merupakan kepentingan masyarakatnya. Bukan sebuah permainan kreatif kalangan elite pemerintahan. Sebab apabila hal demikian terjadi, dengan sendirinya kepentingan yang diinginkan oleh pemerintah, sudah bukan lagi kepentingan yang mewakili masyarakatnya. Lalu melahirkan sebuah penderitaan dikarenakan adanya kebutuhan yang sebelumnya sama, kini menjadi berbeda.

Sejarah mengajarkan hal demikian kepada kita. Ini hampir terjadi disetiap negara, termasuk di Amerika. Pada awalnya kepentingan secara umum, saat masa penjajahan adalah sama. Yaitu keinginan merdeka dan terlepas dari belenggu penjajah.

Setelah beberapa periode masa pemerintahan berjalan, menjadi berbeda. Karena kepentingan itu hanya kepentingan elite pemerintah, maka ada kepentingan yang tidak terwakili, seperti yang telah dikatakan tadi. Kepentingan yang tidak terwakili inilah yang pada akhirnya, lama kelamaan memunculkan sebuah harapan baru. Harapan dimana dapat menghilangkan penderitaan karena hal kepentingan pemerintah itu tadi. Maka dengan demikian terjadi gesekan didalam hal kepentingan tersebut. Karena kepentingan yang berbeda itulah, menyebabkan adanya tindakan-tindakan yang represif dari pihak yang memiliki kekuasaan. Tindakan ini sangat jelas akan dilakukan, mengingat untuk mencapai kepentingan elite pemerintah yang hasilnya dari kepentingan itu sangatlah berarti bagi kalangan elite tersebut. Tindakan itu dapat berupa non fisik dan fisik.

Non fisik disini seperti halnya dikeluarkannya undang-undang pemerintah guna menekan pendapat atau pernyataan yang tidak sejalan. Sedangkan yang fisik adalah tindakan langsung aparat keamanan terhadap subjek yang mengeluarkan pendapat atau pernyataan tersebut, baik pendapata atau pernyataan yang diutarakan secara langsung ataupun tidak langsung.

Penjelasan diatas merupakan sebuah kenyataan yang terjadi di Amerika, yang terjadi sekitar kurun waktu tahun 70-an. Kenyataan itulah yang melatar-belakangi munculnya film “Taxi Driver” sebagai wujud dari fenomena seorang warga negara yang tidak puas dengan roda pemerintahan yang ada.

Seperti halnya harapan yang diungkapkan oleh Erich Fromm, seorang sopir taxi yang lebih “melihat” atau “lebih dekat” dengan kehidupan masyarakat Amerika pada saat itu, tidak menginginkan “Harapan Pasif”. Sang sopir mengingkan adanya “harapan baru” terhadap sistem kekuasaan yang berjalan, yang seiring dengan akan diadakannya pemilihan presiden baru pada negara tersebut.

Pasca perang Vietnam membuat Amerika terpuruk kedalam krisis sosial yang dalam. Dimana pemerintah berusaha kembali untuk meyakinakn kepada masyarakatnya bahwa mereka dapat keluar kembali dari krisis tersebut. Namun pada kenyataannya pemerintah masih belum dapat berbuat. Trauma masyarakat terhadap kesalahan pemerintah, membuat gejala-gejala sosial muncul dimana-mana. Akhirnya saat negara melangsungkan pemilihan pemerintahan baru, kurang mendapat simpati dari masyarakatnya. Hal ini dikarenakan faktor pemerintah sendiri, karena telah melakukan kesalahan yang sama, dan tidak melakukan pembaharuan untuk mengatasi permasalahan krisis sosial tersebut.

Keadaan tersebut membawa dampak yang sangat kuat kepada individu-individu tertentu. Terutama dampak terhadap mental dan perasaan dari seorang warga masyarakat dalam menentukan sikapnya dan tindakan pribadinya dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan mereka sehari-hari selama masa krisis berlangsung. Dengan dampak tersebut tentu saja banyak melahirkan pemikiran serta tindakan diluar kebiasaan pada umumnya, sampai pada tingkat yang tidak dapat dimengerti dan dipahami oleh khalayak umum. Terjadilah penyimpangan-penyimpangan terhadap tingkah-laku atau deviasi.

Dalam patologi sosial, penyimpangan tersebut disebabkan oleh pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional atau sosial diluar individu; atau oleh pengaruh situasi didalam pribadi yang bersangkutan menjadi bagian integral daripada penyimpangan yang dilakukan olehnya itu.

Permasalahan dalam film Taxi Driver, karya Martin Scorsesi ini, pada hakekatnya sangatlah benar dan sesuai dengan teori tersebut. Sang tokoh yang terpaksa melakukan pembunuhan hanya karena ketakutan yang timbul oleh kecemasan kelangsungan hidup dirinya dan juga keluarganya, yang sebenarnya kejadian tersebut merupakan puncak dari apa yang telah dialami sang tokoh didalam kehidupannya. Namun hal ini akan menjadi sesuatu yang berbeda apabila kita tengok lebih jauh lagi akan permasalahan sang tokoh, dimana pembunuhan itu dilakukan karena sikap seorang warga negara yang peduli akan masalah yang terjadi disekitarnya atau dilingkungannya. Sang tokoh yang diwujudkan sebagai seorang sopir taxi dalam cerita film tersebut, seketika menjadi “hero”, yang selama ini dicari-cari oleh masyarakat meski telah melakukan pembunuhan. Bahkan tindakannya tersebut dianggap sebagai hal patut untuk dikagumi.

Kecemasan, rasa kritis pada lingkungan serta harapan akan terwujudnya keadaan yang lebih baik, tanpa berharap pada orang lain yang akan mewujudkan atau membantunya untuk melakukan hal tersebut, merupakan gambaran utuh yang terlihat pada film ini. Harapan yang tidak pernah terwujud dari para penguasa negera, sehingga memicu motivasi seseorang untuk bertindak agar melakukan upaya mewujudkan harapan yang lebih baik tersebut.

Semenjak kita dapat merasakan hal yang sangat menderita dan merasa tidak mampu atau tidak mudah untuk mendapatkan kebutuhan yang kita inginkan, tentunya semenjak itupula kita berada didalam kecemasan dan kegelisahan. Karena pada umumnya manusia ingin berada dalam ketentraman dan ketenangan serta kedamaian. Kecemasan dan kegelisahan, akhirnya melahirkan jiwa-jiwa yang memberontak terhadap kehidupan yang dijalani oleh seseorang. Karena mereka sendiri ingin melepaskan penderitaan mereka, maka timbul dalam diri seseorang untuk memikirkan terus-menerus bagaimana dapat melepaskan penderitaan yang dimilikinya itu. Karena hal itu pulalah, mereka akhirnya lupa akan keberadaan diri mereka sendiri dan juga lingkungan sekitarnya. Maka yang terjadi adalah keterasingan diri sekaligus juga kecintaan.

Keterasingan tersebut dikarenakan kecintaan individu terhadap hidup yang mereka jalani. Kasus yang sama sebenarnya dalam film, juga tergambarkan pada film “Natural Born Killer”, yang menceritakan sepasang kekasih begitu sangat menikmati pembunuhan yang telah mereka lakukan terhadap manusia-manusia yang mereka temukan, hanya untuk melepaskan penderitaan kehidupan yang pernah diderita oleh mereka sebelumnya. Sehingga kenikmatan membunuh tersebut juga sekaligus bentuk lain dari kecintaan mereka. Mereka pun begitu mencintai terhadap tindakan yang mereka lakukan tersebut, sehingga mereka pun menjadi terasing.

Begitu pula dengan film Taxi Driver ini, meski kecintaan sang tokoh diwujudkan karena tokoh melihat realita yang ada dimasyarakat. Ia harus membunuh seseorang, karena menurutnya, orang tersebut memang harus dibunuh olehnya. Pembunuhan dilakukan bukan karena ada faktor kejadian yang mendukungnya, yang memotivasi untuknya melakukan pembunuhan tersebut. Pembunuhan pun sebenarnya karena adanya faktor pemerintah yang tidak merubah kehidupan masyarakatnya. Orang-orang pemerintahan dianggap memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk melakukan pembunuhan. Suatu hal yang berbeda dengan film Natural Born Killer, dimana keterasingan dan kecintaan muncul karena tindakan membunuh dilakukan secara terus-menerus. Taxi Driver malah mengangkat sisi kemanusiaan, dimana keterasingan dan cinta telah membentuk karakter sang tokoh untuk bertindak melakukan pembunuhan.


PROBLEMATIKA

Masalah pada Cerita Film

Seorang sineas adalah mata hati bagi masyarakat. Ia melihat dari merasakan apa yang sedang terjadi pada tempat dimana ia berdiri dan berpijak. Pengertian yang lebih mendalam dan lebih jauh dari ungkapan yang diutarakan oleh James Monaco. Seorang sineas Prancis, tepat ditujukan pada Martin Scorsesi, seorang sutradara Hollywood yang berekspresi dalam film Taxi Driver.

Scorsesi begitu jeli melihat keadaan Amerika pada pasca perang Vietnam. Trauma masyarakat serta ketidakberdayaan pemerintah Amerika, dan luapan emosi masyarakat Amerika yang menginginkan perubahan, secara semiotik dan begitu sempurna digambarkan dalam film tersebut.

Robert de Niro yang memerankan tokoh Travis Bickle, seorang mantan marinir perang Vietnam selalu menghabiskan malam-malamnya untuk menonton film porno di sebuah bioskop karena ia sulit untuk memjamkan matanya. Malam demi malam ia lalui dengan kegiatan yang sama terus tanpa sebuah tujuan. Kemudian ia memutuskan untuk melamar menjadi seorang sopir taksi, karena setidaknya ia mendapatkan uang hasil menjadi sopir taksi tersebut. Banyak berbagai pelanggan ia temui selama menjadi sopir taksi tersebut, berkeliling dari jalanan Bronx hingga Harlem. Meski begitu, ia juga sekali-sekali berkumpul dengan teman-temannya sesama sopir taksi.

Pandangan Travis kemudian tertuju pada seorang wanita cantik yang bernama Betsy (Cybill Sheperd) yang bekerja pada senator Charles Palantine (Leonard Harris) yang akan mencalonkan diri sebagai presiden. Dengan beraninya, Travis mengajak Betsy hanya sekedar untuk minum kopi diluar. Hubungan mereka pada awalnya terjalin baik. Namun Travis melakukan kesalahan, mengajak Betsy ke bioskop untuk menonton film porno. Hal yangsangat menjijikkan dan hina yang dianggap Betsy. Sehingga ia pun memutuskan cintanya dengan Travis, yang langsung putus asa dengan kejadian tersebut. Travis merasa dirinya semakin lama semakin kesepian. Tiap malam kerjanya hanya berkeliling melihat “sampah” masyarakat, seperti pelacur, germo, pecandu dan kriminal lainnya, yang memenuhi jalanan. Hal itu membuat dirinya ingin membersihkan para “sampah” masyarakat tersebut. Perjalanan hidup Travis pun terus berjalan seiring dengan waktu pemilihan presiden yang semakin mendekati hari pemilihan berlangsung, ia banyak menemukan permasalahan-permasalahan yang dekat dengan dirinya. Pernah ia membawa seorang penumpang yang ingin membunuh isterinya, karena telah berbuat serong., bahkan ia bertemu dan mengenal sosok pelacur cilik yang bernama Iris (Jodie Foster), yang kenyataannya Iris adalah perempuan piaraan seorang germo yang hanya memanfaatkan gadis tersebut untuk mendapatkan uang.

Permasalahan sosail tersebut yang nyata dilihat oleh Travis, menyebabkan dirinya tidak memiliki kepercayaan terhadap pemerintah, terutama hal ini menyangkut terhadap para kandidiat yang akan menjadi presiden. Mereka hanya sibuk berkampanye untuk dirinya, sedangkan realita sesungguhnya benar-benar menanti tindakan para kandidat tersebut. Travis pun tergerak untuk melakukan tindakan terhadap persoalan sosial tersebut. Karena kalau bukan dirinya yang melakukannya, ia merasa tidak akan pernah ada orang yang mau berbuat seperti keinginannya. Termasuk para kandidat presiden. Hal tersebut membuat diri Travis menjadi resah, yang pada akhirnya memuncak. Dengan nekat ia pun ingin membunuh Palantine, karena baginya pemerintah telah mati. Tapi hal itu tidak berhasil dilakukannya, karena saat ia akan membunuh Palantine, para petugas keamanan dapat menggalakannya. Bahkan petugas tersebut mencoba menangkap Travis, namun sopir taksi tersebut berhasil lolos.

Kagagalan Travis membunuh Palantine, menyebabkan dirinya melampiaskan keresahannya tersebut pada Sport (sang germo) dan para antek-anteknya yang ingin melampiaskan nafsunya pada tubuh kecil Iris, sang pelacur cilik. Namun ternyata pembantaian yang dilakukan oleh Travis, membuat dirinya bak pahlawan yang telah lama dinanti-nantikan oleh masyarakat.


Masalah dalam kehidupan sesungguhnya

Pada konteks kehidupan sehari-hari sebagai pendekatan untuk melihat permasalahan yang dihadapi oleh Travis Bickle, sangatlah tidak mungkin dilakukan oleh seseorang. Apalagi Travis adalah mantan marinir yang pastinya sadar akan hukum yang berlaku. Tindakan seseorang melakukan pembunuhan, tidak akan dibenarkan meskipun ditujukan untuk sesuatu yang dianggap kebaikan. Menghilangkan nyawa seseorang merupakan salah satu bentuk kriminialitas yang membahayakan didalam bermasyarakat.

Pada negara-negara maju, pemikiran yang dialami oleh Travis ini, seringkali muncul pada individu-individu tertentu, meski tidak banyak. Ada individu-individu yang memang menganggap dirinya merupakan subyek penyelamat yang menginginkan perubahan atas sikap-sikap yang dianggapnya merupakan tidaklah harus hadir dalam kehidupan. Cara pandang dan berpikir pada tokoh Travis dalam film ini merupakan representasi negara yang mengalami depresi setelah perang Vietnam.


ANALISIS

“Kesadaran akan kesepian dan keterpisahannya akan ketak-berdayaannya dihadapan kekauatan alam dan masyarakat, semuanya ini membuat eksistensinya yang terpisah dan terpecah belah itu menjadi suatu penjara yang tak tertahankan....” Erich Fromm.

Travis merasakan dirinya terpenjara oleh ketak-berdayaan akan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya, dimana ia berada didalam situasi ‘dunia hitam’ yang mengurung dirinya. Sebagai seorang sopir taksi, ia melihat dan mendengar serta merasakan bahkan mengalaminya sendiri, kehidupan yang benar-benar sepertinya tidak ada lagi kebaikan. Sampai-sampai tidak ada lagi kepercayaan dirinya terhadap pemerintah sebagai pengelola hidup masyarakatnya dengan menciptakan sistem yang lebih baik. Dimatanya siapapun pemimpin negeranya, akan tetap sama dengan yang sebelumnya, tidak bisa merubah sistema untuk menjadi lebih baik.

Raskolnikov dalam “Crime and Punishment” karya Dostoevsky mengungkapkan “bahwa manusia terbagi dua jenis, yaitu manusia biasa (ordinary) dan manuusia luar biasa (extra ordinary). Dimana manusia golongan extra ordinary, hukum tidak dapat membatasi mereka. Mereka (extra ordinary) tidak takut untuk melampaui hukum dan siap dengan konsekuensinya dalam melanggar hukum demi cintanya dan keselamatan atau kebahagiaan orang banyak, dalam hal ini masyarakat”.

Keberadaan dari sosok dari seorang Travis Bickle dalam film Taxi Driver ini, merupakan karakter dari apa yang dijelaskan oleh Raskolnikov, manusia yang digolongkan kedalam extra ordinary.

Perihal tersebut, pada kenyataannya, juga ada dalam kehidupan nyata. Peristiwa yang terjadi di New York beberapa waktu yang lalu, dimana telah terjadi pembunuhan berantai yang dilakukan seseorang terhadap anak-anak berusia 7-9 tahun. Menariknya adalah hal yang melatar-belakangi pembunuhan yang dilakukan di New York tersebut. Bahwa si eksekutor ini melakukan pembunuhan terhadap anak-anak tersebut karena ia berpikir banyak orangtua yang telah menyia-nyiakan hidup anak-anak, sehingga banyak anak-anak yang pada akhirnya menggunakan narkoba sebagai bentuk hilangnya rasa kasih sayang tidak didapatkannya dari orangtua. Pembunuhan dilakukannya agar anak-anak terselamatkan dari kehidupannya yang sia-sia. Bahkan kematian adalah kebahagiaan yang didapatkan oleh anak-anak. Begitu cara pembunuh New York tersebut memandang kehidupan anak-anak.

Hal yang sebenarnya tidaklah berbeda dengan Travis Bickle dalam film Taxi Driver ini, yang melakukan tindakan pembunuhan hanya menginginkan kebahagiaan untuk orang-orang yang dianggapnya tidak bahagia. ‘Pahlawan sosial’ dapatlah ditempatkan pada karakter tersebut.


KESIMPULAN

Cerita dalam film dapat terjadi karena adanya faktor karakter yang memandang sebuah persoalan dilingkungannya sangatlah personal, sehingga tidak mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Psikologis seseorang, membuatnya melakukan tindakan sosial yang melampaui batas hukum yang berlaku, sehingga pada konteks negara, individu yang melakukan tindakan sosial tersebut tetaplah seorang kriminal. Namun pada konteks masyarakat yang terbelenggu dalam lingkungan yang dipenuhi dengan ‘dunia hitam’, individu-individu tersebut dianggap sebagai ‘pahlawan sosial’.

Travis Bickle yang merupakan seorang sopir taksi adalah tokoh representasi dari masyarakat Amerika pada masa setelah perang Vietnam berlangsung. Kecemasan sebagai bangsa yang besar dan maju, sepertinya tidak ada lagi harapan, dunia seakan-akan menjadi kelam, dan kekalahan akan kehidupan yang harus dijalaninya. Pemerintah sepertinya membiarkan masyarakatnya hidup tanpa arah yang baik. Munculnya individu-individu seperti Travis Bickle merupakan sosok yang didambakan oleh masyarakat. Sehingga didalam cerita film pun, Travis bukanlah sosok yang dibenci masyarakat. Bahkkan sebaliknya. Meski tindakannya tersebut menghilangkan nyawa seseorang.


PENUTUP

Film merupakan sebuah media yang dapat mencerminkan kehidupan sebuah bangsa dan negara. Film Taxi Driver adalah contoh bagaimana film menjadi representasi dari kehidupan Amerika pada masa atau periode tertentu, khususnya pada masa setelah perang Vietnam berlangsung. Pada film Taxi Driver ini jelas menunjukkan bahwa ideologi sebuah bangsa dan negara hanyalah simbol pemerintahan, bukanlah sebuah sistem menyeluruh untuk kehidupan masyarakatnya agar menjalani kehidupan mereka menjadi lebih baik. Kekuatan hukum sebagai rambu dalam bermasyarakat dan bernegara, tidaklah suatu konsep konten yang menjamin individu-individu bahagia. Bahkan menimbulkan individu-individu yang mencari kebenaran akan kehidupannya sendiri, yang pada kenyataannya malah didukung oleh masyarakat, tapi tidak kerangka hukum yang dianut pemerintahnya.

Karena pada akhirnya, kehidupan adalah bagaimana individu-individu memandang kehidupannya sendiri-sendiri guna mencapai kebahagiaan menurut batasan pemikirannya.




Komentar