Model Produksi Film Amerika/Hollywood

Gambar: capture Movie Begins by Film Preservation Associates and The British Film Institute


Amerika/Sistem Studio Hollywood

Berbeda dengan yang lain, Hollywood menjadi model pembuatan film secara manufaktur, film yang dibuat laksana pabrik dan menciptakan divisi kerja (division of labor). Proses dari sistem yang dilakukan oleh Hollywood merupakan perjalanan yang cukup panjang. Hampir kurang lebih 20 tahun  Hollywood melakukan proses tersebut, dari sekitar tahun 1910 sampai dengan tahun 1930-an.



Produksi Film Skala Besar

Ketentuan seberapa besar dalam produksi film, merupakan hal gaib yang tidak dapat ditentukan secara pastinya. Beberapa film bisa diwujudkan dengan biaya besar. Tapi ada film lain yang dibuat dengan biaya kecil. Produksi film di Indonesia yang menggunakan anggaran biaya yang besar, umumnya melibatkan perusahaan-perusahaan yang memang berkecimpung di dunia film ataupun film produksi pemerintah. Penggambaran bahwa produksi film melibatkan banyak orang-orang dengan profesi khusus dan juga banyak melibatkan staf, adalah penggambaran dari produksi film yang dilakukan dengan skala yang besar, memakan anggaran yang tidak sedikit, dan biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan film. PPFN (Perusahaan Produksi Film Negara) di era Orde Baru, juga dapat dikatakan sebagai perusahaan film berskala besar, dengan salah satu film produksinya yakni G30S/PKI, sutradara Arifin C. Noer. Sedangkan Perusahaan film semacam Multivison Plus, Star Vision adalah perusahaan yang mewakili pihak swasta di Indonesia yang dikatakan sebagai perusahaan film berskala besar. Meski ukuran skala besar inipun tidak seperti di Hollywood. Mungkin saja dikarenakan perusahaan film swasta di Indonesia tersebut sudah ada sejak lama, bertahan sampai sekarang ini dan telah menghasilkan atau memproduksi ratusan judul film, selain juga memproduksi program tv.

Bandingkan dengan skala besar di Hollywood, perushaan film disana dikenal dengan studio Hollywood yang sudah berdiri sejak 1920 sebagai studio manufaktur dari produksi film, dan tetap eksis sampai saat ini seperti Columbia, Paramount dan Warner Bross. Studio Hollywood tersebut memiliki peralatan dan perencanaan yang luas. Disamping juga, mempertahankan sebagian besar para pekerjanya dengan kontrak yang cukup panjang. Manajemen Studio memusatkan perencanaan dari proyek film yang akan di produksi, untuk selanjutnya didelegasikan wewenang dan tanggungjawabnya kepada setiap individu para supervisor. Untuk selanjutnya, saat perannya tiba maka hanya ada para pekerja pasca produksi (assembly) yang ada di studio. Sebenarnya hal yang sama yang juga terjadi di Multivision Plus.

Meskipun beberapa pembuatan film adalah hasil di luar studio, seperti halnya seorang sutradara kadang menggarap produksi filmnya sendiri, tanpa melibatkan atau mendapatkan proyek tersebut dari studio, tetap saja rincian dari tahapan produksinya mengikuti seperti jaman kejayaan dari Hollywood. Tetapi pada masa sekarang tampak lebih rumit karena diperluasnya anggaran pendanaan film dan berkembangnya efek-efek khusus yang dimunculkan di film melalui komputerisasi dan digitalisasi. Tengok film Titanic, ada lebih 1400 nama yang terdaftar dalam credit tittle-nya!



Eksploitasi dan Produksi Film Independen

Beberapa film yang dibuat tidak semuanya dihasilkan melalui pembagian kerja dan anggaran biaya yang besar seperti penjelasan sebelumnya. Ada film yang dibuat dengan anggaran yang terbatas disesuaikan terhadap pasar yang dituju. Di Amerika terdapat beberapa bioskop pinggiran yang memutar film, dengan film yang diputarnya tersebut dapat disewakan ataupun dijualnya. Anggaran filmnya pun sekitar $100.000 atau bisa juga kurang. Namun pembagian kerja produksinya, masih mengacu pada sistem studio. Ada produser, sutradara dan sebagainya. Film El Mariachi merupakan salah satu contoh film dengan anggaran kecil sebesar $7000. Film Spanyol yang dibuat oleh Robert Rodriguez saat usianya 21 tahun ini, dilakukannya dengan kerja rangkap. Selain sebagai sutradara pada filmnya tersebut, Rodriguez juga sebagai produser, penulis naskah, sinematografer, operator kamera, dan masih juga sebagai fotografer, perekam suara dan mixer. Sedangkan temannya yakni Carlos Gallardo Rodriguez selain sebagai aktornya, ia juga merangkap sebagai co-produser, dan co-skrip, disamping ia juga menjabat sebagai manajer unit produksi dan grip. Meski demikian film berbahasa Spanyol ini memang ditujukan untuk pemutaran di Bioskop.

Sedangkan film-film yang dibuat yang memang ditujukan tidak untuk bioskop umum, memiliki anggaran yang lebih kecil serta kebebasan dalam membuatnya yang jauh lebih bebas. Sutradara Hollywood seperti Spike Lee, Ethan dan Joel Coen serta David Cronenberg, adalah mereka yang melakukan eksploitasi pembuatan film anggaran kecil tersebut. Investasi bersakala rendah ini memungkinkan kebebasan pembuat film dalam memilih cerita ataupun para aktor yang membintangi filmnya. Umumnya seorang sutradara mendapatkan mitra seorang produser ataupun investor untuk memulai proyek. Perusahaan-perusahaan tv di Eropa kadang memberikan dananya untuk merealisasikan hal tersebut. Sedangkan distributor film di Amerika bersifat menunggu untuk membeli hak jika proyek film tampaknya memiliki prospek yang bagus. Sebagai contoh film The Straight Story dengan sutradara David Lynch, yang anggaran filmnya dibiayai oleh perusahaan tv Prancis dan Inggris sebelum pada akhirnya filmnya dibeli untuk didistribusikan oleh Disney. Apa yang terjadi demikian, merupakan pengertian dari Film Independen. Film independen adalah film yang dibuat untuk pasaran bioskop tetapi pembiayaan utamanya tidak didanai oleh distributor.

Beberapa kebebasan didapatkan para pembuatnya dalam memproduksi film independen. Woody Allen misalnya, ia diperbolehkan untuk dapat mengontrol lebih ketat proses produksinya. Dalam kontraknya ia dapat menulis ulang dan mensyuting ulang bagian yang diinginkannya agar bagian tersebut sesuai keinginannya (ekstensif) setelah ia melakukan terlebih dahulu proses pasca produksi (assembling) dan melakukan inisial cutting.

Pembiayaan yang dilakukan sendiri oleh pembuat film independen, atau bantuan dari kerabat mereka dan investor yang ramah (bisa jadi merasa kasihan), membuat mereka lebih bekerja ekstra dalam menemukan distributor yang mengkhususkan diri dalam film-film independen dan anggaran rendah. Pembuat film independen lebih banyak percaya bahwa kebebasan berekspresi adalah hal yang jauh memiliki nilai dibandingkan kelemahan film independen yang mereka hadapi. Bahkan film independen tidak membutuhkan penonton yang sebagian besar mengembalikan biaya produksi film, karena sifatnya yang sangat pribadi dan kontroversial.

Kadang-kadang produksi berskala kecil menjadi produksi kolektif, membuat film secara bersama-sama, film tidak dibuat hanya seorang saja. Mereka patungan dengan tujuan yang sama dan membuat keputusan produksi secara demokratis. Peran mereka juga dapat diputar: seorang perekam suara pada satu hari dapat berfungsi juga sebagai sinematografer dihari berikutnya. Sebuah contoh baru-baru ini adalah film Kanada Atanarjuat: The Fast Runner Three  Inuits  (Zacharias Kunuk, Paul Apak Angilirq, Paul Qulitalik) dan satu lagi film New Yorker (Norman Cohn) pada tahun 1990. “Kami tidak memiliki hierarki”, jelas Cohn. “Tidak ada sutradara, assisten sutradara kedua, ketiga ataupun keempat. Kami hanya memiliki tim dari orang-orang yang mencoba untuk mencari tahu bagaimana membuat pekerjaan ini”.  Film T Fast Runner ini tercatat sebagai pemenang untuk penghargaan film terbaik pada Festival Film di Cannes tahun 2002. Sedangkan munculnya format video digital telah membuat produksi berskala kecil lebih terlihat eksistensinya. Film The Gleaners  and  I, The Corporation,  The Yes Men, dan beberapa film yang baru dirilis lainnya mengindikasikan bahwa pasar bioskop memiliki ruang untuk karya-karya yang dibuat oleh pembuat film sendiri ataupun dengan unit produksi skala kecil. Film independen ini tidak hanya terjadi pada pembuatan film fiksi saja, film dokumenter malah jauh lebih banyak dan lebih besar para pelakunya. Dokumenteris sering terlibat dengan kru yang sederhana atau kru kecil saja.

Beberapa dekade belakangan inipun di Indonesia, telah meluas pembuatan video wedding, yang mengacu pada pembuatan film model seperti ini. Apalagi munculnya teknologi Home Theatre, telah melirik para putra daerah yang ekonominya terbilang sukses. Mereka menjadi investor untuk memberikan dananya dalam memproduksi film-film independen. Sutradara-sutradara dari kalangan seniman daerah, para mahasiswa atau alumni fakultas film/komunikasi/broadcast muncul untuk membuat film-film dengan anggaran yang tidak besar, yang kemudian dalam bentuk disc, didistribusikan dan di putar didaerahnya. Disamping itu juga, film-film untuk Tugas Akhir Mahasiswa merupakan bentuk produksi yang paling jelas dalam model seperti ini.

Komentar