PANDANGAN AL QUR'AN TENTANG BANGSA RUM (2)


Sebuah Catatan Ringkas Sheikh Imran Hosein

__________________________________


IBNU ISHAQ

-------------


Ketika Rasulullah SAW melihat para sahabatnya menderita, dan meskipun beliau dilindungi oleh klannya Bani Hasyim dan pamannya Abu Thalib dari kekejaman kafir Quraisy, tapi beliau tidak bisa melindungi para sahabatnya yang berpegang teguh pada agama Islam.


Melihat umatnya tertindas, maka, Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya di Negeri Habasyah terdapat seorang raja yang tak seorangpun yang dizalimi di sisinya, pergilah ke negerinya, hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian dan penyelesaian atas peristiwa yang menimpa kalian".

(Fathul Bari 7 : 189)


Kemudian kami pergi secara bergelombang dan berkumpul di Habasyah (dipimpin Raja Najasyi). Saat itu, kami (merasa) berada di negeri terbaik dan tetangga terbaik. Kami merasa aman dengan dien (agama) kami dan tidak pernah mengkhawatirkan kezhaliman.

Para sahabat yang hijrah pertama kali ini tidak begitu lama tinggal di Habasyah. Hal ini disebabkan kabar yang mereka dengar, bahwa penduduk Mekkah telah memeluk Islam.


Begitu mendengar berita ini, mereka memutuskan untuk kembali ke Mekkah. Yaitu pada bulan Syawwal tahun yang sama. Saat sudah mendekati Mekkah, mereka baru menyadari jika berita masuknya penduduk Mekkah memeluk Islam itu, ternyata hanya kabar burung. Kenyataannya, api permusuhan yang dikobarkan kafir Quraisy masih menyala, bahkan semakin dahsyat.


Melihat kondisi seperti itu, Rasulullah SAW mengizinkan mereka untuk kembali hijrah menuju Habasyah. Di Negeri Habasyah ini para sahabat dapat kembali melaksanakan din (agama) mereka, tanpa dibayangi penyiksaan.


Saat kaum Quraisy mengetahui bahwa kaum Muslimin telah mendapatkan tempat yang aman untuk menjalankan din (agama) mereka, kaum Quraisy marah.


Kemudian, mereka mengutus Amr bin ‘Ash dan ‘Abdullah bin Abi Rabi’ah untuk menghadap Raja Najasyi agar mengeluarkan kaum Muslimin dari Habasyah.


Kedua duta ini membawa hadiah yang banyak untuk diberikan kepada para pejabat kerajaan Habasyah agar usaha mereka berhasil. Hadiah ini diberikan kepada para pembesar Habasyah, dan kemudian mereka menghadap Raja Najasyi.


Begitu menghadap Raja Najasyi, mereka berkata : "Sesungguhnya ada sekelompok orang dari keturunan paman kami tinggal di negeri Tuan. mereka meninggalkan agama kaum mereka namun tidak juga menganut agamamu bahkan mereka membawa agama baru yang tidak kami ketahui, demikian juga dengan tuan."


Raja Najasyi balik bertanya : "Dimana mereka?"


Dua duta ini menjawab : "Di daerah Tuan. Kirimkan utusan kepada mereka!"


Lalu Raja Najasyi pun mengirimkan kurir untuk memanggil kaum Muslimin yang datang ke Negeri Habasyah.


Untuk memenuhi panggilan Sang Raja, maka Ja'far bin Abi Thalib berseru kepada teman-temannya sesama kaum Muslimin : "Pada hari ini, saya adalah juru bicara kalian," mereka pun mengikuti Ja’far.


Saat masuk ke tempat Raja Najasyi, Ja'far hanya mengucapkan salam tanpa bersujud. Orang-orang yang berada di ruang itu berseru : "Mengapa engkau tidak bersujud kepada Raja?"

Ja'far menjawab,"Kami tidak bersujud, kecuali kepada Allah semata."


Raja Najasyi bertanya,”Siapa itu?”


Ja’far menjawab,”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengutus seorang Rasul kepada kami. Beliau menyuruh kami agar tidak bersujud kepada siapapun, kecuali kepada Allah Azza wa Jalla , melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.”


Amr, duta Quraisy berujar : “Mereka bertentangan dengan Anda dalam masalah Isa bin Maryam.”


Raja Najasyi bertanya,"Apa yang kalian katakan tentang Isa bin Maryam, dan juga tentang ibunya?"


Kemudian Ja’far membacakan permulaan Surat Maryam pada ayat pertama.


Mendengar lantunan ayat itu, Raja Najasyi menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya. Demikian pula dengan para uskupnya hingga air mata mereka membasahi mushaf-mushaf (lembaran-lembaran-red) yang berada di tangan mereka.


Kemudian an Najasyi berkata kepada mereka : "Sesungguhnya ini dan apa yang dibawa oleh ‘Isa adalah bersumber dari satu lentera”.

Lalu kepada kedua duta Quraisy dia berkata : "Pergilah kalian berdua, demi Allah, sekali-kali tidak akan aku serahkan mereka kepada kalian dan tidak akan hal itu terjadi".


Keduanya pun keluar namun Amr bin ‘Ash sempat berkata kepada ‘Abdullah bin Abi Rabi’ah : "Sungguh akan aku datangi lagi dia besok pagi untuk membicarakan perihal mereka dan akan aku habisi mereka (argumentasi kaum muslimin-red) sebagaimana aku menghabisi ladang mereka”.


‘Abdullah bin Abi Rabi’ah : "Jangan kamu lakukan itu!


Sesungguhnya mereka itu masih memiliki hubungan tali rahim dengan kita sekalipun mereka menentang kita”. Akan tetapi Amr tetap ngotot dengan tekadnya.


Benar saja, keesokan harinya dia mendatangi An Najasyi dan berkata kepadanya : "Wahai tuan raja! Sesungguhnya mereka itu mengatakan suatu perkataan yang sangat serius terhadap ‘Isa bin Maryam”.


An Najasyi pun mengirim utusan kepada kaum muslimin untuk mempertanyakan perihal perkataan terhadap ‘Isa Al Masih tersebut.

Mereka sempat kaget menyikapi hal itu, namun akhirnya tetap bersepakat untuk berkata dengan sejujur-jujurnya apapun yang terjadi.


Ketika mereka datang di hadapan sang raja dan dia bertanya kepada mereka tentang hal itu, Ja’far berkata kepadanya : "Kami mengatakan tentangnya sebagaimana yang dibawa oleh Nabi kami SAW : "dia adalah hamba Allah, Rasul-Nya, ruh-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, si perawan yang ahli ibadah".


An Najasyi kemudian memungut sebatang ranting pohon dari tanah seraya berujar : "Wahai, orang-orang Habasyah! Wahai, para pendeta! Demi Allah! apa yang kamu ungkapkan itu tidak melangkahi ‘Isa bin Maryam meski seukuran ranting ini".


Mendengar itu, para uskup mendengus, dan dengusan itu langsung ditimpalinya : ’Demi Allah! Sekalipun kalian mendengus. Aku bersaksi, bahwa dia adalah Rasulullah. Dialah orang yang kami temukan di dalam kitab Injil. Dialah Rasul yang dikabarkan oleh Isa bin Maryam. Tinggallah kalian dimanapun yang kalian inginkan! Demi Allah, kalau bukan karena kekuasaan yang ada padaku, maka sungguh aku datangi dia, sehingga aku menjadi orang yang membawakan sandalnya".


Kemudian Raja Najasyi menyuruh pengawalnya untuk mengembalikan hadiah dari duta Quraisy ini, lalu duta ini pun diusirnya.


Dua utusan Quraisy ini akhirnya pulang dengan membawa kekecewaan yang sangat. Begitu juga kekecewaan menyelimuti orang-orang yang mengutusnya.


Sikap Raja An Najasyi dan para Uskup ketika mengetahui dan mengakui bahwa Al Qur’an sebagai Firman Tuhan Yang Satu dan Muhammad SAW adalah Rasul-Nya, telah tercantum dalam Al-Qur’an, sebagai berikut :


"Dan apabila mereka mendengarkan apa (Al Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), maka kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata : "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Quran dan kenabian Muhammad SAW)."


(Q.S. Al Maidah : 83)


"Dan sesungguhnya diantara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu, dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sungguh, Allah amat cepat perhitungan-Nya".


(Q.S. Ali Imran : 199)


"Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Diantara Ahli Kitab itu ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (sembahyang)".


(Q.S. Ali Imran : 113)


Setelah beberapa tahun, Raja Habasyah, yakni Raja Najasyi meninggal dunia.


Berdasarkan hadits Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW mendengar kabar Raja Najasyi meninggal, beliau kemudian memohonkan ampunan untuknya dan melakukan shalat ghaib.

Rasulullah SAW mengumumkan meninggalnya An Najasyi, Raja Habasyah, pada hari meninggalnya dan bersabda : "Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian ini".


(Shahih Bukhari, 3591,1242, Shahih Muslim 1581)


"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata : "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri."

(Q.S. Al Maidah : 82)


Seperti itulah sebagian umat Nasrani, yang dekat kasih sayangnya kepada umat Islam.


Lanjut ke bagian 3

Komentar