Gerakan Ekspresionisme Jerman

Pada akhir Februari 1920, sebuah film perdana di Berlin hadir dan langsung diakui sebagai sesuatu yang baru dalam bentuk sinema. Film tersebut berjudul The Cabinet of Dr. Caligari. Nilai yang baru yang ada padanya berupa imajinasi yang tertangkap oleh publik, merupakan keberhasilan yang dianggap cukup besar dalam sinema. Film hadir menggunakan gaya (style) terhadap bangunan-bangunan yang aneh, bagaimana bangunan itu terdistorsi di latar-belakangnya yang tekniknya di lukis di kanvas secara flat dan dengan cara yang teatrikal. Para aktornya pun memerankan tokohnya tidak seperti lazimnya dalam film, dimana aktor mencoba untuk berusaha melakukan kinerja yang realistis; tetapi sebaliknya di film The Cabinet of Dr. Caligari ini, mereka malah memperlihatkan gerakan yang tersentak-sentak atau dancelike. Para kritikus pun setuju untuk mengumumkannya sebagai gaya Ekspresionis, yang sebenarnya pada saat itu sudah mapan di sebagian besar seni lainnya (seni lukis dan sebagainya), dan sekarang masuk kedalam sinema, sehingga mereka pun memperdebatkan akan manfaat dari perkembangan yang baru ini dalam seni film.


Eksistensi Film Ekspresionisme
Ekspresionisme telah dimulai sekitar tahun 1908 sebagai gaya dalam seni lukis dan teater yang muncul di negara-negara Eropa lainnya tetapi menemukan manifestasinya yang paling menarik di Jerman. Seperti gerakan modernis lainnya, Ekspresionisme Jerman adalah salah satu dari beberapa tren di sekitar pergantian abad yang bereaksi terhadap realisme. Para praktisi lebih menyukai distorsi ekstrem untuk mengekspresikan realitas emosional batin daripada penampilannya yang hanya di perlihatkan gambar pada permukaannya saja.


The Cabinet of Dr. Caligari
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/File:CABINET_DES_DR_CALIGARI_01.jpg


Lukisan bergaya Ekspresionisme yang diberi judul “To do with a Father Hat” dibuat pada tahun 1911 milik Ernst Ludwig Kirchner
sumber :
https://www.flickr.com/photos/gandalfsgallery/49832558921/


Lukisan karya Lyonel Feininger yang berjudul “In a Village near Paris” atau “Street in Paris, Pink Sky” di tahun 1909, merupakan salah satu lukisan yang masuk dalam gaya Ekspresionisme
Sumber :
https://www.wikiart.org/en/lyonel-feininger/in-a-village-near-paris-street-in-paris-pink-sky-1909


Sebagai model pendekatan yang bisa langsung terlihat, dimana dapat memperlihatkan gaya ekspresionisme ini, terutama terhadp seting dan akting, nyatanya terjadi pada teater Ekspresionis. Pada awal tahun 1908, karya Oskar Kokoschka, yang berjudul Murderer, Hope of Women dipentaskan secara Ekspresionis. Gaya yang dipakai selama masa remaja dalam pementasan tersebut, kadang-kadang digunakan sebagai sarana pementasan drama kiri yang memprotes perang atau eksploitasi kapitalis. Set seringkali menyerupai lukisan Ekspresionis, dengan bentuknya yang besar dan warna yang tidak berarsir, muncul dilatar-belakangnya. Pertunjukan-pertunjukkan itupun agak terdistorsi. Aktor berteriak, menjerit, memberikan isyarat secara luas, dan bergerak dalam pola koreografi melalui set bergaya hal ini. Tujuannya adalah untuk mengekspresikan perasaan secara langsung yang sangat ekstrim. Tujuan serupa menyebabkan style ekstrim juga ada di dalam sastra, dan teknik naratif sebagai frame stories dan ujung-ujungnya yang sangat terbuka untuk diadopsi penulis naskah ke dalam film Ekspresionis.


Murderer, Hope of Women
Sumber :
https://library.calvin.edu/hda/node/2252


pementasan Ein Geschlecht oleh Fritz von Unruh tampak terlihat bentuk latar belakang (background) yang gelap untuk menunjukkan bukit, aktor menatap dengan matanya yang terbelalak ataupun dengan posturnya yang aneh (1918).
Sumber :
https://www.worldhistory.biz/contemporary-history/77797-the-german-situation-after-world-war-i.html


Aktor (tanda panah) dengan kostumnya berperan sebagai kerangka bergerak-gerak menggeliat yang di kemas dalam pandangan yang cukup abstrak dalam Ern W Toller's Die Wandlung (1919).
Sumber :
https://www.pinterest.co.uk/naidy98/expressionist-theatre/


Pada akhir tahun 1910-an, Ekspresionisme telah berubah dari eksperimen radikal menjadi gaya yang diterima secara luas, bahkan menjadi modis. Jadi ketika The Cabinet of Dr. Caligari pertama kali tayang, hampir tidak mengejutkan para kritikus dan hadirin. Sehingga film-film Ekspresionis lainnya dengan cepat pun mengikutinya. Tren gaya yang dihasilkan film tersebut berlangsung hingga awal 1927.

Lalu apa yang menjadi ciri-ciri Ekspresionisme didalam sinema? Sejarawan telah mendefinisikan gerakan ini dengan cara yang sangat berbeda-beda. Beberapa mengklaim bahwa film-film Ekspresionisme yang benar-benar menyerupai The Cabinet of Dr. Caligari adalah film dengan menggunakan gaya grafis yang terdistorsi terhadap mise-en-scene-nya yang berasal dari seni teater Ekspresionisme. Dengan demikian dari film-film yang dibuat semacam itu mungkin hanya setengah lusin yang telah dibuat oleh filmmaker. Sedangkan sejarawan lainnya mengklasifikasikannya bahwa sejumlah besar film yang dapat disebut sebagai Ekspresionisme adalah film-film yang semuanya mengandung beberapa jenis distorsi pada gayanya yang berfungsi sama seperti gaya grafis di film The Cabinet of Dr. Caligari. Dengan definisi yang lebih luas ini (yang dalam hal ini digunakan dalam pembahasan disini), maka ada hampir dua lusin film Ekspresionis yang telah dirilis antara tahun 1920 dan 1927. Seperti halnya Impresionisme Perancis, Ekspresionisme Jerman juga menggunakan berbagai teknik pada medianya –seperti pada mise-en-scene, editing, dan visual atau kameranya dengan cara yang berbeda. Pertama-tama kita akan melihat teknik-teknik ini, kemudian selanjutnya dapat memeriksa pola naratifnya yang biasa digunakan untuk membantu memotivasi style yang digunakan secara ekstrim oleh Ekspresionisme.

Sementara yang menjadi ciri utamanya untuk membedakan dengan film Impresionisme Perancis terletak pada bagaimana memvisualkannya, Ekspresionisme Jerman amat berbeda terutama terletak pada mise-en-scene-nya. Pada tahun 1926, dikutip dari perancang busana Hermann Warm (yang mengerjakan The Cabinet of Dr. Caligari dan film-film Ekspresionisme lainnya) yang percaya bahwa “gambar pada film haruslah menjadi seni grafis”. Memang, film-film Ekspresionis Jerman menekankan pada komposisi shot atau bidikan pada individunya ke tingkat yang luar biasa. Tentu saja, bidikan apa pun dalam film menciptakan komposisi visual, meski demikian sebagian besar film lebih menarik perhatian kita pada elemen tertentu daripada hanya pada keseluruhan desain shot-nya. Dalam film-film klasik misalnya, sosok manusia adalah elemen yang paling ekspresif, sedangkan set, kostum, dan pencahayaan biasanya ditempatkan sebagai hal yang sekunder bagi para aktor. Ruang tiga dimensi tempat dimana aksi terjadi lebih penting daripada kualitas grafis dua dimensi di dalam layar.

Namun, dalam film-film Ekspresionis, ekspresifitas yang terkait dengan sosok manusia diperlihatkan dengan lebih luas lagi ke setiap aspek mise-en-scene. Selama tahun 1920-an, deskripsi film Ekspresionis sering menyebut set sebagai “akting” atau sebagai campuran dengan gerakan sang aktor. Pada tahun 1924, Conrad Veidt, yang memerankan Cesare dalam The Cabinet of Dr. Caligari berakting dalam beberapa film Ekspresionis lainnya, dan menjelaskan, “Jika dekorasinya mengandung hal yang memiliki kondisi spiritual yang sama dengan yang apa yang diatur dalam mentalitas karakter, maka sang aktor akan menemukannya di dalam dekorasi tersebut. Bantuan yang sangat berharga dalam menata dan menjalani perannya. Dia akan mencampurkan dirinya ke dalam lingkungan yang diwakilinya, dan keduanya akan bergerak dalam ritme yang sama”. Dengan demikian, set tidak hanya berfungsi sebagai seting belaka, tapi juga sebagai komponen yang terlihat paling banyak hidup dari sebuah tindakan, tetapi tetap tubuh aktorlah yang menjadi elemen visualnya.

Dalam praktiknya, perpaduan set, perilaku figur, kostum, dan pencahayaan ini menyatu menjadi komposisi yang sempurna hanya pada interval waktu tertentu. Sebuah film naratif tidak seperti seni grafis tradisional yang ada pada seni lukis atau ukiran. Plot harus maju, dan komposisinya pun pecah saat aktor bergerak. Dalam film-film Ekspresionis aksi sering kali berlangsung saat dimana narasi baru memulainya kembali saat narasi berhenti sebentar ataupun sesaat saja melambat dan ketika elemen mise-en-scene-nya menyatu dengan komposisi menjadi hal yang menarik. Komposisi seperti itu tidak harus sepenuhnya statis. Gerakan dancelike sang aktor dapat digabungkan dengan bentuk style di seting untuk membuat pola visual.

Film Ekspresionis punya banyak taktik untuk memadukan seting, kostum, tokoh, dan pencahayaan. Keadaan ini termasuk hal yang digunakan sebagai stylized, simetris, dan distorsi, sebagai hal yang berlebihan dengan bentuk yang sebenarnya menyerupainya untuk kemudian kesemuanya itu disejajarkan.

Permukaan pada style, juga memungkinkan untuk membuat elemen yang berbeda dalam setiap mise-en-scene­-nya yang tampak menyerupai. Misalnya, kostum Jane di Caligari dicat dengan garis bergerigi yang sama dengan set-nya. Di Siegfried, banyak shot di isi dengan pola dekoratif yang sepertinya penuh dengan riak. Dalam Golem, tekstur menghubungkan Golem ke set ghetto yang terdistorsi: keduanya terlihat seolah-olah terbuat dari tanah liat.

Sedangkan pola simetri menawarkan cara untuk menggabungkan aktor, kostum, dan set untuk menekankan komposisi keseluruhan. Pengadilan Burgundi di film Siegfried menggunakan simetri, seperti halnya adegan dalam sebagian besar film-film-nya Fritz Lang periode ini. Contoh mencolok lainnya terjadi pada Algol karya Hans Werckmeister.

Mungkin sifat Ekspresionisme yang paling jelas dan mendalam adalah penggunaan distorsi yang berlebihan. Dalam film-film Ekspresionis, rumah seringkali diperlihatkan dengan berputar, lalu kursi-kursinya yang tinggi, dan tangga yang bengkok dan tidak rata.

Bagi pemirsa yang modern, pertunjukan yang ditampilkan dalam film Ekspresionis mungkin terlihat seperti versi yang ekstrim dari film bisu. Namun akting dari ekspresionis memang sengaja dilebih-lebihkan agar sesuai dengan gaya seting yang diperlihatkanDalam long shot gerakan sang aktor yang bergerak dengan pola tertentu bisa mirip dengan apa yang ada di dalam set yang disesuaikan. Conrad Veidt mengatakan “menyatukan dirinya kedalam lingkungan yang mewakilinya” di The Cabinet of Dr. Caligari ketika dia meluncur dengan berjinjit disepanjang dinding, tangannya yang panjang terbuka dan menempel pada permukaan dinding. Disini, tableau tidak hanya memperlihatkan komposisi yang statis, namun juga melibatkan gerakan.

Prinsip yang berlebihan ini, juga mengatur close-up para aktornya. Secara umum, Ekspresionisme pada sang aktor bekerja melawan pengaruh perilaku yang alami, seringkali bergerak dengan canggung, lalu berhenti dan bernyanyi, yang kemudian secara tiba-tiba, aktor pun membuat gerakan. Pertunjukan akting seperti itu dinilai bukan karena ukuran ekspresi didasari atas realisme, melainkan akting dinilai karena, bagaimana perilaku para aktor yang berkontribusi terhadap keseluruhan suasana. Ciri krusial lainnya dari film Ekspresionisme ini ada pada mise-en-scene yang penyusunan disejajarkan dengan bentuk-bentuknya yang serupa dalam suatu komposisi. Robert Wiene dan Fritz Lang, juga F. Murnau adalah tokoh-tokoh utama dari Ekspresionisme Jerman, namun di film-filmnya hanya relatif sedikit yang mengandung artifisial atau buatan, dari seting yang berlebihan yang seringkali kita temukan dalam film lain dari gerakan ini. Mereka memang telah menciptakan banyak komposisi, dengan style yang banyak sekali jumlahnya, bagaimana hal tersebut oleh mereka dapat menyatu dengan lingkungannya. Sebenarnya cara yang sangat umum dalam film Ekspresionis adalah menempatkan figur manusia disamping pohon yang terdistorsi untuk membuat bentuknya menyerupainya.

Sebagian besar, film-film Ekspresionis juga menggunakan pencahayaan yang terbilang sederhana, hanya menempatkan pencahayaan dari depan dan samping, menerangi pandangan dengan datar dan merata hanya untuk penekanan terhadap hubungan figur dengan set dekorasi. Dalam beberapa kasus, bayangan digunakan untuk membuat distorsi tambahan.

Meskipun ciri-ciri utama gaya Ekspresionis ini datang dalam mise-en-scene, namun sebenarnya kita dapat membuat beberapa generalisasi, kesimpulan umum tentang penggunaan teknik film lainnya yang tampak terlihat sangat khas ini. Teknik-teknik seperti itu biasanya berfungsi dengan tidak mencolok untuk berbagi bersama mise-en-scene dalam memberikan keuntungan terbaiknya pada gerakan ini. Seperti pengeditan yang dilakukan dengan amat sederhana, yang penerapannya hanya untuk menggambarkan kontinuitas, seperti penggunaan shot/reverse shot dan cross-cutting. Selain itu, film-film Jerman tercatat memiliki kecepatan yang agak lebih lambat daripada film-film lain pada periode ini. Tentu saja pada awal dua puluhan ini mereka tetap tidak ada bandingannya, bila dibandingkan dengan pengeditan yang berirama cepat dari Impresionisme Perancis. Kecepatan yang lebih lambat ini, justru memberikan kita waktu untuk dapat mengamati komposisi khas yang diciptakan oleh gaya visual Ekspresionis.

 Demikian pula, kerja pada kameranya, umumnya berfungsi sekitar hal yang spektakuler. Banyak set Ekspresionis yang menggunakan perspektif palsu untuk membentuk komposisi yang ideal bila dilihat dari sudut pandang tertentu. Dengan demikian gerakan kamera dengan sudut kamera tinggi atau pun rendah (high atau low angle) relatif jarang diperlihatkan, karena kamera cenderung mengambil gambar dengan sudut lurus setinggi mata manusia (eye level angle) atau setinggi dada. Namun itu juga tidak semua, karena dalam beberapa kasus, sudut kamera dapat membuat komposisi yang mencolok dengan menyandingkan sang aktor dan dekorasi dengan cara yang tidak umum.

Demikian pula, kerja pada kameranya, umumnya berfungsi sekitar hal yang spektakuler. Banyak set Ekspresionis yang menggunakan perspektif palsu untuk membentuk komposisi yang ideal bila dilihat dari sudut pandang tertentu. Dengan demikian gerakan kamera dengan sudut kamera tinggi atau pun rendah (high atau low angle) relatif jarang diperlihatkan, karena kamera cenderung mengambil gambar dengan sudut lurus setinggi mata manusia (eye level angle) atau setinggi dada. Namun itu juga tidak semua, karena dalam beberapa kasus, sudut kamera dapat membuat komposisi yang mencolok dengan menyandingkan sang aktor dan dekorasi dengan cara yang tidak umum.

Namun, sayangnya itu tidak terjadi di sebagian besar film-film gerakan tersebut. Sebaliknya, Ekspresionisme sering juga digunakan untuk narasi yang telah ditetapkan sebagai masa lalu atau pada tempat-tempat eksotis ataupun yang melibatkan unsur genre fantasi dan horror yang populer di Jerman di tahun 1920-an. Film Der Schatz, terjadi pada titik yang tidak ditentukan di masa lalu dengan di dalamnya menyangkut pencarian harta karun yang legendaris. Dua fitur panjang yang terbagi atas Die Nibelungen, Siegfried dan Die Nibelungen, Kriemhild's Revenge, didasarkan pada epik nasional Jerman, termasuk adanya naga dan elemen magis lainnya dalam seting abad pertengahan. Nosferatu adalah kisah vampir yang berlatar-belakang pertengahan abad ke-19, dan di Golem, rabi ghetto dari abad pertengahan di Praha menghidupkan patung manusia super dari tanah liat untuk melindungi penduduk Yahudi dari penganiayaan. Dalam varian yang lain yang menekankan pada masa lalu, film terbesar Ekspresionis yang terakhir, berjudul Metropolis, memperlihatkan kota futuristik dimana para pekerja bekerja di pabrik bawah tanah yang besar dan tinggal di blok-blok apartemen, semua dilakukan dengan gaya Ekspresionis.

Sejalan dengan apa yang ditekankan pada zaman dahulu dengan peristiwa-peristiwa yang fantastis, banyak film-film Ekspresionis membingkai ceritanya secara mandiri tetapi tetap tertanam ke dalam struktur naratif yang lebih besar. Cerita pada Nosferatu banyak yang menduganya dibuat oleh sejarawan kota Bremen, terlihat banyak menempatkan aksi yang terjadi di dlamnya. Narasinya juga menggambarkan bagaimana karakternya membaca buku: The Book of the Vampires sebagai informasi dalam menjelaskan dasar-dasar dari perilaku vampir (eksposisi atau penjelasan yang memang diperlukan, mengingat bahwa aksi tersebut faktanya baru pertama kalinya hadir dari sekian banyaknya film vampir), sebagai masukan lain, saat aksi log kapal yang membawa Count Orlak ke Bremen merupakan aksi tambahan. Kisah dari Warning Shadows (1923) dipusatkan pada seputar permainan bayangan yang dimainkan oleh seorang pemain sandiwara selama pesta makan malam berlangsung, lalu tokoh-tokoh bayangan menjadi hidup dan memerankan nafsu birahi para tamu yang sebenarnya dirahasiakan. Sedangkan di Tartuffe malah dimulai dan diakhiri dengan sebuah cerita tentang seorang pria muda yang berusaha memperingatkan ayahnya yang sudah lanjut usia bahwa pembantu rumah tangganya akan menikahi sang ayah hanya untuk mendapatkan uangnya; peringatannya tersebut mengambil bentuk dari film drama Moliere, Tartuffe merupakan film yang berkisah tentang suasana hati.

Beberapa film Ekspresionis memang terjadi di masa ini. Lang, dalam Dr. Mabuse, Gambler menggunakan gaya Ekspresionis untuk menyindir dekadensi, kemunduran masyarakat Jerman modern: para tokohnya itu saling melindungi narkoba dan perjudian di klub malam dengan dekorasi Ekspresionis, dan juga menghadirkan satu keluarga yang tinggal di sebuah rumah mewah yang dekorasinya dibuat dengan gaya yang sama. Di Algol, seorang industrialis rakus menerima bantuan supernatural dari bintang misterius Algol yang membangun sebuah kerajaan; seting yang mewakili pabrik dan bintangnya dibuat bergaya Ekspresionis. Jadi di sinema Ekspresionisme, terlihat memiliki potensi yang sama untuk berkomentar terhadap nilai sosial seperti yang dilakukan diatas panggung. Namun, dalam banyak kasus, pembuat film juga menggunakan gaya tersebut untuk menciptakan suasana yang eksotis dan fantastis yang jauh dari kenyataan yang kontemporer.

Dalam seni lukis, Ekspresionisme didorong oleh dua kelompok yang berpengaruh. Die Brücke (“Jembatan”) yang dibentuk pada tahun 1906; dengan salah satu anggotanya adalah Ernst Ludwig Kirchner dan Erich Heckel. Kemudian, pada tahun 1911, Der Blaue Reiter (Penunggang Biru”), pun berdiri; yang diantara para pendukungnya adalah Franz Marc dan Wassili Kandinsky. Meskipun begitu ada seniman Ekspresionis lainnya seperti Oskar Kokoschka dan Lyonel Feininger yang memiliki gaya individu yang berbeda, mereka memiliki beberapa ciri khusus. Lukisan Ekspresionisnya menghindari bayang-bayang dengan warnanya yang halus yang ada pada lukisan telah memberikan banyak rasa dan kedalaman secara realistis. Kaum Ekspresionis juga sering menggunakan bentuk yang besar dengan warna-warna yang cerah, sebagai gantinya, garis-garis gelap yang tidak realistis seperti kartun. Figurnya seperti memanjang; wajahnya kelihatan dengan ekspresi yang aneh, sedih dengan hijau pucat. Bangunannya terkesan seperti lentur dan tidak padat, dengan tanahnya yang miring dan curam telah menyimpang dari perspektif tradisional.






Komentar