Kehadiran Suara di Film

Pada periode awal, tayangan film tidak bersamaan dengan terdengarnya suara. Tokoh di dalam film pun layaknya manusia bisu. Pada masa sekarang ini sama halnya seperti kita menonton film dengan volume suaranya yang dimatikan. Sehingga periode awal dari kehadiran film ini dianggap sebagai periode film bisu. Meski begitu, bukan berarti suara benar-benar tidak ada di film. Suara musik secara live pun menjadi bukti bahwa keberadaan suara di film pada periode awal ini tetap hadir. Maka kehadiran teknologi suara yang dibutuhkan untuk film pun pada sebagian kalangan sangat diharapkan.

Tanggal 6 Oktober 1927, The Jazz Singer dari Alan Crosland ditampilkan untuk pertama kalinya. Dalam kesempatan yang terbatas itu, karena hanya sebatas empat adegan saja, bintang vaudeville yakni Al Jolson melakukan sebuah aksi menyanyikan sebuah lagu, bahkan tidak hanya itu, ia pun juga berbicara meski hanya singkat "Kamu belum mendengar apa-apa" (Bordwell 9:194; 2008).

Keberhasilan yang sangat fenomenal yang terdapat di dalam film, dan menunjukkan bahwa secara ekonomi suara dalam film tersebut akan menurunkan biaya produksi film, karena tidak lagi harus menyediakan pertunjukan panggung musik untuk mengisi suara pada film.

Warner Bros pun membuat lebih banyak bagian-bagian “talkiesdi film-film selanjutnya, dan pada tahun 1928 film “talkies” pertama di dunia pun dihadirkannya dengan judul The Lights of New York dengan sutradara Bryan Foy, yang langsung melejit dan menjadi hit.

Di studio Warner Bros, tampak pengambilan adegan dialog di eksterior saat pada era awal talkies. Perekaman suara melalui sound recordist untuk bintang dengan sedikit menurunkan mikrofon dan mikrofon tambahan untuk merekam orkestra.
Sumber gambar : https://www.alamy.es/imagenes/director-lloyd-tocino.html


Studio dan perusahaan film lainnya pun mengikuti jejak langkah yang telah dilakukan oleh Warners. Ketika Western Electric mengembangkan sistem sound-on-disc-nya, Theodore Case dan Earl Sponable, menciptakan sistem film sound-on, yang sebagian sistemnya didasarkan pada Phonofilm DeForest.

Sedangkan Fox Film Corporation berinvestasi pada sistem Case-Sponable. Seperti halnya Warners Bross, Fox adalah perusahaan kecil yang sedang berkembang dan berharap bahwa suara akan memberikan kelebihan bagi film mereka didalam persaingan bisnis film ini.

Fox kemudian mengganti nama sistem Case-Sponable–nya dengan Movietone dan segera memeragakannya di tahun 1927 pada film pendek musik vaudeville mereka.  Pertunjukkan itupun terbilang sukses, tetapi Fox mendapatkan masalah lainnya dimana sebagian besar talenta teatrikal ternama saat itu telah menandatangani kontrak dengan pihak Warner Bros.

Fox pun segera beralih dengan berkonsentrasi untuk merilis suara baru, termasuk liputan yang sangat populer tentang penerbangan solo atau seorang diri dari Charles Lind Bergh yang terbang menuju ke Paris. Penggunaan lainnya dari Movietone termasuk skor musik untuk film milik FW Murnau di tahun 1927 yang berjudul Sunrise dengan beberapa bagian filmnya bersuara di tahun 1928.

Telah terbit di
https://www.hariansederhana.com/kehadiran-suara-di-film/


Komentar