SEJARAH KOSTUM (ERA FILM BISU)

Selama Era Film "Bisu", film fantasi mendominasi desain kostum, karena kostum dalam era film awal lebih kepada hal-hal yang bersifat praktis. Hollywood sendiri di tahun 1910-an, masih beranggapan bahwa pakaian modis hanyalah sebagai objek belaka yang hanya memiliki daya pikat khususnya terhadap para kaum perempuan di kalangan penonton film. Baru di tahun 1920-an, pakaian terlihat dengan jelas memiliki suatu nilai yang lebih. Hanya dalam kurun waktu semalam saja, pakaian telah merubah pernyataan untuk mengungkapkan pergeseran norma sosial bagi perempuan. The Flapper (1920), yang dibintangi oleh Olive Thomas, telah mengabadikan citra baru seorang perempuan, salah satunya citra tentang kemerdekaan, dengan menganut hedonisme jaman Jazz, sehingga menggugurkan batas-batas larangan yang mendominasi dunia perempuan sebelumnya.

Sebelum berlakunya kode-kode produksi di tahun 1930, penonton film laki-laki memadati bioskop dan terpesona oleh kostum yang memperlihatkan sensualitas tubuh yang di nilai sangat berani, sekalipun itu menurut standar kontemporer. Epik-epik alkitabiah adalah sarana yang sangat baik untuk membuat para bintang mengenakan kostum tipis sambil tampil dengan terhormat. "Gaun" karya desainer Margaret Whistler untuk Betty Blythe dalam The Queen of Sheba (1921) termasuk gossamer, tembus pandang, dengan korset yang memperlihatkan payudara, dan satu ansambel yang terdiri dari tali mutiara.

Saat tahun 1920-an berakhir, para desainer Hollywood melakukan upaya secara bersama-sama untuk membuat pakaian yang lebih modern, elegan, dan lebih dipercaya sebagai pakaian yang "sebenarnya". Meskipun harganya masih berada di luar kisaran harga rata-rata penonton bioskop Amerika, pakaian tersebut faktanya memiliki relevansi yang lebih tinggi dan lebih dapat dipakai daripada pakaian yang digunakan oleh para "vamps" pada permulaan dekade ini.


Studio Mack Sennett di bagian Edendale di Los Angeles,
memperlihatkan sang aktris dengan pakaiannya.

Komentar