FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI DALAM PRODUKSI FILM

Film bukanlah hasil dari sebuah penciptaan, namun film adalah hasil dari sebuah produksi. Seorang pelukis tidak akan mampu membuat lukisan lebih dari satu dengan tiap lukisannya sama persis, dengan perbandingan satu banding satu. Namun film dapat dibuat lebih satu, sama persis, karena sifatnya yang di produksi. Guna memenuhi kebutuhan dalam memproduksi film agar sampai kepada penontonnya, maka film memiliki beberapa tahapan. Dimana setiap tahapannya melibatkan banyak orang, baik yang berdiri sebagai orang-orang yang memiliki ketrampilan khusus, atau orang-orang yang masuk sebagai staff administrasi dan manajemen serta keuangan. Tahapan film pun terbagi atas Produksi, Distribusi dan Eksebisi. 

Cara kerja film  berbeda dengan seni yang lainnya. Melibatkan banyak orang-orang khusus dengan berbagai profesi. Film juga terpengaruh dengan kondisi cuaca dan alam atau lokasi yang tidak terduga, terbatas dengan waktu, serta pendanaan yang kadang tidak sedikit, sehingga harus benar-benar dimanfaat se-efektif dan se-efisien mungkin agar anggaran tetap dapat dipertahankan. Cara kerja yang begitu kompleks dalam menghasilkan sebuah film. Meskipun anggaran dapat saja tidak terbatas, atau bekerja bersama dengan berbagai macam staf dan orang-orang khusus dengan berbagai profesinya dalam waktu yang panjang untuk menghasilkan sebuah film, kadang-kadang hal itu malah membuat bosan dan jenuh, karena harus selalu berkoordinasi dan bekerjasama, merenungkan segalanya untuk berbuat yang terbaik dalam mewujudkan film. 

Setiap film diwujudkan dengan segala kompromi terhadap segala kendala yang ada padanya. Beberapa pembuat film berjuang untuk dapat melawan kendala produksi film, dan berusaha semaksimal mungkin dengan apa yang bisa mereka lakukan sampai batas kemampuan mereka. Meski demikian para pembuat film sebenarnya dapat dikatakan mengerjakan hal yang sama dan/atau mirip dari film yang satu dengan film yang lainnya. Membuat shot, membuat set, melakukan adegan dan sebagainya. Adegan makan sebuah keluarga di film satu, dengan adegan makan para pemimpin kerajaan, sebuah pekerjaan yang sama/mirip dilakukan pembuat film. Tapi sutradara melakukan keputusan-keputusan untuk pemilihan-pemilihan kreatif terhadap filmnya, mulai dari strategi bercerita, teknik perekaman gambar dan suaranya dalam bentuk shot yang telah di edit, dan dengan suara yang dihadirkannya. Pemilihan-pemilihan kreatif inilah yang dikenal dengan SINEMATIK/BENTUK FILM (Film Form) dan GAYA FILM (Style Film). Sinematik atau bentuk film (film form) menjadi fokus utama dalam hal ini.

I.                    Produksi

Model Produksi 

·         Lumiere 1895

https://axbarock.blogspot.com/2019/01/model-produksi-lumiere-bersaudara.html


·         Rusia 1930-an

https://axbarock.blogspot.com/2019/01/model-produksi-film-rusia-1930-an.html


·         Amerika/Sistem Studio Hollywood

https://axbarock.blogspot.com/2019/01/model-produksi-film-amerikahollywood.html 


·         Prancis 1950-an

https://axbarock.blogspot.com/2019/01/model-produksi-film-prancis-1950-an.html 


Proses Produksi Film 

Pada tahap produksi terbagi atas beberapa proses, yakni:

·         Ide, Konsep dan Cerita/skenario serta Pendanaan, merupakan pengembangan ide film, yang dituliskan melalui serangkaian proses penulisan hingga menjadi bentuk skenario. Sedangkan pendanaan film umumnya sudah didapatkan oleh pembuat film ketika ide film sudah didapatkan. Namun seringkali juga pendanaan film baru dicari dan didapatkan pembuat film ketika skenario yang telah disepakati selesai dituliskan. 

·      Pra Produksi (preparation), umumnya proses ini dilaksanakan setelah skenario yang disepakati selesai dituliskan dan pendanaan sudah sangat jelas didapatkan. Para pembuat film melakukan perencanaan-perencanaan secara fisik bagaimana film akan dilaksanakan dalam perekaman gambar. Hasil dari perencanaan-perencanaan ini berupa Disain Produksi Film. 

·   Produksi (syuting/shooting), proses dimana para pembuat film melakukan perekaman gambar dan suara di lokasi yang telah ditentukan. Hasil proses ini adalah materi shot dan suara untuk pasca produksi (pos produksi). 

·  Pasca Produksi (assembly), adalah proses sinkronisasi gambar dan suara yang disatukan atau digabungkan dalam bentuk terakhir mereka. Pada proses ini juga melibatkan pemotongan gambar dan suara, membuat efek-efek khusus, dan memasukkan musik. Dengan sendirinya hasil proses ini adalah film utuh yang siap ditayangkan. 

Namun keempat proses tersebut dalam pelaksanaannya tidaklah dijalankan secara berurutan sesuai dengan diatas. Bisa juga proses tersebut saling tumpang tindih. Meski skenario yang disepakati telah selesai dilaksanakan pada saat proses skenario dan pendanaan, akan tetapi seringkali juga skenario berubah pada proses perekaman gambar dan suara sedang dilaksanakan. Bahkan skenario bisa jadi diubah dari sebelumnya, atau secara radikal benar-benar diubah dengan ide yang bisa saja melenceng dari sebelumnya. Atau bahkan skenario baru juga bisa dibuat pada saat proses pasca produksi (assembly) sedang berlangsung. 

Begitupula dengan pendanaan. Kadangkala pendanaan kesuluruhan biaya film tidak ditanggung oleh satu investor saja. Pendanaan juga bisa terbagi atas beberapa investor. Misalnya investor pada saat pra produksi berbeda dengan investor saat produksi. Bahkan bisa jadi pendaan hanya untuk peralatan saat produksi film saja. Model lain dari pendaan film juga dapat dilakukan melalui patungan dari kru dan para aktor yang terlibat. Ada juga model yang menggabungkan antara pendanaan dari investor dengan patungan dari kru film. Sedangkan cara mencari pendanaan pun bermacam-macam. Bisa dimulai dari ide dan skenario yang sudah disetujui untuk mencari pendanaan, ataupun dari disain produksi yang dibuat. Bahkan bisa juga dengan terlebih dahulu melakukan sebagian produksi untuk kemudian diperlihatkan kepada para investor, sebagai daya tarik film yang di produksi. Begitu fleksibelnya dalam proses produksi ini. 

Sebuah catatan khusus ditujukan terhadap hubungan bagaimana menyesuaikan antara ide dan konsep film dengan pendanaan. Dibutuhkan suatu penyesuaian terhadap cara pandang yang menjembatani antara ide dan konsep film dengan pendanaan. Cara pandang tersebut, pertama adalah cara pandang yang dikenal dengan istilah design for budget, yakni memandang produksi film dimulai dengan menentukan dana terlebih dahulu. Sehingga dana mengintervensi langsung dari disain film. Misalnya dana untuk membuat film sekitar 5 milyar. Maka ide dan konsep film –cerita– dan keseluruhan disain film dibatasi dengan dana sebesar 5 milyar tersebut. Katakanlah tidak akan mungkin memproduksi film dengan pendanaan sebesar 1 milyar dengan ide cerita seperti Eiffel I’m in Love. Cara pandang seperti ini umumnya dilakukan oleh para pelajar sekolah film dalam memproduksi film ujian mereka. Kedua adalah cara pandang dengan istilah design for concept adalah melepas intervensi langsung pendanaan yang dibebankan terhadap ide dan disain film. Ide film –cerita– lebih dulu muncul, baru kemudian dihitung atau diestimasikan berapa dana yang dibutuhkan dengan segala konsekuensinya. Produksi film yang mengadaptasi dari novel, akan jauh lebih baik menggunakan cara pandang seperti ini. 

Pada bagian produksi, tumpang tindih juga dilakukan pada saat prose produksi berlangsung, pasca produksi juga berjalan. Pasca produksi tidak menunggu proses produksi selesai. Dampaknya bisa menyebabkan makna yang berbeda terhadap shot, dimana shot juga bisa saja menjadi makna yang baru pada saat pasca produksi. Robert Bresson, sutradara Prancis, mengatakan "Sebuah film lahir di kepalaku dan aku membunuhnya di atas kertas. Kemudian –film– dihidupkan kembali oleh para aktor dan tewas dalam kamera. Namun hal ini –film– dibangkitkan kembali kedalam kehidupan ketiga dan yang terakhir di ruang editing dimana berupa potongan yang dipotong-potong dan kemudian dirangkai menjadi bentuk yang utuh bagi mereka –film".


Bidang-Bidang Produksi Film 

Khusus dalam produksi film, melibatkan banyak bidang-bidang keahlian khusus sebagai profesi. Secara garis besar, produksi film dibagi atas unsur kreatif dan teknis. Unsur kreatif merupakan pondasi dimana film dibangun masih berupa sebuah konsep, yang sifatnya imajinatif dan penuh dengan pemikiran terhadap cerita film. Hasilnya berupa sebuah skenario utuh yang disepekati bersama. Sedangkan pada unsur teknis lebih pada penggarapan visual dan suara dalam mewujudkan apa yang terkandung didalam skenario menjadi sebuah film utuh. Pada unsur kreatif terdiri atas bidang-bidang keahlian seperti Penulisan Skenario, Manajemen Produksi, dan Penyutradaraan. Sedangkan bidang-bidang keahlian dalam unsur teknis berupa sinematografi, tata artistik atau visual, tata suara dan editing. Ada tujuh bidang keahlian khusus dalam produksi film. Mereka berkolaborasi untuk mewujudkan film. Meski demikian, selain penulisan skenario –masih bisa dibilang begitu sampai saat ini–, bidang-bidang tersebut merupakan pucuk dari bidang-bidang lain dibawahnya sebagai orang yang bertanggungjawab atas bidang tersebut. Contohnya, pada bidang penyutradaraan, selain seorang sutradara juga melibatkan assisten sutradara satu, assisten sutradara dua dan assisten sutradara tiga, bahkan juga bisa sampai ke assisten sutradara empat, tergantung akan kebutuhan produksi. Mereka berkolaborasi dan bekerja secara bersama-sama, mewujudkan film sesuai dengan skenario. Kompleksitas dalam kerja kolaboratif inipun terlihat amat jelas.

Penulisan Skenario
Manajemen Produksi
Penyutradaraan
Sinematografi
Tata Visual/Artistik
Tata Suara
Editing

Sumber Gambar
https://medium.com/@galuhalifani/how-digital-era-affects-film-distribution-and-marketing-across-various-exploitation-chains-e2bfe2d0d557

Komentar