Siapa Sebenarnya yang Membuat Karya Seni?

 

Gambar 1
Sumber: https://www.pinterest.jp/pin/152137293642054744/


Siapa yang dapat memutuskan bahwa seperti apa sebenarnya karya seni itu? Jawaban sederhananya mungkin saja bahwa karya yang telah dibuat oleh seorang seniman. Kita tahu bahwa seni telah dibuat selama ribuan tahun: setidaknya sejak manusia pertama kali melukis gambar di dinding gua, bahkan mungkin juga jauh sebelum itu. Secara umum, seni dari budaya sebelumnya adalah upaya komunal dimana spiritualitas dan gagasan tentang siklus kehidupan menjadi tema umum. Seiring berjalannya waktu, seniman membahas masalah sosial (perang dan kesadaran sosial) dan menciptakan lebih banyak lagi ekspresi-ekspresi individu dari identitas mereka (jenis kelamin dan ras).

Kuil-kuil besar di Mesir kuno, Yunani, dan Roma jelas bukan hasil karya satu orang, dan dalam beberapa kasus, kita tidak dapat memastikan apakah desain keseluruhannya merupakan gagasan dari satu individu. Para arkeolog telah menemukan di dekat Lembah Para Raja di Mesir sebuah desa, Deir el-Medina, yang ditempati oleh pengrajin yang membuat makam yang kita kagumi saat ini. Katedral Eropa abad pertengahan[1] adalah hasil dari keterampilan banyak seniman dan pengrajin yang berbeda-beda: pemahat batu, pembuat jendela kaca patri, dan tukang kayu yang membuat furnitur. Para pekerja terampil ini sebagian besar tetap anonim, kecuali beberapa yang namanya ditemukan dalam manuskrip[2] atau diukir pada karya seni. Tetapi meskipun kita mungkin tidak pernah mengidentifikasi sebagian besar seniman periode awal ini, jelas bahwa manusia selalu ingin menciptakan seni. Dorongan ini adalah bagian dari sifat kita, sama seperti kebutuhan kita untuk makan dan tidur.

Karena upaya para seniman Renaisans untuk mengangkat profesi mereka sebagai seni liberal, dunia Barat pun telah mempopulerkan gagasan tentang seorang individu yang menciptakan karya seninya sendiri untuk mengekspresikan sesuatu yang sangat pribadi. Pada abad ke-19 dan ke-20, semakin umum bagi para seniman untuk menentukan penampilan dan isi karya mereka sendiri secara individual, dan dalam pencarian mereka akan bentuk ekspresi diri yang baru, menyebabkan karya seni yang dibuat seringkali sangat kontroversial. Hal ini tetap lah menjadi kebenaran sampai hari ini. Tetapi selama berabad-abad sebelumnya, sangat sedikit seniman yang bekerja sendiri. Bahkan seniman Renaisans sekalipun yang mempromosikan gagasan jenius kreatifnya kenyataanya juga mengoperasikan bengkel seni yang dikelola oleh asisten sang seniman dengan melakukan sebagian besar pekerjaan yang melibatkan asistennya itu dalam mengubah desain master mereka menjadi sebuah karya seni. Di Jepang pada abad kesembilan belas, Katsushika Hokusai yang eksentrik telah terkenal di seluruh dunia karena cetakannya, tetapi dia tidak dapat membuatnya sendirian. Seorang pemahat kayu memotong desainnya menjadi balok-balok dari cetakan yang telah dibuat salinannya. Bahkan saat ini, seniman sering kali mempekerjakan asisten bengkelnya tersebut untuk membantu mereka.

Gambar 2

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Mona_Lisa

Selama berabad-abad, di Jepang, mangkuk teh sangat dihargai karena kecantikannya. Mangkuk yang terlihat di gbr 1 akan dihargai karena variasi warnanya yang halus, sensasi sentuhan yang menyenangkan dari permukaannya yang sedikit tidak beraturan, dari bentuknya. Itu dirancang untuk dinikmati perlahan-lahan saat pengguna menyeruput teh. Sedangkan seniman Renaissance Italia Leonardo da Vinci (1452–1519) yang hidup sekitar 200 tahun lebih awal dari seniman yang membuat mangkuk teh ini, tetapi keduanya memiliki gagasan berbeda tentang apa artinya menjadi seorang seniman. Pembuat mangkuk teh Jepang bekerja dalam masyarakat yang menghargai tradisi. Seniman Jepang mengikuti dengan keterampilan tertinggi metode kerja dan pembuatan yang sudah mapan. Sedangkan Da Vinci, bagaimanapun juga, menjadi terkenal saat era di Eropa menghargai akan halnya kecerdikan individu. Dia adalah seniman yang sangat berbakat dengan minat dan penemuan visionernya yang jauh melampaui seni visual, hingga dari segi teknik dan sains. Antara 1503 dan 1506 ia membuat potret yang sekarang mungkin menjadi lukisan paling terkenal di dunia, meskipun pada masanya karyanya hampir tidak dikenal karena tidak dipesan oleh seorang pelindung seni terpenting. Da Vinci merasa tidak puas dengan membuatnya dalam kesamaan subjek (Lisa Gherardini, istri seorang pedagang sutra di Florence). Mona Lisa tersenyum dan menatap kearah audiens, seakan mengundang kita untuk mencari wajahnya, posenya, dan lanskap sekitarnya sebagai meditasi pada jiwa manusia (gbr 2). Baik itu karya sebuah mangkuk teh maupun potret lukisan merupakan karya seni yang hebat, tetapi mereka menampilkan gagasan yang sangat berbeda tentang apa artinya menjadi seorang seniman.

Kita juga harus mempertimbangkan bahwa karya seni tidak hanya hasil karya dari mereka yang membuatnya, tetapi juga dipengaruhi oleh masukan dari orang lain: patron (pelindung dan penyokong seni) yang mempekerjakan seorang seniman untuk membuat sebuah karya (lihat Gertrude Stein sebagai Pelindung Seni (Art Patron) link https://axbarock.blogspot.com/2022/12/gertrude-stein-sebagai-pelindung-dan.html); kolektor yang membelinya; dan dealer serta pemilik galeri yang menjualnya. Di zaman sekarang, baik humas yang menyajikan karya seni maupun kritikus yang mengulasnya di koran, di TV, atau di Internet telah membantu terhadap karya seniman terkenal dan diminati. Semua orang ini, bukan hanya seniman, ikut membantu menentukan seni apa yang kita lihat, dan sampai taraf tertentu mereka dapat memengaruhi apa yang kita anggap sebagai seni. Dengan mengontrol akses bagi mereka yang membeli karya seni, tempat-tempat seni ditampilkan, dan media yang menginformasikan kepada publik tentang seni dan senimannya, mereka juga sering mempengaruhi jenis seni apa yang sebenarnya dihasilkan oleh seorang seniman.

Ketenaran dan kesuksesan tidak selalu datang seumur hidup seorang seniman. Mungkin contoh yang paling terkenal adalah pelukis Belanda Vincent van Gogh (1853–1890). Selama sepuluh tahun sebagai seniman yang aktif berkarya, Van Gogh sendiri telah menghasilkan sekitar 1.000 gambar, sketsa, dan cat air, serta sekitar 1.250 lukisan lainnya. Namun, sangat sedikit orang yang melihat karyanya seumur hidupnya; dia hanya menerima satu pemberitahuan yang menguntungkan di surat kabar; karyanya hanya ditampilkan dalam satu pameran; dan dia hanya menjual satu lukisan. Namun hari ini karyanya sangat terkenal, terjual jutaan dolar, dan di negara asalnya Belanda seluruh museum dikhususkan untuk karyanya.

Pelatihan bagi seniman juga membantu menentukan siapa yang membuat karya seni dan karya seni apa yang ditampilkan di galeri dan museum. Sebagai contoh, pelatihan tradisional bagi para pelukis di Cina berfokus pada penyampaian keterampilan artistik dari seorang master kepada murid-muridnya, yang belajar dengan meniru karya-karyanya dan karya-karya seniman terkenal lainnya. Karena hanya sarjana dan pejabat pemerintah yang bisa menjadi pelukis profesional. Pelukis lain dianggap hanya pengrajin yang karyanya berstatus lebih rendah. Demikian pula, di Eropa abad pertengahan, hanya mereka yang terlatih dalam asosiasi pengrajin yang disebut gilda[3] yang diizinkan membuat karya seni. Misalnya, ada serikat tukang kayu, pembuat kaca, dan tukang emas. Sistem di Eropa berubah pada abad keenam belas. Sekolah yang disebut akademi[4] pun diselenggarakan (pertama di Italia) untuk melatih seniman dalam kurikulum yang sangat ketat yang dirancang oleh guru yang khusus. Sangat sulit untuk berhasil sebagai seniman tanpa di didik di Akademi. Di Eropa modern dan Amerika Utara, sebagian besar seniman berlatih yang diajarkan di sekolah seni, yang terkadang merupakan sekolah independen, tetapi sering kali juga merupakan bagian dari universitas atau perguruan tinggi yang mengajarkan banyak mata pelajaran yang berbeda. Akan tetapi, salah jika berasumsi bahwa seniman harus dilatih secara formal: seperti yang telah kita lihat dalam kasus Simon Rodia, seniman non-profesional, seniman otodidak (sering disebut sebagai seniman “naif” atau “orang luar”) selalu menghasilkan seni yang sama halnya untuk dapat dikagumi.



[1] Persekutuan: asosiasi seniman, pengrajin, atau pedagang abad pertengahan

[2] Akademi: institusi pelatihan seniman baik dalam teori seni dan teknik praktis

[3] Abad Pertengahan: berkaitan dengan Abad Pertengahan; kira-kira, antara jatuhnya kekaisaran Romawi dan awal Renaisans

[4] Manuskrip: teks tulisan tangan



Terjemahan bebas Gateways to Art Understanding the Visual Arts



Komentar